Sexy Lecturer (2)

66K 5.2K 318
                                    

Sofia memasuki studio sedikit tergesa. Wanita itu terlambat karena sang manager tidak bersamanya seperti biasa. Wanita yang lebih tua 2 tahun dari Sofia itu ada urusan dan langsung menyusul kemari. Sayangnya, Sofia yang entah kenapa merasa lelah sejak pulang dari kampus malah ketiduran dan bablas hingga sore.

Sang manager jelas saja sangat panik dan khawatir. Pasalnya, pemotretan sore ini tidak ditangani oleh Eno, selaku fotografer senior yang terbiasa dengan jadwal Sofia meski kadang wanita itu terlambat.

"Mas Eno udah datang? Dia gak marah, kan?" tanya Sofia saat memasuki ruangan khusus untuknya mengganti pakaian.

"Mas Eno baru datang, dia kira pemotretan udah kelar dan dia mau lihat hasilnya. Tapi..."

"Maksudmu? Bukan Mas Eno yang motret?"

Sang manager menggeleng. "Pria yang kemarin, teman Mas Eno," jawabnya.

Sofia kembali merasakan perasaan aneh. Tubuhnya bereaksi di luar kendalinya. Berkeringat, gugup dan cemas secara bersamaan.

"Tapi karena Mas Eno udah di sini, berarti dia yang ambil alih lagi, kan?"

Sang manager kembali menggeleng, "model pria yang harusnya jadi pasanganmu sore ini gak dateng. Jadi, Mas Eno tadi udah bahas sama kru yang lain, Nando yang gantiin model."

Sofia membeku dengan mata yang membelalak. Nando? Sofia berpasangan dengan Nando? Tidak. Ini bahaya. Bagaimana mungkin...

"Aku harus bicara sama Mas Eno," gumam Sofia sambil beranjak dari duduknya. Bertepatan dengan itu, pria yang hendak Sofia temui malah masuk dan tersenyum padanya.

"Kamu beruntung, Ofi, karena modelnya gak dateng dan hukuman keterlambatanmu aku maafkan," ujar pria bernama Eno tersebut.

"Maaf, Mas, bablas," cengir Sofia.

Eno terkekeh dan mengangguk saja. "Bersiap dengan cepat, waktu kita gak banyak. Model pengganti juga harus pergi satu jam lagi," katanya memberi peringatan.

Mau tak mau Sofia kembali duduk dan menghela napas panjang. "Gaun malam, kan?" tanya Sofia pada managernya.

"Yaps. Jadi dandananmu agak menor kali ini," kekehnya.

Jika di kampus Sofia tidak pernah mengenakan make up, maka di sini, wanita itu bersahabat baik dengan semua penghias wajah itu. Jadi, tidak heran jika tadi pagi Nando membatin kalau penampilan Sofia di kampus dan di studio jauh berbeda. Seperti dua orang yang tidak sama.

Sekitar beberapa menit bersiap dengan cepat, untungnya juga penata riasnya profesional, sekarang Sofia sudah siap dengan penampilannya.

Sofia menahan napas saat keluar dari ruang ganti dan menemukan Nando sudah ready di depan kamera. Sial. Pria itu tidak mencerminkan mahasiswa berusia 25 tahun. Nando lebih ke aura pria dewasa yang menggoda.

"Oke, ayo kita mulai!" seru Eno ketika melihat Sofia berjalan mendekati Nando di depan kamera.

Nando menggeser sedikit posisi duduknya di atas sofa. Pria itu menyandarkan punggungnya dengan sebelah kaki menimpa kakinya yang lain. Sementara satu lengannya terulur di sandaran sofa. Satu lengan lagi berada di atas pahanya.

"Ofi nyender di dada Nando, kita coba pose kalem dulu, nanti baru pose hot-nya," Eno mencoba memberi arahan.

Sofia mengutuk di dalam hati. Andai saja ini bukan Nando, bisa Sofia pastikan dia sudah profesional sejak tadi dan jantungnya tidak akan berdetak dengan gila seperti saat ini.

"Tenang, saya gak akan macem-macem. Ini murni kerjaan," ujar Nando tiba-tiba saat tahu kekalutan di wajah wanita itu.

Sofia menghela napas berulang kali sebelum benar-benar mengambil posisi untuk duduk di sebelah Nando dan menempelkan punggungnya pada dada bidang pria itu.

'Sial. Nyender-able!' seru batin Sofia.

