"Mas?"
Danis semakin panik saat mendengar suara ibunya memanggil dari depan kamar. Dengan cepat tangan Danis menarik lengan Nina sehingga wanita itu ikut masuk ke dalam kamar mandi. Danis menutup pintu dan menguncinya
"Ya, Bun?" sahut Danis sedikit berteriak.
"Oh, mandi, ya? Bunda cuma ngambil belanjaan yang ketinggalan. Nina gak ada ke sini?"
Danis menunduk menatap Nina yang kini juga menunduk. Jika pria itu melihat puncak kepala wanita di depannya, maka Nina sedang melihat puncak kepala adik kecil Danis yang menusuk perutnya.
Mata Nina mengerjap. Tangannya hendak menyentuh kepemilikan Danis itu, tapi Danis segera menahan kedua tangan Nina, lalu didorongnya wanita itu sehingga tersandar di dinding.
"Diam," desis Danis.
Nina mengerucutkan bibir sambil menelan ludah menatap adik kecil Danis yang sangat menggoda. Sial. Setelah setahun, akhirnya Nina bisa melihatnya lagi. Bentuknya masih sama. Nina kira bakal berubah.
"Sakit," lirih Nina saat Danis mengencangkan genggaman tangannya di pergelangan tangan Nina.
"Gak tahu, Bun," jawab Danis.
"Yaudah, Bunda pergi dulu,"
Danis ingin bernapas lega, tapi sialannya, pria itu malah mengerang menahan kedutan ngilu di bawah sana. Nina benar-benar cari masalah.
"Stop, Nin," bisik Danis dengan suara serak.
Sial. Danis bahkan belum mendapatkan pelepasan saat tadi memikirkan lekuk tubuh mantan istrinya itu. Dan sekarang malah semakin disiksa dengan Nina yang sengaja menjepit miliknya antara tubuhnya dan tubuh wanita itu.
"Lepasin tangan aku," kesal Nina.
Danis menurut. Pria itu kira Nina akan pergi jika ia melepaskan tangannya. Ternyata salah. Nina malah menyentuh milik sensitif Danis.
"Aku bantuin, ya?"
Danis mengepalkan kedua tangannya dengan mata yang terpejam erat. Sial. Sial. Sial.
"Jangan salahin aku," desis Danis sebelum mengangkat sebelah kaki wanita di depannya dan menarik ke samping kain segitiga yang Nina kenakan.
"Aah..." Nina mendesah lirih saat Danis berhasil masuk ke dalam intinya.
"Shit!" umpat Danis pelan sambil menenggelamkan wajahnya di ceruk leher jenjang Nina.
Nina memeluk Danis. Kedua lengannya melingkar di pundak pria itu. Air shower yang terus mengalir membuat suara percintaan mereka sedikit teredam.
"Yaahh... Mashh..." Nina lemas. Kakinya tidak kuat menyanggah tubuhnya lagi. Danis segera menggendongnya dan semakin mendesak tubuh Nina ke dinding. Kini wajah Danis sejajar dengan buah dada bulat Nina.
Tatapan mata keduanya sama-sama terkunci. Nina berharap Danis masih memiliki perasaan yang sama untuknya meski ini sudah satu tahun berlalu. Nina akui dirinya salah. Dibutakan rasa cemburu sehingga tidak mau mendengar penjelasan apa pun yang Danis lontarkan saat itu. Hingga Danis menerima permintaannya dan mereka resmi bercerai.
"Maafin aku," bisik Nina ketika Danis ingin mencumbu bibirnya.
Danis mengurungkan niatnya. Pria itu menatap bibir Nina yang bergetar. Gerakan Danis di bawah sana semakin cepat seiring dengan tatapannya yang mengarah ke mata Nina. Wanita di depannya berkaca-kaca.
"Maafin aku, Mas," ulang Nina.
Nina masih mencintai pria itu. Sangat. Tapi pengabaian Danis selama ini cukup membuat Nina tahu diri. Nina selalu berpikir kalau tidak ada lagi tempat untuknya kembali pada mantan suaminya tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
SHORT STORY 2017 - 2021 (END)
Romansa[MATURE 21+] Semua cerita hanyalah karangan penulis saja. Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat atau kejadian, itu hanyalah ketidaksengajaan. Harap bijak dalam memilih bacaan sesuai usia. Follow dulu jika ingin mendapatkan notifikasi update. Start, 2...