The Captain's Lover (2)

71.6K 5.1K 464
                                    

Ngeri yaaa anceman emak2 di lapak ini buat nyuruh update🌚🤣

***

Sarah menghela napas berat saat suara isak tangis di dalam sana masih saja terdengar memilukan. Sarah tahu bagaimana perasaan Windi saat ini. Wanita mana yang akan baik-baik saja saat kekasih yang dicintainya malah berkhianat.

"Mbak, kamarnya sudah saya bersihkan."

Sarah menoleh dan mengangguk pelan pada asisten rumah tangga Windi. Wanita itu tidak bisa meninggalkan Windi sendirian di saat seperti ini. Sarah tidak mau Windi berpikir yang tidak-tidak lalu mencelakai dirinya sendiri.

"Saya istirahat dulu. Kalau ada apa-apa panggil saya," pinta Sarah dan ART tersebut mengangguk paham.

Sarah memasuki kembali turun ke lantai bawah karena kamar tamu yang biasa ia tempati ada di bawah. Dengan langkah gontai Sarah berjalan meninggalkan kamar Windi. Dia benar-benar pusing saat ini.

Di dalam kamar, Windi tidak bisa menghentikan tangisannya. Air matanya seolah sudah di setel untuk mengucur deras. Hatinya sangat sakit mengingat kekasihnya beberapa saat yang lalu.

"Pembohong," gumam Windi dengan wajah basah yang menengukup di atas bantal.

Windi yakin, Haikal mudah mencari penggantinya jika ia memutuskan pria itu. Tapi Windi tidak yakin pada dirinya. Apa masih ada pria yang mau menerimanya dengan keadaan tak utuh lagi? Windi mencintai Haikal. Lebih dari apa pun. Sehingga hal berharga di dirinya saja ia berikan pada pria itu. Windi akui dia bodoh.

"Harusnya kamu ngomong kalau kamu bosan sama aku. Jangan kasih aku harapan kayak yang lalu-lalu," isak Windi.

Windi tidak menghiraukan ponselnya yang berdering nyaring. Windi yakin kalau yang menghubunginya bukan Haikal. Kekasihnya itu pasti sedang menghabiskan waktu berdua dengan wanita barunya. Windi sudah dicampakkan. Windi tidak lagi diinginkan.

"Apa aku mati aja?" Windi menggumam pelan dan bayang-bayang kehancuran hidupnya tanpa Haikal menari-nari di benaknya.

Windi akan menderita. Selama ini dia hanya bergantung pada pria itu. Windi selalu mengandalkan Haikal untuk hal apa pun. Bahkan, dalam hal pekerjaan saja, Windi menyerahkan pada Haikal. Jadwal terbangnya ditentukan oleh pria itu. Dan yang tidak pernah lupa, mereka selalu melakukan penerbangan berdua.

Ya, Windi akui, Haikal dan dirinya memang bukan dua orang yang sebanding. Haikal jelas pewaris kerajaan bisnis milik keluarga. Sedangkan Windi hanya wanita biasa yang hidup jauh dari orangtuanya di kampung sana.

Ketukan di pintu kamarnya tidak Windi hiraukan. Sarah mungkin masih di luar sana dan wanita itu pasti khawatir makanya mengetuk pintu. Tapi demi apa pun, Windi benar-benar ingin sendiri. Meratapi nasibnya yang menyedihkan.

"Tiga tahun, Mas, tiga tahun kita bersama. Dan kamu semudah itu buat berpaling dari aku. Aku kurang apa?" Windi meratap.

Bunyi suara pintu dibuka membuka Windi semakin menenggelamkan wajahnya. Bahkan bisa Windi rasakan bantal di bawahnya itu sudah sangat basah. Windi juga sudah menebak kalau wajahnya pasti sangat kacau. Sarah pasti masuk dengan kunci cadangan yang dipegang ART.

Tubuh Windi membeku saat seseorang menindihnya. Lalu terpaan napas hangat di tengkuknya disertai kecupan-ringan semakin membuat Windi tak berkutik. Windi menahan napas sambil menebak siapa pelaku di atasnya.

"Maaf,"

Haikal. Windi tahu itu Haikal. Tangis Windi semakin menjadi. Haikal di sini? Haikal bersamanya? Ini pasti mimpi. Mana mungkin....

"Aku gak ada niat mau bohongin kamu. Aku-"

"Aku tahu. Mas.... Bosan?" Suara Windi tidak terlalu jelas sehingga Haikal tidak meresponnya.

SHORT STORY 2017 - 2021 (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang