Dinner

131 31 33
                                    

Aku nggak suka bersinggungan sama masa lalumu

~Felisha Albara~

*****

Gabriella!

Aku ingat nama itu, dia mantannya Arbi.

Mantan pertama, cinta pertama, dan mungkin juga first kiss nya Arbi.

Iya, aku ingat Arbi pernah cerita kalau Gabriella itu adalah penyanyi.

Di antara banyaknya penyanyi di negri ini, kenapa harus Gabriella yang terpilih? Bukan, kenapa Arbi mau jadi pasangan duet dari mantannya itu? Dan kenapa juga dia nggak ngomong apapun ke aku soal itu?

Aku tau aku bukan orang yang penting di karirnya dia, bahkan pendapatku juga mungkin nggak ada artinya sama sekali bagi pekerjaan Arbi sekarang, tapi kan aku ini masih pacarnya! Setidaknya dia bisa cerita ke aku kalau ada projek yang harus dia kerjakan bareng si mantan. Ah, sudahlah. Memangnya aku siapa sampai wajib diberi tahu soal ini?

Dering handphone menyadarkanku dari lamunan, dengan malas aku bangkit dari ranjang dan meraih handphone di atas nakas. Sebuah pesan whatsapp dari Arbi.

Sayang,
Malem ini aku nggak bisa kerumahmu. Ada kerjaan mendadak. Maaf banget, ya! Besok kutelfon.

Aku mengerang jengkel sebelum melemparkan handphone ke atas nakas lagi. Dengan sebal aku melompat ke ranjang dan menggulung diriku dengan selimut, benar-benar menggulung sampai tanganku tersembunyi di balik selimut dan nggak bisa bergerak. Aku jadi seperti kepompong sekarang.

Ini sudah malam ke tiga sejak aku mendapatkan pesan yang sama dari Arbi. Maaf, nggak bisa datang, ada kerjaan, besok kutelfon. Itu adalah pesan yang selalu dia kirimkan ke aku setiap malam.

Sudah tiga hari juga aku nggak ketemu Arbi, terakhir saat nggak sengaja melihat dia di acara jumpa penggemarnya.

Jujur aku sebel sama dia, tapi rasa kangen ku jauh lebih besar.

Rasanya aku pengin ketemu dia, menanyakan kenapa dia nggak memberitahuku soal Gabriella kemudian meminta waktunya agar kami bisa jalan-jalan bareng.

Ah, nggak perlu ketemu, bisa bicara lewat telfon aja udah cukup banget bagiku sekarang ini. Arbi selalu ngirim pesan besok kutelfon, tapi sampai besok dan besoknya lagi dia sama sekali nggak nelfon. Sesibuk apa sih dia itu?

"buset! Udah kayak kepompong aja lo!"

Ziel masuk ke kamarku tanpa mengetuk, di belakangnya Dino menyusul sambil melambaikan tangan kepadaku.

"yo, Albara!" sapa Dino.

"nama gue Felish!" ketusku.

Dino terkekeh.

Aku mengamati pakaian mereka, kemudian mengerutkan dahi karena melihat penampilan mereka yang cukup rapih. Dino pakai kaos putih dilapisi jaket jeans dengan celana jeans senada, dia  juga pakai sepatu bagus. Sementara Ziel memakai kemeja keluaran terbaru dari brand yang dia promosikan. Kemeja lengan panjang dengan warna dasar navy itu dia padukan dengan jeans putih dan sneakers putih.

"kalian mau kemana? Rapih amat" tanyaku.

"mau jalan" sahut Ziel.

Garis Lurus (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang