Alan bersiul senang kala kakinya melangkah semakin dekat dengan ruang dosen pembimbing. Sesuai targetnya, ia bisa mengajukan judul serta proposal lebih cepat dan sekarang ia sudah masuk tahap bimbingan. Mungkin, minggu depan Alan sudah bisa ujian proposal jika hari ini tidak ada revisi dan pembimbingnya puas.
Hampir 1 jam Alan berada di dalam ruangan dosen. Saat ia keluar, Alan berpapasan dengan Baby. Alan dalam suasana hati yang bahagia. Tapi saat melihat wajah pucat Baby, Alan mengernyitkan kening.
"Wajah kamu pucat," Alan seolah lupa tentang hubungan mereka yang sudah kandas. Tangannya refleks menyentuh pipi Baby sehingga beberapa pasang mata mahasiswa yang menunggu di dekat mereka menoleh.
"Kamu sakit?"
Baby mundur selangkah sehingga tangan Alan terlepas dari pipinya. Orang-orang seolah bertanya tentang hubungan keduanya. Undangan pernikahan Alan sudah tersebar luas. Sementara mereka tahu kalau laki-laki itu menjalin hubungan dengan perempuan di sana.
"Bisa minggir?" Baby tidak suka menjadi pusat perhatian banyak orang. Apalagi orang-orang itu kentara sekali sangat penasaran.
"By," Alan menatap sedih pada Baby. Mungkin kemarin mereka memang butuh waktu untuk menjernihkan pikiran. Tapi Alan tidak tahu kalau Baby akan semakin jauh dari jangkauannya.
Baby mengatupkan mulutnya dan mendorong Alan sekuat tenaga sebelum berlari menuju toilet di sudut lorong lantai dua.
Alan mengikuti Baby hingga di depan bilik toilet. Laki-laki itu mendengar dengan jelas mantan kekasihnya itu sedang muntah-muntah di dalam sana.
"By, buka, By," Alan mengetuk pintu seiring rasa khawatirnya yang meningkat.
"By?"
Untungnya ini akhir pekan dan tidak begitu banyak penghuni kampus. Hanya mahasiswa yang sudah mempunyai janji bimbingan dengan dosen saja.
Baby membuka pintu dan menatap Alan sebentar sebelum perempuan itu kehilangan kesadaran.
Alan panik luar biasa. Laki-laki itu menggendong tubuh tak berdaya Baby dan tergesa membawanya menuju mobil.
"By?" Alan terus berusaha memanggil nama Baby sepanjang perjalanan menuju rumah sakit.
Wajah berkeringat Baby serta bibir pucatnya semakin memperburuk pikiran Alan. Apakah ini ada kaitannya dengan tindakan aborsi perempuan tersebut?
***
Baby membuka mata dan hal pertama yang ia lihat adalah langit-langit ruangan berwarna putih. Baby meringis kala rasa pusing menyerang kepalanya.
"By," Baby menoleh dan menemukan Lily bersamanya.
"Kenapa lo di sini?" tanya Baby heran. Karena hal terakhir yang Baby ingat ia bersama Alan.
"Lo nyari si Alan itu?"
Baby menghela napas. Ke mana perginya Alan? Apa dia tidak peduli pada keadaan Baby sampai menghubungi Lily dan meninggalkannya?
"Papa sama Mama udah tahu. Sekarang Alan lagi di eksekusi karena bikin lo hamil," Lily mencebikkan bibir dengan raut meminta maaf.
"Lo bilang?!" seru Baby panik.
"Maafin gue, By, tapi Alan udah tahu sebelum gue sampai di sini. Pas dia nelpon gue, Alan udah tahu duluan dari dokter yang nanganin elo."
Baby memejamkan mata dan mulai merasa was-was. Apa Alan akan baik-baik saja? Dan... Bagaimana reaksi orangtua Baby?
"Gue mau ketemu Alan," Baby turun dari ranjang pasien dan keluar begitu saja meninggalkan Lily yang tercengang dengan tingkah kembarannya.
"Tuh anak baru sadar langsung pergi aja," keluhnya sambil mengikuti langkah Baby.
KAMU SEDANG MEMBACA
SHORT STORY 2017 - 2021 (END)
Romance[MATURE 21+] Semua cerita hanyalah karangan penulis saja. Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat atau kejadian, itu hanyalah ketidaksengajaan. Harap bijak dalam memilih bacaan sesuai usia. Follow dulu jika ingin mendapatkan notifikasi update. Start, 2...