Berulang kali mereka dipotret oleh kamera Eno, entah sudah berapa banyak juga gambar yang pria itu abadikan. Bahkan, ada beberapa potret yang sangat natural sekali. Salah satunya ketika Nando menunduk menatap Sofia saat wanita itu ingin menggeser posisinya. Satu yang lainnya ketika lengan Nando tanpa sengaja melingkar di bahu wanita itu.

"Gila, selain bakat jadi fotografer, nih laki punya bakat jadi model juga," gumam manager Sofia.

"Setelan terakhir!" seru Eno.

Sofia yang semula berpose memeluk lengan Nando kini mulai melepaskan diri dan berjalan menuju ruang ganti. Sofia mulai merasa pegal pada kakinya yang sejak tadi cukup lama berdiri. Bahkan, pose di atas sofa hanya sebentar saja.

"Ini?!" pekik Sofia saat memihat gaun malam yang managernya berikan.

"Hm, ayo,"

"Mbak! Aku, kan, udah bilang bukan gaun ini, kemarin pas milih udah sepakat, kan, kalau gaun yang hitam itu," Sofia menunjuk gaun hitam yang tergantung di hanger.

"Mas Eno nyuruhnya ini, katanya ini lebih cocok. Udahlah, Fi, jangan banyak protes. Ini juga mau kelar, ayo," ajaknya membujuk.

Sofia mengerang kesal dan segera mengenakan gaun tersebut dibantu beberapa kru. Dalam hati Sofia berdoa semoga saja Nando tidak memilik hasrat pria pada umumnya saat melihat gaun sialan ini.

Tapi... Nando, kan, normal.

Usai bersiap, kini Sofia sudah berdiri di depan kamera. Nando menyusul setelahnya. Pria itu kenapa makin tampan? Andai saja Nando tidak mahasiswanya, mungkin jiwa jalang Sofia sudah terlihat sejak tadi.

"Ndo, lo duduk nyender di sini," Eno mengarahkan Nando untuk duduk menyender di tepian meja. "Kaki lo buka dikit biar Ofi berdiri di situ, tangan lo ke pinggangnya. Ofi nanti sebelah tangannya di dada Nando, ya. Terus ini, belahan gaunnya buka sedikit, biar pahanya kelihatan."

Karena cepat paham, keduanya langsung saja mencoba sesuai arahan Eno. Pria itu berdecak puas dan berteriak, "YA! TAHAN!" sambil mengambil beberapa gambar.

Selebihnya, Sofia dan Nando mengikuti naluri mereka. Posisi yang membuat Sofia menahan napas adalah ketika Nando sengaja menarik pinggangnya semakin rapat dengan tubuh pria itu. Sofia bisa merasakan segarnya napas Nando menerpa wajahnya.

Sial. Ini...

"Jangan banyak gerak," bisik Nando saat Sofia tanpa sengaja menyentuh juniornya.

"Itu..."

"Makanya jangan banyak gerak," desis Nando.

Sofia menelan air ludah. Kenapa itu senjata seolah mengajak bertempur di saat seperti ini. Entah kenapa rasanya pengambilan gambar setelan terakhir ini terasa begitu lama.

Sofia sudah mulai sesak napas karena desakan di bawah sana. Nando seolah sedang memberinya kode bahwa miliknya ikut terangsang karena posisi mereka saat ini.

"Ndo, kamu..."

"Hm," Nando hanya bergumam dengan napas yang memberat.

"Dikit lagi, Ndo. Ya, tahan!"

Dari lensa kamera Eno, kedua manusia itu seolah sedang bercumbu. Apalagi saat ini sebelah telapak tangan Sofia berada di tengkuk Nando.

"Jangan dielus," larang Nando saat merasakan pergerakan telapak tangan Sofia di tengkuknya. Meski bingung, Sofia mencoba untuk menahannya. Padahal bulu-bulu halus di belakang sana menggoda Sofia untuk mengelusnya.

"Ah..." suara desah lirih Sofia membuat penglihatan Nando menggelap. Pria itu memang tidak bisa menahan lagi. Apalagi ketika melihat buah dada Sofia. Sial. Sejak kemarin ia membayangkan benda kenyal itu. Dan sekarang terpampang nyata di depan matanya. Menekan dadanya.

"Seksi," bisik Nando spontan.

***

















Gak kok, gak batal. Gak nganuh wkwk

SHORT STORY 2017 - 2021 (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang