Sheila menghela napas panjang saat ia berhasil membaringkan Gio ke atas kasur. Wajah wanita itu memerah karena beratnya bobot tubuh Gio yang harus ia angkut dari dapur ke dalam kamar.
"Bocil, nyusahin gue," decak Sheila kesal.
Mata Sheila meneliti setiap sudut kamar tidur Gio. Rapih dan tidak terlalu banyak barang di dalamnya.
"Udah lewat jamnya," gumam Sheila saat matanya tak sengaja menatap jam di atas nakas.
Sheila menatap wajah tenang Gio yang tertidur pulas. Pasti laki-laki itu kecewa padanya. Bahkan, Sheila ingat terakhir kali Gio meneguk minuman beralkohol. Itu 4 tahun lalu, saat hari kelulusannya di sekolah. Sheila tahu dari adiknya.
Berjalan keluar dari kamar Gio, Sheila tercenung menatap kue di atas meja di depan televisi. Ada beberapa minuman juga di sana. Sheila mendekat, matanya tiba-tiba memanas. Ini semua kesukaan Sheila. Kue serta hiasannya dan minuman yang tersedia adalah kesukaan Sheila.
"Bodoh," gumam Sheila sebelum meraih satu kaleng minuman di depannya.
Andai saja kala itu Gio langsung mengungkapkan perasaannya tanpa aksi sosor-menyosor, mungkin saat ini mereka sudah berhubungan baik dan menjalin percintaan seperti sepasang kekasih pada umumnya.
"Pengecut," gumam Sheila lagi.
Sheila kembali melirik jam di dinding di depannya dan memejamkan mata. Satu tangannya memegang kaleng minuman, dan satu tangan yang bebas ia gunakan untuk membuka simpul tali pada dresnya.
"Gue gerah," Sheila meneguk minumannya dan meletakkan kaleng tersebut ke atas meja. Kini kedua tangannya membuka lepas dres yang ia kenakan.
Sheila merasa bebas dan nyaman ketika ia hanya menggunakan pakaian dalam saja. Wanita itu beranjak dan membiarkan dresnya teronggok di atas karpet di dekat sofa. Sheila melangkah ke dalam kamar Gio dan berlalu memasuki kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya.
Entah berapa lama Sheila berada di sana. Ia sempat terlelap sebentar karena keenakan berendam. Saat terbangun, ia sadar kalau tempatnya berada bukanlah apartemennya.
Sheila membuka lemari dan menarik satu baju kaos milik Gio. Jelas saja baju tersebut kebesaran di tubuhnya. Sheila juga mengambil bokser milik Gio untuk ia kenakan.
Setelah selesai dengan kegiatannya, Sheila mendekati ranjang dan menatap Gio yang tampak semakin lelap. Sheila merangkak naik ke atas kasur dan membaringkan tubuhnya di sebelah Gio. Beberapa menit menghadap Gio, Sheila kemudian memutar posisinya sehingga membelakangi laki-laki tersebut.
Bertepatan dengan hal itu, mata Gio terbuka perlahan. Matanya memancarkan kesedihan. Senyum getirnya terbit begitu saja saat menatap punggung Sheila.
"Aku bahkan mimpiin kamu di sini, Shei," gumam Gio.
Sheila yang belum terlelap menahan napas. Apa Gio masih menganggapnya halusinasi? Laki-laki itu benar-benar...
"Maaf karena aku jadi pengecut sejak dulu. Aku gak berani deketin kamu secara baik-baik karena takut kamu risih dan jaga jarak sama aku. Aku gak tahu caranya bikin kamu nyaman, Shei. Dan sekarang, aku benar-benar kehilangan kamu."
Sheila membalikkan tubuhnya dan menatap kesal pada Gio. "Stop ngedrama, aku ngantuk!" semburnya.
Gio mengerjap. Ini... nyata? Memberanikan diri, Gio mengulurkan tangannya ke wajah Sheila, membuat wanita di depannya memutar bola mata jengah.
Saat merasakan betapa lembutnya Gio mengelus pipinya, Sheila merasa sangat bersalah karena sudah melewatkan ulang tahun Gio begitu saja. Sheila tidak mau Gio memiliki kenangan buruk tentang hari spesialnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SHORT STORY 2017 - 2021 (END)
Romance[MATURE 21+] Semua cerita hanyalah karangan penulis saja. Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat atau kejadian, itu hanyalah ketidaksengajaan. Harap bijak dalam memilih bacaan sesuai usia. Follow dulu jika ingin mendapatkan notifikasi update. Start, 2...