Elang menatap tajam ke sekeliling ruangan. Bau amis dari darah yang membanjiri lantai membuat pria itu mual. Kepalanya mendadak pusing. Membayangkan Yana akan bernasib sama jika ia terlambat.
"Yana!" Elang berteriak memanggil nama wanita yang dicintainya itu.
"E-Elang..."
Elang segera berlari mendekati sebuah pintu lain di dalam ruangan. Pria itu mendobraknya dan menatap Yana kini memeluk kedua lututnya sambil mendongak padanya.
"Ya, Tuhan!" Elang segera memeluk wanitanya dengan erat. Deru napasnya memburu. Yana sudah dipelukannya.
"A-aku... T-takut..."
Elang mengurai pelukan mereka, lalu matanya menatap lengan Yana yang tergores dan berdarah. Rahang Elang seketika mengeras. Sialan.
"A-aku... Hiks..." Yana terisak kuat dengan tubuh yang bergetar hebat.
"Udah. Dia pantas mendapatkan itu," bisik Elang sambil kembali mendekap tubuh Yana.
"A-aku membunuhnya..."
Elang tidak membiarkan Yana berbicara lebih banyak. Pria itu segera menggendong tubuh wanita tersebut untuk keluar dari ruangan laknat itu.
Yana memeluk erat leher Elang menyembunyikan wajah piasnya. Yana ketakutan dan merasa bersalah. Seumur hidup, ini pertama kalinya Yana menyakiti manusia bahkan sampai menghilangkan nyawanya.
"Bangsat! Elang! Lo bakal terima pembalasan gue!"
Elang tidak menghiraukan teriakan Adam. Langkah kakinya semakin tergesa keluar meninggalkan rumah yang sepertinya sudah lama tak berpenghuni itu. Sedangkan Adam meringkuk kesakitan dan tidak berdaya karena dikepung oleh orang-orang bersenjata utusan Elang.
"Gak..."
Elang menghela napas saat Yana tidak mau melepaskan lehernya. Lalu bagaimana caranya akan menyetir jika wanita itu bergelayut seperti ini?
Dengan helaan napas panjang, Elang mengelus punggung Yana, lalu kembali menggendongnya untuk berpindah ke kursi penumpang di belakang. Elang memanggil salah satu orang kepercayaannya yang berjaga di dekat mereka dan menyuruhnya untuk menyetir.
"Aku di sini," bisik Elang menenangkan Yana.
Mobil sudah berlalu pergi meninggalkan rumah yang menjadi saksi penembakan berdarah ala Yana. Kendaraan milik Elang itu menuju rumah sakit terdekat.
"Pulang," bisik Yana ketakutan.
"Kita obati luka kamu dulu," balas Elang.
Yana menggeleng. Wanita itu sama sekali tidak mau turun saat mobil sudah berhenti di depan lobi rumah sakit. Para dokter dan suster sudah berdiri di sana menyambut kedatangan mereka.
Elang, pria dengan harta dan tahta yang tidak bisa ditandingi. Tidak ada yang tidak mengenal Elang. Rumah sakit, hotel, apartemen mewah dan beberapa perusahaan raksasa di bawah kekuasaannya.
"Sayang, plis, periksa sebentar, ya, aku mau mastiin kamu baik-baik aja."
Yana tetap menggeleng. Air matanya kembali luruh saat menatap Elang. Rahang pria itu sontak mengeras lagi. Dia benci melihat wanita yang dicintai menangis.
"Oke, pulang," Elang menyuruh sopir untuk langsung pulang ke kediaman orangtua Yana.
Elang juga memeluk Yana dengan penuh perlindungan. Tidak bisa Elang bayangkan jika ia terlambat sedikit saja. Adam benar-benar gila.
"Adam..."
Yana tidak melanjutkan kalimatnya. Bayangan saat Adam datang tiba-tiba ke apartemennya, lalu menyeret paksa tubuh lemahnya dengan kasar, hingga mereka berakhir di rumah kosong itu, sangatlah mengganggu Yana.
KAMU SEDANG MEMBACA
SHORT STORY 2017 - 2021 (END)
Romance[MATURE 21+] Semua cerita hanyalah karangan penulis saja. Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat atau kejadian, itu hanyalah ketidaksengajaan. Harap bijak dalam memilih bacaan sesuai usia. Follow dulu jika ingin mendapatkan notifikasi update. Start, 2...