The Game of Shazad (4)

33.6K 3.7K 164
                                    

Hari ini tepat 2 minggu sudah berlalu sejak Sharen kembali berkumpul dengan kedua orangtuanya. Hari-hari yang biasanya Sharen lewati dengan bekerja kini terasa sedikit berbeda. Apalagi Sharen juga rutin konsultasi dan meditasi dengan dokter pilihan orangtuanya.

Sharen tahu, kejadian 2 tahun lalu yang hampir merusak masa depannya adalah kejadian yang membuatnya sampai kini waspada bersentuhan dengan pria secara intim. Jadi, wajar saja saat pertama kali bertemu dengan Shazad, Sharen tak sadarkan diri. Sharen syok.

"Bun, kapan kita ke tempat nenek baik?"

Sharen mendekati ibunya yang sedang membuat minuman untuk sang ayah. Senyuman lembut yang diberikan wanita yang melahirkannya itu membuat Sharen mencebikkan bibir.

"Siap-siap sana. Kita bakal balik ke rumah lama hari ini. Besok baru ke tempat nenek baik," ujar sang ibu sambil berlalu meninggalkan Sharen yang mematung.

Benarkah? Mereka akan kembali menghuni rumah mewah dan megah milik keluarganya yang dulu? Sharen merasa hatinya penuh oleh kupu-kupu. Rumah itu adalah istana pertama bagi Sharen dan menyimpan banyak kenangan.

Dengan semangat Sharen melangkah meninggalkan dapur. Wanita itu berlari kecil menaiki undakan tangga untuk menuju ke kamarnya. Karena ceroboh, kaki Sharen tersandung dan hampir mencium undakan tangga di depannya kalau saja sebuah lengan tidak menangkapnya.

Sharen mengerjap. Ia kira wajahnya benar-benar akan bersentuhan dengan undakan tangga. Napasnya bahkan sudah tertahan.

"Hati-hati!"

Sharen semakin mengerjap. Suara itu begitu dingin dan membuat bulu kuduk Sharen meremang. Berdeham sedikit, Sharen kembali berdiri dengan tegak. Ia menatap Shazad yang juga menatapnya.

"Makasih," ujar Sharen sebelum berlalu.

Shazad memperhatikan punggung Sharen dan menghela napas panjang. Wanita itu berhasil membuat kinerja jantungnya berpacu dengan cepat. Melihat Sharen terluka di depan matanya adalah kelemahan Shazad.

Shazad lelah. Selama 2 Minggu ini dia jarang bertemu dengan Sharen karena tugasnya. Apalagi ayah Sharen akan kembali ke posisinya semula. Shazad semakin dibuat kelimpungan mengurus banyak hal.

***

Sharen selesai membersihkan kamar lamanya. Helaan napas lega dan raut bahagia tercetak jelas di wajah cantiknya. Sharen sangat merindukan kamar ini. Akhirnya mereka bisa kembali ke istana milik mereka setelah banyak kejadian yang menimpa keluarga mereka.

"Sha, Bunda bisa minta tolong?"

Sharen menoleh ke ambang pintu kamar di mana ibunya berdiri sambil menggenggam ponsel di tangannya. Sharen mengangguk sehingga sang ibu melambai menyuruhnya mendekat.

"Ini catatan belanja Bunda. Shazad bakal nemenin kamu. Bunda harus bantuin Ayah di belakang," jelas sang ibu sambil memberikan catatan kecil ke tangan Sharen.

"Oke," Sharen menurut tanpa banyak kata.

Memastikan penampilan cukup sopan, Sharen segera berlalu ke lantai bawah. Matanya menatap Shazad yang kini sedang bertelepon dengan seseorang. Sharen tidak mau mengganggu sehingga ia terus melangkah menuju mobil di depannya.

"Iya, Ara... Abang gak lupa. Udah dulu, ya, nanti Abang telpon lagi."

Sharen menggigit bibir. Ara. Shazad pasti sangat mencintai wanita bernama Ara tersebut. Nada bicaranya bahkan sangat lembut dan penuh kehangatan. Tidak seperti Shazad yang berbicara padanya dengan nada dingin dan tajam.

"Jalan, Pak," Shazad memasuki mobil dan duduk di kursi penumpang di sebelah sopir. Sementara Sharen ada di kursi penumpang belakang.

"Ke klinik sebentar, Pak," ujar Shazad.

SHORT STORY 2017 - 2021 (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang