Bagian 30

5K 207 3
                                        

Sean pov

Pagi-pagi aku dikejutkan dengan kedatangan sabir, dia mengunjungiku untuk memberi selamat atas pernikahanku yang baru disampaikannya karna tidak sempat hadir, sabir memang masuk dalam daftar tamu undanganku atas permintaan papa. Tapi itu hanya salah satu alasannya datang sepagi ini. sabir juga ingin menyampaikan pesan dari yang terhormat pak Aryamadi agar aku mewakilinya untuk menemui klien penting.

Terpaksa quality time aku bareng keluarga harus di cancel meski aku sangat keberatan tapi nyatanya aku tidak bisa menolak. selain karna tidak tega dengan istri dan anakku, berada satu ruangan dengan sabir juga salah satu alasanku enggan menghadiri meeting itu. masih untung hanya sabir akan lebih memuakkan jika Papa juga ada dan terjebak dengan mereka berdua adalah suatu kesialan bagiku.

Sebenarnya semenjak aku mengutarakan semua isi hatiku eh! Nggak semuanya juga karna masih banyak unek-unek yang selama ini kutimbun dari kecil, ada sedikit perubahan dari papa. kini dia sering memintaku bahkan memaksaku untuk ikut berpartisipasi di setiap proyek besar. Dan perubahan yang paling mencolok, papa sudah mau mengajakku berdiskusi dan mau menerima pendapatku. Itu sudah Waw banget buat seseorang seperti aku yang tidak pernah dianggap kehadirannya.

Kalau dulu papa bersikap seperti itu mungkin aku akan jingkrak-jingkrak kalau boleh salto, salto deh sangking aku begitu mendambakan perhatian orang tua. Tapi sekarang entah kenapa hatiku justru makin kecewa, bukannya tidak tau diri tapi perubahan itu rasanya percuma, aku bahkan sudah nggak peduli. Hubungan keluarga kami tuh udah toxic sebenarnya, bahkan mungkin sudah ada pada level tidak bisa terselamatkan, tapi anehnya keluarga ini masih berdiri kokoh tapi rapuh di dalam. Ibaratnya ditiup pake hidung pun sudah bisa meluluhlantakkannya.

karna bukan cuma hubungan orang tua dan anak yang rusak tapi hubungan antara papa dan mama pun sama rusaknya, orang di luar sana tidak akan menyangka seburuk itu hubungan kami. Sampai sekarang aku tidak mengerti dengan mereka, Kalau hubungan itu menyiksa kenapa masih harus bersama dan bertahan hingga bertahun-tahun. hanya demi sebuah pengakuan untuk mempertahankan citra family goals yang isinya hanya kebohongan.

***

selesai meeting aku, sabir dan 2 klien kami langsung bertolak ke lokasi dimana hotel akan kami bangun. Klien ini dari singapura, aku sebenarnya cukup akrab dengan beliau karna merupakan sahabat baik papa. Tapi sedaritadi pikiranku terpecah karna omongan pak saba yang membuatku kepikiran dan penasaran..

"Sabir bagaimana keadaan pak aryamadi, sehat?"

"Alhamdulillah sehat pak" jawab sabir sambil melirikku tidak enak.

bukankah tidak etis jika ada aku yang merupakan anak kandung papa tapi orang ini malah menanyakan keadaan papa dengan sabir. Meski aku tau sabirlah yang memiliki banyak waktu bersama papa dibanding aku dan mungkin karna itu juga yang membuat pak saba lebih memilih bertanya dengan sabir, Tapi tetap saja aneh..

"Syukurlah,papamu itu kalau kerja suka lupa waktu.Dia memang orangnya ambisius kalau sudah menargetkan sesuatu,dia akan lakukan apapun agar bisa mendapatkannya termasuk tanah ini yang hampir setahun di lobi dengan pemilik pertamanya hahaah"

"What! Maaf , pak Saba tadi ngomong apa?"

"Hahaha saya tadi bilang pap..."

Thhrrtt thrrttt (anggap itu getaran hp)

"Oh maaf saya permisi sebentar"

"Silahkan pak Sean"

Karna telpon dari Khanza aku tidak mendapatkan penjelasan yang masih menjadi tanda tanya besar di hatiku. tapi aku berusaha menipis mungkin aku salah dengar atau pak Saba lah yang salah ucap?.

cinta untuk khanzaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang