Bagian 5

5K 282 1
                                    

Sean

Seperti rencana awal selesai salat kami akan makan siang. untungnya ada restoran dekat masjid jadi kami tidak perlu lagi mencari tempat makan, apalagi saat ini aku sudah benar-benar lapar. namun selagi aku sibuk memasang kos kaki,entah mengapa suara yang beberapa hari ini selalu mengusikku tiba-tiba terasa nyata. Aku jadi mikir segitu rindunya kah sampai-sampai berhalu kayak gini.sepertinya vonis ardi benar,kalau aku sudah mulai gila. kuhembuskan nafas kasar untuk mengenyahkan suara yang kembali mengingatkanku dengan khanza. Tapi bagaimana pun aku berusaha suara itu makin jelas namun sekali lagi aku hiraukan.

Aku berdiri saat urusan kos kaki sudah beres, namun pandanganku langsung tertuju pada seorang wanita yang berdiri di depan tangga masjid,dan saat itulah aku sadar. kalau suaranya bukanlah sebuah delusi atau kehaluanku. karna sekarang aku sudah melihat sosoknya yang nyata sedang tertawa bersama seorang pria.

"khanza"gumamku pelan, namun sepertinya khanza mendengar.

khanza mendongak hingga membuatku makin yakin jika aku tidak salah liat. aku bisa melihat keterkejutan dari wajah ayu-nya itu, namun tak lama senyum yang membuat lesung pipitnya muncul tersungging. Cantik tidak! tapi sangat cantik .

"mas sean!" Seru khanza,seakan tidak percaya yang dilihatnya.

Aku menghampirinya tanpa melunturkan senyumku,yang kata bibi Sumi mampu membuat kaum hawa sulit berpaling,entah kenapa saat ini aku berharap hal itu terjadi pada khanza.

"assalamu alaikum zaa,kamu dan anak-anak apa kabar?"tanyaku sok akrab.

Mereka kompak membalas salamku,aku melirik pria yang sedari tadi menatapku dengan pandangan yang juga sama penasaranya. khanza yang peka pun langsung mengenalkan kami.

"Alhamdulillah kami sehat mas.Oh iya,kenalin mas.ini kak adit bos aku. kak,ini mas sean anak pemilik panti"

Si adit-adit ini menyambut uluran tanganku dengan senyum tipis. walaupun tingat kepekaanku sangat minim,tapi kalau menyangkut soal khanza kepekaanku bak sudah di asa,tajam banget. Makanya aku tau kalau adit ini salah satu sainganku,tapi mendengar panggilan khanza untuknya, aku jadi sedikit percaya diri kalau peluangku lebih besar.

"kamu kerja dimana zaa?"Tanyaku penasaran.

"aku kerja di restoran yang itu mas"tunjuknya pada restoran yang ingin kami kunjungi.

Melihat restoran itu aku langsung teringat dengan dua sahabatku yang entah dimana. Namun saat aku memendarkan pandanganku,ternyata mereka sedang duduk di tangga,sambil memperhatikan kami bagaikan melihat pertunjukan drama yang sayang untuk dilewatkan.aku yakin setelah ini mereka akan kembali mencecarku dengan berbagai pertanyaan.

"mas sean kenapa?" tanya khanza yang mungkin melihat perubahan wajahku.

"ehm,aku nggak apa-apa. aku cuma mau bilang kalau kebetulan aku juga rencananya mau makan siang disana bareng teman"

Khanza tertawa kecil mungkin sedikit tidak menyangka dengan kebetulan ini, akupun memberi kode agar duo curut itu mendekat untuk mengenalkan mereka.

"zaa,pak adit. kenalkan ini teman-teman saya"

"Wah pak adit! kebetulan sekali bisa bertemu disini"seru rio.

ternyata rio dan adit saling mengenal,benar-benar dunia begitu sempit.tapi perubahan ekspresi adit mengundang rasa penasaran kami,karna alih-alih senang bertemu salah satu kenalannya,adit justru terlihat kikuk dan tidak nyaman. Makin aneh lagi karna ia sesekali melirik khawatir ke arah khanza.

"iya pak rio kebetulan sekali"saut adit,seadanya.

"kalian kenal dimana?"tanya ardi mewakili kami.

"Iya,pak adit ini klien gue.iyakan kan pak adit?"

cinta untuk khanzaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang