Khanza POV
Kami masih terengah-engah setelah sesi percintaan panjang kami, iya panjang karna saat aku melirik jam ternyata sudah pukul 2 dini hari?! Gila ini benar-benar gila..mas sean benar-benar menggempurku tanpa ampun, dia bahkan hanya memberiku waktu istrirahat kurang dari sejam! aku jadi sangsi masih bisa kuat berjalan esok hari. Dan yang membuatku dongkol mas sean menyebut malam ini sebagai ajang pembuatan adik untuk fathur sekaligus hukuman untukku yang sudah membuatnya uring-uringan karna mendiaminya. Aku memang mendiami mas sean karna sakit hati dengan hinaan teman maura yang bukan kesalahnannya juga sih, tapi aku kesal mengingat kedekatan maura dan mas sean apalagi dipertegas oleh teman maura itu.
Melihat sikap Maura tadi rasanya aku ingin meneriakinya tepat didepan wajahnya yang sok polos itu. tapi aku tidak mungkin melakukannya karna sama saja bunuh diri, tidak untuk sekarang. jadi aku memilih diam dan menganggapnya tidak ada daripada harus meladeni basa basinya yang terdenger seperti ejekan ditelingaku.
"Lamunin apa sayang hm?"
mas Sean menarik tubuh lemasku kedekapannya, kemudian mencium pucuk kepalaku yang kubalas dengan mengeratkan pelukanku.
"by aku benar-benar nggak ada tenaga lagi" keluhku saat tangannya mulai bergeriya didadaku.
Mas sean terkekeh geli,"udah cukup kok sayang, aku Cuma mau mengatakan sesuatu sebelum kita tidur"
Aku hanya bergumam lemah yang membuat mas Sean tertawa tertahan,aku langsung memukul pelan dadanya sebagai tanda protesku. Dan itu malah membuatnya makin tertawa puas."Oh Allah betapa kumencintai istriku ini"ucapnya gemas seraya mengecup kembali pucuk kepalaku.
"Hubby ih,katanya mau ngomong!"
"Iya sayang" mas sean berdehem pelan "aku mau kamu melupakan ucapan mama sayang, dan tidak perlu menghawatirkan soal anak yang belum Allah kasih. karna Allah tau sayang kapan waktu yang tepat untuk mempercayakan kita memiliki seorang anak. Mungkin kita sudah merasa siap, tapi Allah belum melihat kesiapan itu,tentu dalam konteks berbeda. yang harus kita lakukan hanya berdoa dan berikhtiar selebihnya serahkan semuanya padaNya, mungkin Allah menginginkan kita pacaran dulu, dan fokus ke Fathur dengan memberikan cinta dan kasih sayang. menggantikan memori kelam fathur dengan kebahagiaan hingga putra kita itu melupakan kepahitan dimasa lalunya"
mas sean mengangkat daguku dengan telunjuknya agar mendongak padanya, dan ia seketika tersenyum saat melihatku kembali menangis,"sayang pernikahan kita juga masih baru jadi tidak ada yang perlu di khawatirkan. Kita harus bersabar menantikannya, entah itu setahun,dua tahun,tiga tahun,atau beberapa tahun lagi, kita akan menunggu sama-sama"
Perasaanku sesak,terharu,bahagia,sedih,campur aduk hingga aku hanya mampu menangis dalam pelukannya seraya mengucap syukur telah menjadi istri dari seorang pria yang sangat baik dan mencintaiku dengan tulus. Mendengarku menangis suamiku hanya terus mengusap punggung telanjangku dan mengecup pucuk kepalaku berkali-kali.
"Dan soal ucapan teman Maura. jangan kamu percaya, semua omongannya hanya sampah"
suara mas sean yang berubah marah seketika membuatku mendongak, benar saja kini rahangnya mengetat, sorot matanya tajam memandang lurus kedepan seakan orang yang membuatnya marah ada di depan sana. Aku segera melarikan tanganku untuk mengelus rahangnya, dan berhasil membuatnya kembali tersenyum.
"iya by, aku hanya akan percaya dengan kata-kata habby" mas sean meraih tanganku yang mengusap pipinya lalu mencium jari-jariku. Aku hanya diam melihat tingkahnya dan tanpa kuduga lagi-lagi dia mencuri kecupan dibibirku, membuatku berdecak kesal karna bahaya jika dia kembali on sedangkan aku sudah tidak mampu melayaninya. Dan pria itu malah cengengesan.
"i love you sayang" ucapnya sambil memelukku erat.
"I love you hubby"
"Sayang , kamu tau kenapa aku tidak henti-hentinya mengutarakan cinta?"

KAMU SEDANG MEMBACA
cinta untuk khanza
General Fictionmaafkan aku karna aku tidak sekuat itu. cinta yang membuatku tidak kuat untuk membagimu . walaupun Tuhanku menjanjikan surga untuk perempuan yang ikhlas di madu. *** seorang pria yang tak lain adalah Sean, duduk bersimpuh dihadapan istrinya dengan t...