The Captain's Lover (End)

73.2K 4.5K 144
                                    

Windi duduk termenung di salah satu kursi tunggu di bandara. Air matanya sudah kering. Matanya pun sudah membengkak karena terlalu lama dan sering menangis sejak berita yang ia terima. Kenapa harus secepat ini? Bahkan dia belum menjawab ajakan nikah pria itu. Windi benar-benar merasakan penyesalan yang amat dalam kali ini.

Ponsel di tangannya juga berdering sejak tadi. Entah panggilan itu dari Sarah, atau dari Anggi. Windi tidak punya tenaga bahkan untuk sekadar melirik layar ponselnya. Kejadian kali ini memang mimpi terburuk di hidupnya.

"Win!"

Windi tidak menoleh. Bergeming saja wanita itu tidak sama sekali. Dunianya seolah berhenti berputar. Pria yang dicintainya entah di mana. Apakah pria itu masih hidup dan baik-baik saja. Atau sudah tenang di alam yang berbeda dan sekarang tengah melihatnya hancur perlahan?

"Win!"

Seorang pramugari yang mengenakan pakaian seragam seperti yang Windi punya menghampiri wanita itu. Napasnya terengah. Matanya menatap Windi yang sangat kacau. Penampilan wanita itu bisa dikatakan tak ada baiknya.

"Kapten Haikal...."

Windi sontak mendongak dan menatap lawan bicaranya. Nama Haikal sangat sensitif di telinganya. Kenapa pria itu? Apa jasadnya sudah ditemukan? Apa pria itu....

"Kapten Haikal.... Sudah kembali," lanjutnya sambil mengatur napas yang putus-putus.

Tubuh Windi yang sejak tadi menegang kaku mendadak lemas. Entab perasaan apa yang dia rasakan saat ini. Senang, sedih, marah dan rindu menjadi satu. Windi bisa merasakan kaki serta tangannya gemetar. Haikal kembali? Benarkah? Benar pria itu kembali? Bagaimana keadaannya?

"Ayo, aku antar," tawar rekan Windi tersebut. Mereka cukup dekat karena sering dapat tim penerbangan yang sama. Semua rekan kerjanya juga tahu hubungan Windi dengan Haikal bagaimana. Hanya saja, mereka tidak tahu kalau hubungan keduanya tidak mendapat restu dari Bu Presdir.

Windi mencoba berdiri. Ini hampir tiga jam berlalu sejak info yang ia terima tentang pesawat yang dibawa kekasihnya. Windi juga disuruh ke sini karena ada kabar yang harus disampaikan terkait pesawat yang hilang kongak tersebut. Windi juga bertemu dengan ibu Haikal. Tapi wanita itu sama sekali tidak menunduk hormat atau mengapa wanita tua tersebut. Bukannya Windi ingin terlihat kurang ajar. Tapi dia tidak bisa bersikap baik di saat dirinya sedang hancur.

"Di mana?" Windi menggumam pelan.

"Ruang rapat. Semua tim yang berangkat ada di sana. Ayo, kita disuruh ikut gabung."

Windi dipapah dengan pelan agar wanita itu kuat berjalan menuju lantai atas di mana ruang rapat berada. Rekannya benar-benar prihatin melihat keadaan Windi.

Beberapa menit kemudian, keduanya memasuki ruang rapat. Windi berusaha kuat untuk menatap satu persatu orang-orang yang ada di dalam sana. Ada ibu Haikal yang pertama kali tertangkap penglihatannya. Wanita itu menatapnya dengan pandangan yang entah bagaimana. Lalu, Windi melihat Haikal. Haikal..... Pria itu..... Ada di sana. Kepalanya mendadak pusing. Matanya kembali memburam karena genangan air mata.

"Mas," gumam Windi sangat pelan.

Windi tidak tahu apa yang terjadi selanjutnya karena wanita itu tidak dapat melihat apa pun. Telinganya hanya mendengar langkah kaki mendekat lalu suara pria yang dia rindukan memanggil namanya.

Windi sangat bersyukur, Haikal kembali dalam keadaan baik-baik saja. Setidaknya, pria itu sekarang ada di sini, bersamanya.

"Sayang! Windi!" Haikal sangat panik saat melihat tubuh kekasihnya ambruk begitu saja. Pria itu berlari kencang mendekati Windi yang dipegang oleh rekan kerjanya.

SHORT STORY 2017 - 2021 (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang