Bagian 39

3.9K 195 2
                                    

Khanza POV

Setelah menunaikan salat isya, dan Fathur juga sudah pulang dari mesjid dengan pak maman, dan mas Sean, jadi Aku bisa langsung mengajaknya mengaji. Ada yang aneh dari mas Sean, Semenjak kejadian di meja makan dia lebih banyak diam. Bahkan yang biasanya tidak berhenti mendekat untuk sekedar mencari celah kini malah menghindariku. tapi itu bagus, karna sejujurnya aku belum bisa memaafkannya. bukan tidak ingin, tapi hatiku masih sakit dan dalam tahap mencoba meyakinkan diriku sendiri jika mas Sean tidak bermaksud menyakitiku.meski sulit 

"Mam Fathur punya PR"

"yaudah, baca selembar lagi baru kita udahan"

membantu pekerjaan rumah fathur juga salah satu kewajibanku, seperti saat ini. syukurnya fathur anak yang cerdas jadi dia hanya perlu di arahkan karna sebenarnya sudah mengerti, Cuma kadang ada yang keliru dan membuatnya bingung,itulah tugasku mengarahkannya. Selesai mengerjakan tugas, fathur kemudian menyiapkan roster untuk besok, namun disela-sela ia memasukkan buku ke dalam tas fathur bertanya,"Mam,aku buat salah yah?"

"Salah kenapa?"

"Tadi papa kelihatan marah sama aku mam,karna aku bilang soal papa Sheril"

Aku tersenyum mengelus sayang pucuk kepalanya,"nak,papa itu sayang banget sama kamu jadi nggak mungkin marah, apalagi kamu kan nggak salah. Lagian kalau papa marah kenapa bisa gendong kamu tadi hm"

"Papa yang minta mam, terus pas di jalan aku disuruh ngasi tau papa Sheril kalau mama cuma punya papa sama Fathur"

"itu berarti papa nggak marah, jadi sekarang tidur ya nak besok sekolah, mama juga udah ngantuk"

"Iyaa mam, aku sayang mama"

"mama juga sayang kamu, ingat baca doa"fathur mengangguk.

sebelum pergi tidak lupa aku memberinya kecupan di keningnya lalu mematikan lampu menyisakan lampu nakas.Fathur memang sudah tidak takut tidur sendiri, jadi sudah bisa aku tinggalkan meski dia belum tidur. Aku kembali ke kamarku lebih tepatnya kamar tamu. sejak kejadian menyakitkan diantara aku dan mas Sean aku memang memilih tidur di kamar tamu. Aku belum bisa melihat wajah mas sean apalagi berbicara tanpa merasa sakit hati, karna jika melihat mas sean yang aku lihat adalah wajah saat ia membentakku dan itu susah hilang.

Aku mendapati kamar gelap gulita, perasaan tadi aku meninggalkan kamar dalam keadaan lampu menyala tapi_ ah mungkin aku yang lupa sudah mematikannya. aku meraba saklar didekat pintu dan saat menyala Aku dibuat terkejut dengan kehadiran mas Sean yang duduk di tepi tempat tidur terlihat sengaja menungguku. Berarti aku memang tidak salah ingat, lampu kamarku tadi memang menyala, tapi mas sean yang sengaja mematikannya. Aku pikir dia sudah menyerah ternyata hanya mencari waktu aku lengah. Mas sean bergeming begitupun aku yang memilih berdiri di ambang pintu menunggu untuk mendengar alasannya berada di kamarku. Tidak lama pria itu berjalan mendekat dengan raut memelas,tidak ingin terpengaruh aku segera membuang pandanganku ke arah lain.

"Sayang kita ke kamar" Aku tidak menyahut,namun pegangan ku pada handle pintu mengerat.

"Plies sayang hm,kita tidak bisa begini terus"

Aku tetap diam,dan seharusnya mas sean paham jika diamku berarti tidak dan segera pergi dari sini daripada membuang waktu membujukku disaat aku belum ingin menemuinya.

"Maaf sayang, aku terpaksa!"

Belum sempat aku mencerna ucapannya tubuhku sudah melayang, mas Sean menggendongku! Dan aksi tiba-tibanya itu membuatku refleks menjerit. Semoga tidak membuat orang rumah terkejut.

"Turunin aku!?" tegasku

Mas Sean diam

"Aku mohon berhenti,aku tidak mau ke kamar"

cinta untuk khanzaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang