Khanza az zahra menghampiri seorang anak kecil yang terlihat menangis dalam diam, walaupun tidak jauh darinya ada beberapa anak sebayanya tengah bermain. tapi tidak membuatnya tergiur untuk bergabung. Bagi khanza pemandangan seperti ini sudah sering ia lihat, ketika ada anak baru yang masuk panti tempat tinggalnya selama ini.
"Assalamu alaikum fathur, boleh kakak duduk disini?"
Tidak berniat membalas salam khanza, apalagi menjawabnya. anak yang bernama fathur itu justru makin menunduk. bahkan terlihat ketakutan, membuat wanita cantik disebelahnya mengulum senyum maklum.
"Diam berarti iya!"ucap khanza, sembari mendudukkan dirinya di samping fathur.
Setelah beberapa menit memperhatikan fathur yang masih tidak merespon kehadirannya, khanza akhirnya melarikan tangannya untuk mengelus pucuk kepala fathur, membuat anak itu mendongak takut-takut dengan wajah basah karna air mata, khanza tanpa ragu menyekanya.
"kakak siapa, kenapa tau namaku?"tanya fathur parau.
Khanza tersenyum lirih melihat raut kesedihan dan ketakutan fathur. Mengingat alasan anak itu berada di panti membuat khanza tidak habis pikir, bagaimana bisa anak umur 4 tahun mengalami hal yang begitu mengerikan. bukan hanya fathur, tapi setiap anak di panti ini memiliki cerita sendiri termasuk dirinya. Sudah sering melihat penderitaan anak-anak tidak membuat khanza terbiasa akan keadaan itu.
"Nama kakak khanza, kakak tau nama fathur dari bunda" jawab khanza dengan tangan yang masih setia mengelus kepala fathur. "Jadi kenapa jagoan menangis hm?"
"kak apa benar aku anak yang pembawa sial, makanya bude membuangku?"
Dengan tatapan polosnya fathur menunggu tanggapan khanza yang saat ini kehilangan kata-katanya, ia yakin anak ini pun tidak mengerti dengan apa yang ditanyakannya. Tapi karna ucapan orang yang tidak memiliki hati nurani telah membebani dan mengotori pikirannya.
khanza meraih tangan mungil fathur yang saling bertaut, digenggamnya lembut penuh simpati "siapa bilang fathur anak seperti itu? yang kakak tau fathur anak yang sangat baik dan juga_"
"dan apa kak!?"
Khanza tidak mampu menahan tawanya melihat raut penasaran fathur yang begitu menggemaskan "dan juga tampan hahaha"
Masih dengan sisa tawanya, khanza membawa tubuh mungil fathur kedalam pelukannya. Syukurnya Anak itu tidak menolak dan sudah bisa tersenyum malu. Bahkan ia nampak nyaman mengobrol dengan khanza dan itu suatu kemajuan yang baik.
"Jadi siapapun yang mengatakan hal buruk tentang fathur lupakan ya sayang, karna itu tidak benar. Karna kamu anak yang hebat dan pintar. Tugas fathur hanya membuktikan jika apa yang mereka katakan tidaklah benar"
"Caranya bagaimana kak?"
"Jadi anak yang sholeh dan sabar. Dan ingat kalau fathur punya Allah di sini" jawab khanza menunjuk dada fathur.
"benarkah?" khanza mengangguk mantab.
"apakah Allah tidak akan meninggalkanku sendiri, bisa menyayangiku dan juga__"
Suara fathur yang awalnya menggebu-gebu makin melemah, khanza bisa melihat perubahan rautnya tapi tidak berniat menyela, selain menunggu fathur menyelesaikan kalimatnya sendiri.
"apa Allah bisa memberikan aku mama?" cicit fathur.
Khanza terenyuh mendengar harapan fathur, matanya bahkan sudah berkaca-kaca. Ia lantas mengeratkan pelukannya sembari mengelus kepala fathur dengan sayang.
"Iya, Allah itu sangat penyayang melebihi kasih sayang orang tua ke anaknya. jadi fathur tidak perlu khawatir. Asal fathur mau menjadi anak sholeh maka Allah akan menghujanimu dengan kasih sayangnya"
Fathur menegakkan tubuhnya membuat pelukan mereka terurai. ia mendongak memandang khanza dengan wajah merah dan sembab. khanza yang melihat itu kembali berpikir, kenapa ada manusia yang tega menyia-nyiakan anak semanis fathur. khanza masih ingat ucapan bundanya sebelum menghampiri fathur.
