TOLONG DIBACA AUTHOR NOTE DI TIAP AKHIR BAB! MAACIW❤️
***
Asya menatap ke arah ranjang di mana Rama sedang terlelap. Pria itu tertidur sangat nyenyak setelah mereka kembali melakukan percintaan panas untuk ronde kedua. Entah apa yang mereka pikirkan saat itu. Yang jelas saat ini, Asya merasa tidak punya muka untuk sekadar keluar kamar. Bagaimana kalau ayahnya tahu apa yang mereka lakukan? Apalagi jika Dira masih berada di luar sana bersama Trisya.
Usai membersihkan diri dan mengenakan pakaian yang tertutup hingga betis, Asya berjalan keluar dari kamar. Sekali lagi wanita itu melirik ranjang, lalu menghela napas panjang sebelum menutup dengan pelan pintu kamarnya.
"Sya, lihat Rama gak?"
Tubuh Asya mendadak kaku saat suara Trisya begitu dekat terdengar. Kepalanya bahkan menoleh dengan sangat lambat. Apakah Trisya akan curiga?
"A-apa?" Asya tergagap saking terkejutnya.
"Rama. Lihat gak? Tiba-tiba ngilang. Aku hubungi nomornya malah gak aktif. Kamu juga dari tadi dicariin. Ngapain sih di kamar?"
Asya menggigit bibirnya. "Rama lagi tidur," katanya menatap lurus mata Trisya yang balas menatapnya.
"Rama di dalem?" Trisya mendorong tubuh Asya sehingga menyingkir dari depan pintu kamar. Wanita itu membuka kasar pintu kamar Asya dan hendak melangkah masuk saat suara Dira memanggilnya.
"Kenapa main nyelonong ke kamar Asya, Tris?"
Asya yang berdiri tak jauh dari pintu yang terbuka sedikit menahan napas. Apakah secepat ini semuanya terbongkar? Bahkan ini baru satu jam.
"Asya bilang Rama lagi tidur di dalem, Tan," jawab Trisya menatap Dira. Trisya tidak boleh ceroboh. Dia harus tetap kalem di depan calon mertua.
"Oh, Rama di dalem? Udah biarin aja. Tadi pagi Rama emang ngeluh sakit kepala, sih. Udah dikasih obat, Sya?" Kali ini Dira menatap mantan menantunya.
Asya yang masih saja was-was dan merasa cemas hanya mengangguk kaku. "Udah, Ma."
Asya tahu, Trisya curiga padanya dan Rama. Tapi wanita itu memang agak sedikit lemot sehingga mungkin hanya berpikir Rama benar-benar terlelap karena sakit di dalam kamarnya.
"Ya, sudah, ayo ke bawah. Asya gak sekalian istirahat juga? Masih sakit, kan?" lanjut Dira sambil menarik lengan Trisya menjauhi pintu kamar Asya.
"O-oh, enggak, udah enakan kok," Asya segera menutup pintu kamarnya sehingga kini ia cukup bernapas lega.
"Berarti obatnya cocok," celetuk Dira membuat Asya mengernyit bingung.
Asya menangkap kerlingan mata yang Dira berikan padanya sebelum wanita tua itu berjalan ke arah tangga dengan Trisya bersamanya.
"Ya, Tuhan, aku beneran malu," gumam Asya sambil mengusap kasar wajahnya.
Dira jelas sudah tahu. Wanita itu memang suka sekali menggoda Asya sehingga dengan sekali tatap saja, Asya bisa menilai ekspresi geli yang Dira berikan.
Apakah ayahnya juga sama?
"Sya?"
Asya terlonjak kaget. Wajahnya memerah dan matanya mengerjap berulang kali sambil menoleh ke pintu kamarnya. "Kenapa kamu berdiri di sini?"
Asya menatap Rama yang sudah berpakaian. Wajahnya jelas masih mengantuk. "O-oh, enggak, i-itu... a-aku..."
Rama merangkum wajah Asya yang jelas menghindari tatapannya. Ibu jari Rama mengelus lembut pipi dingin Asya. Sepertinya wanita itu habis mandi, karena Rama bisa mencium wanginya tubuh Asya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SHORT STORY 2017 - 2021 (END)
Romance[MATURE 21+] Semua cerita hanyalah karangan penulis saja. Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat atau kejadian, itu hanyalah ketidaksengajaan. Harap bijak dalam memilih bacaan sesuai usia. Follow dulu jika ingin mendapatkan notifikasi update. Start, 2...