Nyengir lu si gay update!🔪
***
Aura menggigit bibir saat ia tiba di rumah Richard, Nina sudah berada di sana dan menunggunya. Sial. Apakah wanita tua itu akan mengadukan kelakuan Aura di kantor tadi pada orangtuanya?
Aura duduk di sofa yang bersebrangan dengan Nina. Wanita itu menatap Nina dengan pandangan menantang. Aura bukan wanita penakut. Ya, meskipun dia agak lemot.
Nina mengangkat sebelah alisnya menatap calon menantu. Ya, Nina pastikan dia akan menikahkan putranya dengan wanita di depannya ini. Nina sudah sejak lama menyukai Aura. Wanita itu seperti diri Nina sewaktu masih muda.
"Kenapa? Kamu mau menyampaikan apa ke saya?" tanya Nina sambil mengangkat sebelah kakinya untuk menimpa kaki yang lain. Gaya anggunnya ditiru oleh Aura. Jelas wanita itu sedang mengejek Nina.
Bukannya tersinggung, Nina malah terkekeh geli. "Kenapa, Aura? Kamu mau ngajak saya perang batin makanya diam-diam begini?"
Aura tidak tahu akan seperti apa dia bertemu dengan Richard lagi. Tadi, ia diantarkan pulang oleh sopir Richard karena pria itu ingin Aura istirahat saja di rumah. Bukan karena Richard perhatian. Pria itu hanya takut kelepasan dan memperkosa Aura di ruang kerjanya.
"Tante sengaja, kan?" todong Aura menatap Nina dengan sebal.
"Lagian kamu juga gak nanya mau kerja di mana dan di rumah siapa. Jangan nyalahin saya dong," balas Nina.
"Emangnya kalau saya tanya, Tante bakal jawab jujur?"
"Enggak sih," Nina menjawab santai.
Aura mendengkus. "Yang Tante lihat tadi itu gak kayak gitu. Tante jangan ngadu-ngadu sama Mami. Nanti jatuhnya fitnah, karena Tante gak lihat semuanya."
Nina mengangkat sebelah sudut bibirnya. "Kamu mau saya gimana?"
Aura mengerucutkan bibir. Bola matanya bergerak-gerak seolah sedang berpikir keras.
"Kalau kamu pulang dan bilang sama orangtua kamu buat terima lamaran saya, saya janji bakal tutup mulut," Nina memperagakan gerakan mengunci mulut di depan Aura.
"Tapi..."
"Saya kenal anak saya, Aura. Kamu mau dilecehkan sama Richard? Gimana kalau dia macem-macem terus kamu ditinggal? Saya gak mau ikut campur, ya, kalau sampai Richard nyakitin kamu. Coba kamu pikir baik-baik deh."
Nina memperhatikan perubahan ekspresi di wajah Aura. Wanita itu jelas masih ada sisi polos dan bodohnya.
"Tapi, kan, anak Tante itu gay! Saya gak mau punya suami gay! Ngolah doang, jadi kagak," Aura menggumam di akhir kalimatnya.
"Gay?!" pekik Nina syok.
Aura mengerjap sambil memundurkan tubuhnya sehingga tersandar di sofa. "Tante ngagetin!" serunya kesal.
"Kamu bilang apa? Anak saya gay?!"
Aura melirik ke kiri dan ke kanan, "jangan kenceng-kenceng, Tante, nanti orangnya dengar,"
"Dia, kan, di kantor," sahut Nina cepat.
"Mana tahu tiba-tiba muncul," Aura bergidik.
Nina memijit pelipisnya. Kepalanya mendadak pusing. Gay? Yang benar saja!
"Kalau anak saya gay, gak mungkin dia nyosorin kamu!"
"Oh, itu, Pak Richard bilang dia butuh pelepasan, makanya saya bantu," cengir Aura.
"Bodoh," umpat Nina sambil memejamkan mata.
Satu yang berbeda dengan Nina muda, ia tidak lemot dan bodoh seperti Aura.
KAMU SEDANG MEMBACA
SHORT STORY 2017 - 2021 (END)
Romantizm[MATURE 21+] Semua cerita hanyalah karangan penulis saja. Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat atau kejadian, itu hanyalah ketidaksengajaan. Harap bijak dalam memilih bacaan sesuai usia. Follow dulu jika ingin mendapatkan notifikasi update. Start, 2...