"By, udah. Gue gak mau lo banyak pikiran. Sekarang lo harus istirahat. Ini udah malem, oke?"
"Gue balik aja. Pengin sendiri."
"Lo yakin?"
"Hm."
"Oke, gue anter. Tapi plis, jangan berulah yang aneh-aneh. Hidup lo berarti, By. Masih banyak yang sayang sama lo. Salah satunya gue."
Perempuan berambut coklat bergelombang yang dipanggil 'By' itu tersenyum haru. Sambil mengangguk, ia memeluk lawan bicaranya, sahabatnya.
"Makasih, Ly. Gue janji gak bakal macem-macem. Lo percaya sama gue, kan?"
"Percaya."
Keduanya langsung keluar dari unit apartemen dan menuju lift. Jarak gedung apartemen keduanya memang tidak jauh. Tapi untuk waktu yang malam begini, rasanya terlalu bahaya berjalan kaki berdua sehingga mereka memilih menggunakan mobil.
"Ada apa-apa telpon gue,"
"Iya, lo hati-hati,"
Lily, perempuan di balik kemudi mengangguk dan melambai pada sahabatnya. Sementara perempuan yang berdiri memperhatikan mobil yang mulai menjauh tersenyum pedih.
"Kenapa hidup gue harus begini?" gumamnya memejamkan mata sambil menarik napas panjang.
Baby, perempuan berusia 21 tahun itu harus menanggung beban batinnya seorang diri akibat ulah orang yang sama sekali tidak ia sangka.
Sesampainya di dalam apartemen, Baby merebahkan dirinya di sofa sambil menatap langit-langit ruangan di atasnya. Kejadian tadi siang masih menguasai pikirannya.
"Kamu mau apa ke sini?"
"Siang, Tante, saya mau ketemu Alan, ada?"
Wanita yang dipanggil 'Tante' oleh Baby mendecih sinis dengan tatapan tajamnya menatap tubuh Baby dari atas kepala hingga ujung kaki.
"Mau apa kamu cari-cari anak saya? Mau morotin dia? Saya tahu kamu itu orang susah, makanya mau pacaran sama anak saya. Kuliah aja beasiswa. Jangan-jangan hidup kamu di sini anak saya yang biayain,"
Baby merasakan dadanya sesak. Niatnya datang ke kediaman orangtua Alan hanya untuk bertemu laki-laki itu. Sejak 2 hari Alan seolah menghilang dan tidak bisa dihubungi, Baby jelas khawatir. Teman-teman Alan juga tidak tahu di mana kekasih Baby itu berada.
"Saya gak pernah melakukan apa yang Tante tuduhkan ke saya. Maaf kalau kedatangan saya mengganggu waktu Tante. Permisi,"
Baby membalikkan badannya. Baru hendak melangkah, ucapan ibu Alan membuatnya kembali berhenti. Kali ini tubuh Baby seolah disiram oleh air panas. Rasanya terbakar.
"Anak saya mau nikah sebentar lagi. Kalau kamu mau uang, hubungi saya dan jauhi anak saya. Saya gak mau rumah tangga anak saya nanti ada pelakor."
Baby tidak menyahut, langkahnya terasa berat, tapi ia harus segera pergi dari tempat ini. Baby mengusap perutnya dengan pelan sambil mensugestikan dirinya agar tetap kuat melangkah hingga ke depan gerbang rumah besar milik orangtua Alan.
"Ibu gak akan nyakitin kamu, Nak," Baby mengusap sudut matanya dengan sebelah tangannya. Sementara sebelah tangan lagi bertengger di atas perut ratanya.
Beranjak dari sofa, Baby melangkah memasuki kamar tidur. Seperti yang Lily katakan, ia harus istirahat. Jangan sampai ia down dan malah membuat janin di perutnya ikutan tersiksa.
"By?"
Baby yang baru selangkah masuk ke dalam kamar seketika menoleh dengan cepat ke arah suara yang memanggilnya. Di sana, di ambang pintu apartemennya, orang yang Baby cari selama 2 hari ini berdiri dengan keadaan kacau.
KAMU SEDANG MEMBACA
SHORT STORY 2017 - 2021 (END)
Romance[MATURE 21+] Semua cerita hanyalah karangan penulis saja. Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat atau kejadian, itu hanyalah ketidaksengajaan. Harap bijak dalam memilih bacaan sesuai usia. Follow dulu jika ingin mendapatkan notifikasi update. Start, 2...