Bunda yakin, fathur akan cepat mendapatkan orang tua baru
khanza sangat setuju dengan ucapan bundanya, tidak akan ada yang menyinyiakan anak seperti fathur kecuali keluarganya yang tidak bisa bersyukur memilikinya. Diantara semua anak panti, fathurlah yang paling berbeda.Wajahnya yang blesteran membuatnya begitu mencolok. Anak itu memiliki Pipi yang begitu bulat kemerah-merahan membuatnya begitu menggemaskan, serta mata bernetra abu-abu yang dinaungi bulu mata lebat, meski ada luka di beberapa tubuhnya tidak mengurangi sedikitpun kesempurnaan itu. Semua diturunkan dari ibunya yang memang berasal dari mexico, sayangnya beliau meninggal setelah melahirkan fathur.
"kalau aku mau jadi anak sholeh aku harus apa kak? dan juga, apa Allah bisa memberikan apa yang aku mau?" tanyanya lagi.
Khanza mengangguk mengiyakan "Bisa! Allah bisa memberikan apa yang fathur butuhkan. jika apa yang fathur minta itu baik, maka Allah akan memberikannya. Nanti kakak ajarin bagaimana menjadi anak sholeh bareng saudara-saudara yang lain. Sekalian kakak ajarin fathur bagaimana caranya meminta sama Allah dengan cara berdoa"
"kalau sekarang apa aku bisa berdoa?" tanyanya pelan dengan kepala yang tertunduk.
"Bisa, sekarang fathur coba liat kakak!"
khanza menengadahkan kedua tangannya. mencontohkan cara berdoa ke fathur."coba ikuti tangan kakak, setelah itu fathur minta sama Allah dengan sungguh-sungguh. tapi harus sabar menunggu jawaban dari doa. Ingat Allah suka anak yang sabar"
Fathur mengikuti apa yang khanza katakan, tangan mungil itu ikut menengadah kemudian mulai berdoa dan setiap katanya berhasil membuat hati khanza mencolos dengan Air mata yang sudah tak tertahan.
"ya Allah, aku sangat ingin punya mama seperti rehan. aku janji akan sayang dan menjaga mama, dan juga tidak akan nakal" fathur menoleh ke arah khanza tanpa menurunkan kedua tangannya. "ya Allah, bolehkan kalau kakak khanza jadi mamanya fathur aja. Fathur tunggu jawabannya ya, Aamiin".
Fathur mengusap wajahnya sesuai dengan apa yang khanza ajarkan, ia pun mendongak dengan cengiran polosnya ke arah khanza "kak bagaimana? kakak mau kan jadi mama aku. aku janji tidak nakal dan akan jadi jagoan"
Khanza menyunggingkan senyum menatap penuh haru pada anak manis dihadapannya. sedangkan Fathur terlihat takut membuat khanza marah dengan permintaannya, ia kembali menunduk dengan tangan memelin ujung bajunya gelisah. tapi tanpa ia duga khanza menariknya untuk masuk dalam pelukan hangatnya. khanza begitu tersentuh dengan permintaan fathur, Sebelumnya tidak ada anak yang memintanya seperti itu, hanya fathur. dan khanza tidak keberatan sama sekali akan permintaannya, Justru ia begitu bahagia membayangkan dirinya akan menjadi ibu dari anak yang begitu menggemaskan dan baik hati seperti fathur.
"Iya nak, kakak mau jadi mamanya fathur. dan yang harus fathur ingat kalau banyak yang sayang sama fathur, ada bunda dan saudara-saudara yang lain. jadi mulai dari sekarang berhenti bersedih dan jangan merasa sendiri lagi, karna sudah ada mama" ucap khanza parau.
Senyum fathur merekah sempurna, berharap ini semua bukan mimpi. Ia pun membalas pelukan khanza tidak kalah eratnya. "terima kasih ya Allah. aku sangat senang punya mama khanza, fathur janji akan menjaga mama agar tidak pergi" bisiknya dalam hati .
"aku akan berusaha jadi anak seperti yang mama harapkan. Aku sangat sayang sama mama, janji ya jangan tinggalin aku" kata fathur yang kini terisak.
Khanza mengurai pelukan mereka kemudian menghapus air mata fathur yang terus mengalir, dan tanpa ia duga tangan mungil itu juga melakukan hal yang sama, khanza terenyuh akan sikap manisnya yang begitu murni. "Iya nak, nggak akan"
Dengan kebahagiaan yang membuncah, fathur kembali menghambur kepelukan khanza. yang disambut dengan suka cita oleh wanita yang sudah ia ikrarkan menjadi mamanya itu. pelukan mereka begitu erat namun hangat hingga menjalar ke relung hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
cinta untuk khanza
General Fictionmaafkan aku karna aku tidak sekuat itu. cinta yang membuatku tidak kuat untuk membagimu . walaupun Tuhanku menjanjikan surga untuk perempuan yang ikhlas di madu. *** seorang pria yang tak lain adalah Sean, duduk bersimpuh dihadapan istrinya dengan t...