Shelva tengah membaca pesan di ponselnya sambil menyetir ketika ia hendak memasuki area tempat tinggalnya. Karena terlalu fokus pada pesan masuk, Shelva menabrak mobil yang tadi beriringan di depannya.
"Mampus," gumam Shelva mulai panik.
Dengan asal Shelva melempar ponselnya, lalu keluar dari mobil dengan cepat. Shelva mengetuk kaca mobil mewah di depannya.
"Maaf, Pak, saya gak sengaja. Maaf," Shelva menunduk dengan suara yang sarat akan penyesalan.
Pria paruh baya yang kini berdiri di dekat Shelva seketika berjalan ke belakang mobil dan melihat bagian yang Shelva tabrak. Penyok.
"Saya biayai untuk perbaikannya, Pak, saya salah. Saya minta maaf," ulang Shelva dengan raut wajah memelas.
"Sebentar, Neng, ini bukan mobil saya."
Ya, Shelva juga tahu. Dilihat dari penampilan pria tersebut, Shelva yakin kalau ia seorang sopir kalangan atas. Apalagi mobilnya semewah ini.
"Nyonya baik-baik saja?"
Shelva menunggu dengan perasaan was-was? Nyonya? Jadi, pemilik mobil ada di dalam?
Dengan penasaran Shelva mengintip sedikit. Benar. Ada seorang wanita paruh baya sedang duduk tersandar sambil memegang kepalanya.
"Bawa ke rumah sakit aja, Pak," usul Shelva. Takut wanita yang menjadi korban kecerobohannya itu malah kenapa-napa.
"Kita ke rumah sakit, Nya?"
Gelengan dan kibasan tangan menjadi jawabannya. "Saya cuma pusing. Lokasinya masih jauh? Saya haus."
"Lumayan jauh, Nya, ada di ujung sana."
Shelva sedikit paham. Pasti ini orang kaya yang akan membeli lahan kosong di ujung perumahannya dan akan membangun sebuah klinik.
"Kalau tidak keberatan, Bapak bisa ajak majikannya ke rumah saya saja. Rumah saya yang warna putih itu, Pak." Shelva menunjuk rumah putih yang tak jauh dari mereka berdiri.
"Gimana, Nya?" tanya sang sopir pada wanita di dalam mobil.
"Boleh."
Shelva mengangguk dan kembali ke dalam mobil sambil tergesa dan sedikit hati-hati untuk memasuki perkarangan rumahnya.
Jantung Shelva seperti habis lari maraton di dalam sana. Detaknya begitu kuat.
"Masuk, Pak, Bu," ajak Shelva dengan ramah.
"Saya tunggu di mobil saja, Nya," kata si sopir dan diangguki oleh majikannya.
Saat hendak memasuki rumah, kepala wanita tersebut berputar ke arah samping rumah Shelva. Ada sebuah mobil yang terparkir di sana. Senyumnya tersungging geli.
"Nakal banget," gumamnya.
"Bu, duduk dulu, ya, saya ambilkan minum," Shelva menunjuk sofa di dekatnya dan diangguki oleh si tamu.
Matanya melirik sebuah tas kerja dan sehelai jas mahal di lengan sofa di depannya.
"Diminum, Bu, kalau masih pusing kita ke rumah sakit aja, ya, Bu," tawar Shelva merasa tidak enak.
"Gak papa. Saya baik-baik saja kok. Paling bentar lagi juga hilang pusingnya."
Shelva duduk bersebrangan dengan wanita tersebut. Saat ia menoleh, Shelva mencebikkan bibir. Ia ingat kalau tadi Aarav mengirim pesan menginfokan kalau pria itu menunggunya.
"She? Kamu udah pulang? Pesan aku gak dibales, aku telpon malah gak aktif. Kamu-"
Aarav, pria itu terdiam menatap tamu yang duduk di depan Shelva. Dengan tatapan mata yang wanita itu berikan, Aarav menangkap kode penting.
KAMU SEDANG MEMBACA
SHORT STORY 2017 - 2021 (END)
Romance[MATURE 21+] Semua cerita hanyalah karangan penulis saja. Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat atau kejadian, itu hanyalah ketidaksengajaan. Harap bijak dalam memilih bacaan sesuai usia. Follow dulu jika ingin mendapatkan notifikasi update. Start, 2...