Bagian 10

5.3K 225 1
                                    

Khanza

Sudah hari ke lima fathur di rumah sakit. seperti kata dokter jika masih ada keluhan maka fathur masih harus dirawat,makanya prediksi yang awalnya hanya dua hari molor sampai empat hari. tapi Alhamdulillah sejak kemarin kondisi fathur sudah membaik. selesai membersihkan badan fathur aku langsung memberinya sarapan kemudian membantunya minum obat. syukur fathur sudah tidak rewel lagi soal bubur hambar-nya setelah dijanjikan pulang olehku. keadaan fathur memang sudah pulih dia bahkan sudah bisa berdebat dengan nisa yang selalu menggodanya sejak bangun tadi. nisa sendiri sudah berangkat sekolah jadi tinggallah aku dan fathur.

"Mam aku mau pulang!"rengek fathur setelah menelan obatnya.

"memangnya fathur sudah nggak pusing lagi hm?"

Fathur mengerjap pelan lalu menggeleng"tidak mam. tapi disini perih"tunjuknya pada luka yang diperban.

Salah satu hal yang sangat kusyukuri, fathur sudah tidak menutupi keadaan-nya lagi. melihatku yang hanya diam memandanginya dengan senyum geli,fathur langsung mengalungkan kedua lengannya dileherku refleks aku mendekat agar infus-nya tidak tertarik.

"Kita pulang aja yah mam,disini serem tidak ada bunda sama kakak"bujuk fathur

"Yaudah,nanti kita tanya pak dokternya apa fathur sudah bisa pulang. bagaimana?"sautku

Fathur langsung mengurai pelukannya tanpa melepas tautan lengannya dileherku. Raut berbinar dan senyumnya yang merekah terpampang di wajah mungilnya. "Jadi kita beneran bisa pulang mam?"tanya fathur memastikan.

Kukecup hidung mungilnya karna tidak tahan melihat tingkah menggemaskannya. fathur memang sudah terlihat lebih cerah,tidak pucat lagi. dan mata besarnya juga sudah terlihat lebih hidup tidak seperti kemarin yang redup.

"iya. tapi kita harus minta izin sama pak dokter dulu nak. kalau diizinin baru fathur boleh pulang. yang penting_"

"apa mam?"

"Fathur harus jujur sama mama kalau ada yang sakit. Ok!"jawabku sambil mencolek hidungnya.

fathur mengangguk semangat dengan tangan yang membetuk ok. disela tawanya fathur kembali memelukku erat "aku sayang mama!"seru fathur.

Entah berapa kali fathur mengungkapkan rasa sayangnya padaku efeknya selalu sama,membuat hatiku menghangat sekaligus haru. menjadi seorang ibu untuk anak sebaik dan semanis fathur merupakan Anugrah yang sangat kusyukuri. Aku sungguh mensyukuri pertemuanku dengannya.

"Mama lebih sayang fathur" balasku dengan mengecup berkali-kali pucuk kepalanya.

Pelukan kami terintrupsi karna ketukan pintu yang sudah sengaja kubuka karna tau memang jam segini waktu dokter untuk mengecek kondisi fathur. dan semoga fathur sudah bisa pulang jika tidak dia pasti kecewa.

"wah jagoan sepertinya sudah sehat ya!"ucap dokter.

Fathur langsung mengangguk semangat,tidak lupa senyum lebar yang membuat gigi mungilnya terlihat.

"kepalanya jangan terlalu banyak digerakin nak.nanti pusing lagi loh"peringat dokter saat melihat anggukan kuat fathur.

"sekarang baring yah. dokter mau cek dulu apa jagoan kita sudah bisa pulang atau belum"

tanpa disuruh dua kali fathur langsung berbaring tanpa menghilangkan senyum semringahnya. Sepertinya putraku itu benar-benar sudah sehat. tidak butuh waku lama dokter selesai memeriksa keadaan fathur,dan memberikanku arahan merawat mandiri luka dikening fathur. rombongan dokter pun pamit setelah memberi izin fathur pulang yang tentunya membuat bocah itu kegirangan.

Saat aku tengah membereskan pakaian yang akan dibawa pulang,tanganku terhenti saat melihat selimut yang urung kumasukkan dalam tas. senyumku tiba-tiba tersungging tanpa bisa kucegah saat sekelabat ingatan tentang asal mula datang-nya selimut abu-abu ini.

cinta untuk khanzaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang