Windi melenguh saat hisapan pada puncak dadanya semakin kuat. Windi mengalungkan kedua lengannya ke leher pria di depannya. Windi selalu suka melihat ekspresi memuja dari lawan jenisnya ini. Windi juga ketagihan merasakan sensasi nikmat dari permainan mulut dan bibir yang rakus itu.
"Mashh...." Tangan Windi refleks menahan lengan pria di depannya. "Jangan sekarang, anak-anak yang lain ngajak makan malam bareng," lanjutnya ketika wajah rekan-rekan kerjanya melintas di benaknya.
"Sebentar aja," gumam pria tersebut dan kembali menghisap kuat buah dada Windi. Sedangkan tangannya yang tadi Windi tahan mulai meraba ke paha bagian dalam wanitanya.
Windi memejamkan mata dan kedua pahanya sontak terbuka lebar menerima godaan kenikmatan yang ditawarkan pria itu. Windi membuka mata dan tersenyum kala tatapan mata mereka beradu.
"Main cepat," bisik pria itu sebelum melumat bibir merah muda milik Windi.
"Hm," Windi hanya bisa pasrah saat tubuhnya digendong menuju ranjang. Pakaiannya sudah teronggok di lantai. Kini tubuhnya sudah polos.
Windi menarik lepas ikat pinggang yang pria itu kenakan saat tubuhnya sudah mendarat sempurna di atas kasur. Windi terbaring pasrah dan matanya mulai sayu diselimuti kabut gairah yang sama besarnya seperti gairah pria di atasnya.
"Gak pakai mulut aja?" tawar Windi.
Pria itu menggeleng dan menunduk untuk bisa mencecap kembali bibir menggoda milik Windi. "Nanti kamu keselek lagi," gumamnya.
Windi tertawa. Sial. Ingatannya kembali berputar pada dua hari lalu di mana mereka melakukan pemanasan sebelum bercinta. Windi jelas ingat bagaimana rasanya tenggorkannya hampir dijebol paksa oleh junior panjang pria ini.
"Nghhh...." Windi menggigit bibir saat sesak di bawah sana begitu terasa.
"Sayang kamu," bisik pria di atas tubuh Windi.
Windi tidak membalas. Wanita itu hanya mendengar samar dan tidak menangkap dengan jelas apa yang pria itu katakan. Windi terus mendesah kala gerakan keluar masuk di liangnya semakin intens dan dalam. Semakin pelan, lalu tubuhnya bergetar hebat. Pria di atas tubuh Windi tersenyum lembut melihat wanitanya cepat mendapatkan pelepasan.
Dengan tenaga yang jelas masih on, si pria menegakkan punggungnya sambil menatap tubuh telanjang Windi yang terbaring dengan kedua kaki terbuka lebar. Milik mereka masih menyatu, pemandangan yang jelas semakin membuatnya bergairah.
Dengan sedikit hentakan kuat dan dalam, Windi dibuat terbelalak dengan mulut terbuka mendesakkan nama si pria.
Sekitar satu jam bergelut bersama mengeluarkan keringat, akhirnya pelepasan yang mereka tunggu datang juga. Milik Windi jelas semakin kuat menjepit milik pria yang masih tertancap di dalam liangnya.
Windi terengah dengan mata terpejam. Aliran hangat yang memenuhi rahimnya membuat Windi mendengkus tanpa sadar.
"Kelepasan lagi," keluhnya. Rasa kantuk tiba-tiba saja menyerangnya dan itu membuat Windi enggan membuka mata hanya untuk sekadar melihat apa yang pria di atasnya lakukan.
"Maaf, Sayang, gak sempat narik," kekeh pria tersebut.
Milik mereka masih bersatu. Sehingga saat pria itu bergerak pelan untuk menindih Windi, agar bisa mengendus leher wanita tersebut, gesekan yang terjadi membuat Windi mengernyit.
"Udah dong, Mas," pintanya.
"Hm," Hanya gumaman pelan yang pria itu berikan.
Windi tidak lagi menghiraukan apa yang dilakukan oleh kekasihnya. Wanita itu benar-benar jatuh tertidur dalam keadaan lelah. Bercinta dengan pria ini selalu saja lama dan membuatnya kelelahan.
KAMU SEDANG MEMBACA
SHORT STORY 2017 - 2021 (END)
Romance[MATURE 21+] Semua cerita hanyalah karangan penulis saja. Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat atau kejadian, itu hanyalah ketidaksengajaan. Harap bijak dalam memilih bacaan sesuai usia. Follow dulu jika ingin mendapatkan notifikasi update. Start, 2...