Stroberi Dalam Pot

199 33 4
                                    

Gue juga nggak tau, kenapa mau nya cuma sama dia doang!

~Felisha Albara~

*****

Malam ini aku sendirian di rumah. Papa sama mama belum pulang, Ziel lagi keluar mengurus job endorse baru nya, sementara si mbak pamit keluar setelah menyiapkan makan malamku.

Aku menguap lebar, ngantuk parah. Padahal baru jam delapan malam. Setelah makan malam, aku langsung masuk ke kamar untuk tidur. Waktu baru memejamkan mata, handphone ku berdering. Aku mendengus jengkel sebelum meraba nakas untuk menemukan handphone kampret itu. Dapat! Aku langsung menerima panggilan tanpa memeriksa nama si pemanggil.

"halo" sapaku.

"hai, Felisha"

Aku mengerutkan dahi, suara cowok tapi aku yakin ini bukan suara Ziel.

Waktu kuperiksa ternyata nomor tak dikenal.

"halo, siapa nih?" tanyaku.

"gue Arbi" sahut si penelepon.

Aku berdecak jengkel.
"lo dapet nomor gue dari mana? Nggak usah dijawab, pasti dari Ziel"

Arbi tertawa. "lo lucu banget sih"

"ngapain lo malem-malem nelfon gue?" tanyaku judes.

"keluar bentar, dong. Gue di depan rumah lo, nih"

Refleks, aku langsung bangkit terduduk.

"lo stalker atau apaan, sih? Mulai dari nama gue, nomor handphone gue dan sekarang alamat gue juga lo tau?" omelku.

"ntar aja ngomelnya, buruan keluar dulu"

Dasar manusia aneh.

Dengan kesal kututup telepon dari Arbi, kemudian melangkah malas keluar rumah.

Aku sedikit kaget waktu membuka pintu dan melihat Arbi sudah berdiri di teras rumah.

"gue kirain di depan rumah itu maksudnya di halaman, ternyata di teras. Berani banget lo" ketusku

Cowok itu tersenyum lebar, dan untuk sesaat aku terpaku.

Ganteng. . .

Astaga! Felish! Sadar!

“hai, Fel!” sapa Arbi.

“mau ngapain lo?” tanyaku.

Arbi mengulurkan cup berisi kopi kepadaku.
“hot Americano” katanya.

“lo bawa balik lagi aja deh!” tolakku.

Arbi menatapku, wajahnya sedikit berubah. Senyuman nya memudar.

“lo jahat banget, Fel. Gue udah susah payah bawa ini kesini jauh-jauh, malah lo tolak begini” kata Arbi.

“pret! Jauh apa nya? Di jalan depan kompleks sini ada starbucks, lo beli di sana, kan?” kataku.

Garis Lurus (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang