Zaheen mengangkat lengannya untuk melihat jarum jam sudah di angka berapa. Zaheen tidak sabar ingin segera bertemu dengan Ara lagi. Tapi kenapa rasanya pukul 12 terasa begitu sangat lama.
Ponsel Zaheen yang ia letakkan di atas meja tiba-tiba berdering. Dengan malas-malasan Zaheen meraihnya dan menerima panggilan dari sekretarisnya.
"Kenapa?"
"Bapak masih di Apartemen? Saya cuma mau ingetin lagi, Pak, penerbangan Bapak-"
"Saya gak lupa, Bimo! Kamu nyinyir mulu kayak perempuan."
Zaheen memutuskan sambungan telepon begitu saja. Si Bimo itu kenapa jadi posesif sekali, sih? Setiap 10 menit menelponnya. Zaheen jadi takut. Takut kalau Bimo diam-diam menyukainya.
Mata Zaheen menoleh pada pintu apartemennya. Tidak ada tanda-tanda kedatangan Ara dari sana. Sial. Apa wanita itu meremehkan ucapan Zaheen di klinik tadi?
Atau... Ara marah karena Zaheen sempat membuat heboh perawat-perawat di klinik? Entahlah. Semoga saja Ara lebih ke cemburu. Zaheen sangat berharap hal demikian.
"Sepuluh menit lagi."
Zaheen terus menghitung mundur waktu yang berlalu. Ia bahkan sengaja membatalkan janji makan siang dengan teman-temannya demi bisa bersama Ara.
"Kayaknya Ara udah di jalan. Sabar, Zaheen! Ara pasti datang," gumamnya untuk menyemangati dirinya sendiri.
Zaheen takut kalau ia hanya mengharapkan hal semu. Zaheen takut kalau di sini hanya dia yang begitu menggebu-gebu sedangkan Ara tidak. Zaheen takut kalau selama ini dia hanya salah sangka menilai Ara yang sama sekali tidak pernah menyukainya.
Mungkin Ara sempat mengandalkan Zaheen untuk segala hal pada 3 tahun lalu. Tapi Zaheen takut kalau hal itu hanya karena Ara tidak enak menolak tawaran Zaheen saja.
"Lima menit lagi," gumam Zaheen.
Raut wajahnya yang semula begitu antusias dan semangat perlahan berubah datar. Sepertinya Ara benar-benar tidak akan datang. Zaheen sangat tahu kalau Ara adalah wanita yang tepat waktu. Dan sekarang...
Zaheen hanya mengkhayalkan harapan kosong. Ara tidak ingin bertemu dengannya. Ara tidak menyukainya.
Setelah 5 menit yang tersisa berlalu begitu cepat, Zaheen meraih ponselnya. Pria itu menghubungi sekretarisnya untuk memberi tahu kalau mereka bisa pergi sekarang.
Mata Zaheen menatap hidangan kesukaan Ara di atas meja yang sudah ia hias sedemikian rupa. Semuanya sia-sia. Hanya Zaheen yang terlalu bersemangat untuk pertemuan mereka.
"Selamat tinggal, Ara. Semoga kamu bahagia," Zaheen beranjak dari duduknya. Hidangan ia biarkan begitu saja karena nanti akan pekerjanya yang membersihkan.
Zaheen memasuki kamar tidur dan terduduk di tepi kasur. Kepalanya menoleh pada jendela dan menatap langit yang begitu cerah siang ini.
***
"Nara?"
Ara yang hendak memasuki lift seketika menoleh mendengar seseorang menyebut namanya. Kening Ara berkerut samar sebelum decakan pelan keluar dari bibirnya.
Kenapa harus sekarang ia bertemu dengan wanita itu? Ara masih belum melupakan kejadian 3 tahun lalu. Wanita itu sumbernya.
"Lo lupa sama gue?"
Ara tetap bungkam. Harusnya dengan diamnya Ara bisa membuat wanita di depannya sadar. Tapi Ara salah. Wanita itu bermuka dua.
"Nyari Zaheen ke sini, ya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
SHORT STORY 2017 - 2021 (END)
Romance[MATURE 21+] Semua cerita hanyalah karangan penulis saja. Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat atau kejadian, itu hanyalah ketidaksengajaan. Harap bijak dalam memilih bacaan sesuai usia. Follow dulu jika ingin mendapatkan notifikasi update. Start, 2...