AW, terima kasih untuk semua do'a-do'a baik dari SS family❤️ aku gak kuat balas satu-satu, tapi percayalah, aku terharu baca semua ucapan dan mengaamiinkan semua do'a-do'anya🥺 sayang kalian❤️
***
Windi menggumam pelan saat matanya perlahan terbuka, cahaya terang yang menyapa penglihatannya membuat Windi menyipitkan mata untuk menatap ke sekelilingnya. Haikal tidak ada bersamanya. Ke mana pria itu? Apa dia sudah pergi?
Menghela napas, Windi beringsut duduk lalu mengingat kembali bagaimana mereka berakhir dengan bercinta lagi. Emosi yang menggebu dari keduanya membuat percintaan mereka terasa berbeda saat itu. Lebih panas dan lebih....
"Mami tahu apa maksud aku. Aku gak pernah main-main sama kata-kata aku. Kalau Mami masih nekat, oke, kita lihat, aku yang hancur, atau Mami,"
Windi menahan napas. Haikal masih ada di sini. Pria itu sepertinya tengah bertelpon dengan ibunya. Karena penasaran dengan obrolan apa yang pria itu bahas, Windi bangkit dan berjalan mendekat ke arah balkon kamarnya. Punggung telanjang Haikal yang menjadi sasaran utama matanya.
"Mami gak mungkin gak tahu. Saham di perusahaan lima puluh persennya punyaku dan sepuluh persen punya Windi. Mami kira dengan aku berhenti jadi kapten dan dicoret dari daftar pewaris, aku bakal jatuh miskin?" Haikal tertawa sambil meremas ponselnya dengan kuat. "Yang ada, kalau aku tarik sepuluh persen saham Windi, perusahaan bakal goyah. Apa kabar jika aku tarik semua sahamku? King Air bakal tinggal nama," lanjut Haikal dengan suara dinginnya.
Windi menahan napas. Sahamnya? Kenapa ada saham miliknya di kerajaan bisnis keluarga pria itu? Windi sama sekali tidak paham.
"Astaga, Mami, aku gak ngancem loh, aku cuma ngasih Mami gambaran. Mami gak suka milik Mami diganggu. Aku juga gak suka milikku diganggu. Jadi stop nyari tahu tentang wanitaku dan jangan libatkan pekerjaannya! Kalau sampai Windi merasa terganggu karena ulah Mami, aku yang bakal jamin sendiri penyesalan untuk Mami. Cukup Papi aja yang Mami bikin terlihat bodoh dan Mami injak-injak harga dirinya sesuka hati Mami. Aku bukan Papi, dan aku gak akan sama kayak Papi ataupun Mami, menuhankan harta!"
Haikal mematikan sambungan telpon bersamaan dengan dua lengan memeluknya dari belakang. Telapak tangan Windi mengelus dada keras pria itu. Windi tahu, saat ini, Haikal dalam suasana hati yang tidak baik-baik saja. Semuanya sudah pria itu jelaskan padanya tadi malam, sehabis bercinta. Tapi untuk pembahasan saham, Windi benar-benar tidak tahu.
"Udah mandi, ya?" Windi mengecup punggung lebar Haikal yang tercium wangi oleh hidungnya.
Haikal mengelus lengan Windi yang melingkar di tubuhnya dan tersenyum. Pria itu membalikkan badan dan menatap Windi yang masih terlihat lelah. Salahnya juga, karena mengajak Windi untuk berolahraga semalaman suntuk.
"Udah. Ini udah hampir sore, Sayang. Kamu baru bangun, tapi kayaknya masih ngantuk," Haikal mengelus pipi Windi dengan lembut.
"Badan aku sakit semua," keluh Windi.
Haikal terkekeh, "maaf," ujarnya tanpa rasa bersalah sedikitpun. Lihat saja, raut wajahnya malah sangat menyebalkan dengan senyum mesumnya.
Windi mendengkus dan kembali menempelkan tubuhnya pada tubuh Haikal. Rasa nyaman memeluk pria ini adalah hal yang paling dinikmati Windi. Kehilangan Haikal bukanlah hal yang pernah Windi bayangkan sebelumnya.
"Oh, iya, besok kita free dulu, aku udah ganti jadwalnya ke bulan depan aja. Kamu bisa istirahat seminggu ini."
Windi langsung mendongak. Free? Kenapa mendadak? Apa ada masalah?
"Kenapa tiba-tiba?"
Haikal tersenyum. "Gak tiba-tiba. Ini udah aku atur dari Minggu lalu," jawabnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SHORT STORY 2017 - 2021 (END)
Romansa[MATURE 21+] Semua cerita hanyalah karangan penulis saja. Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat atau kejadian, itu hanyalah ketidaksengajaan. Harap bijak dalam memilih bacaan sesuai usia. Follow dulu jika ingin mendapatkan notifikasi update. Start, 2...