Bella's Temptation (3)

41.4K 4.1K 604
                                    

"AKH!" Jihan terdorong kuat dari atas sofa. Tubuhnya membentur lantai dengan kuat sehingga kini rasa sakit yang luar biasa ia rasakan.

"Bel, Bella..."

Jihan masih bisa melihat bagaimana seorang pria kini sedang mengkhawatirkan Bella. Rasa sakit Jihan semakin bertambah kala tak seorang pun yang memperdulikannya.

"Bel, Bella!"

Bella terbatuk dan masih mencoba untuk menarik napas dengan rakus. Sialan. Jihan benar-benar punya jiwa pembunuh. Tunggu saja, Bella tidak akan membiarkan wanita gila itu bebas dengan mudah.

"Kita ke rumah sakit,"

Bella menggeleng sambil menahan lengan Zidan yang hendak menggendongnya. Bella menatap Jihan penuh kebencian.

"Gue takut," cicit Bella dengan suara lemah.

"Ini semua gara-gara lo!"

Zidan menatap bengis pada temannya yang berdiri kaku di ambang pintu kamar hotel yang Bella dan Jihan tempati. Pria itu masih syok dengan apa yang baru saja dilihatnya.

Ia bahkan tidak sadar kalau tadi sempat meneriaki nama Jihan. Ardo, si panitia acara reuni itu tidak percaya kalau Jihan yang ia kenal akan senekat dan seberani itu menyakiti orang lain. Apalagi ini Bella.

"Zid, g-gue panggil yang lain dulu," Ardo berlalu begitu saja mengabaikan  kemarahan Zidan.

Bella terbatuk dan itu membuat Zidan kembali menatapnya. Pria itu jelas sangat mengkhawatirkan keadaan Bella. Kalau dia telat sedikit saja, Zidan tidak bisa membayangkan keadaan Bella.

"Coba aku lihat," Zidan menyentuh dagu Bella dan mengangkatnya sehingga ia bisa melihat leher wanita tersebut.

"Bangsat," umpat Zidan saat mendapati beberapa goresan di kulit leher Bella.

"LO GILA, HAH?!" teriak Zidan beralih menatap Jihan.

Jihan tersentak dan tercenung. Zidan membentaknya karena kesalahan kecil yang ia lakukan. Apa Bella sepenting itu?

Zidan hendak mendekati Jihan tapi Bella lebih dulu menarik lengannya. "Lo cowok," kata Bella.

Bella jelas tidak menyukai pria yang kasar terhadap wanita. Apalagi sampai berbuat kekerasan. Walaupun Jihan salah, tapi Bella akui jika dia juga yang memancing amarah wanita gila itu.

Zidan mendengkus. "Ada bawa obat gak?"

Bella menggeleng. Sebenarnya Bella membawa beberapa obat, tapi kotaknya ketinggalan di dalam mobil yang dipinjam temannya.

Seolah mendapatkan ide cemerlang, Bella semakin menempelkan tubuhnya ke tubuh Zidan. Matanya melirik Jihan dan itu membuatnya tersenyum senang di dalam hati.

Sudah panas, kan? Kenapa tidak dibakar sekalian saja. Bella suka memancing kegilaan Jihan. Apalagi mulut Jihan sudah jahat mengatai ibunya jalang. Bella jelas tidak terima ada yang lancang menghina orangtuanya.

"Jangan tinggalin gue," pinta Bella dengan ekspresi memelas. Wajahnya begitu dekat dengan wajah Zidan.

"Aku di sini. Kamu gak usah khawatir. Ada yang sakit selain ini?" Zidan menyentuh leher Bella dengan lembut dan penuh perhatian.

Bella mendongak dan menggeleng pelan. "Berdarah? Perih soalnya."

Zidan meniup leher jenjang Bella dan kesempatan itu Bella gunakan untuk melingkarkan sebelah lengannya di pundak Zidan.

Semua yang Bella lakukan tidak lepas dari penglihatan Jihan. Bahkan kini Jihan sudah berdiri sambil mengepalkan kedua tangannya. Jihan tahu kalau Bella sengaja membuatnya cemburu.

SHORT STORY 2017 - 2021 (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang