Bagian 2

9.2K 441 1
                                    

Ruangan kerja yang bernuansa cream dan coklat tua itu, begitu dingin oleh AC atau kah karna aura dari orang-orang yang tengah duduk disofa.1 jam yang lalu orang tuanya mengabarkan jika mereka ingin berkunjung ke kantor untuk makan siang bersama,tapi dibanding makan siang,sepertinya pertemuan ini lebih cocok disebut ajang penghakiman. Sebenarnya kedatangan orang tuanya bukan hanya sekedar makan siang, tapi itu Cuma alibi untuk membutnya tidak menghindar lagi.

Apalagi kalau bukan prihal jodoh untuk seorang Muhammad Arseana Aryamadi, yang sejak berusia 25 tahun orang tuanya memang sudah begitu gencar menyuruhnya menikah. karena alasan klise, dia anak satu-satunya dan orang tuanya sudah sangat ingin menimang cucu. saat itu sean selalu bisa berhasil menghindar dengan berbagai alasan jitu. Tapi dengan umur sean yang telah menginjak 28 tahun, orang tuanya seakan Bersatu dan begitu kompaknya tidak ingin menerima alasan apapun .

"mau kamu sebenarnya apa sean? mama sudah memberimu kesempatan untuk membawa wanita pilihan kamu sendiri tapi sampai sekarang kamu belum membawanya"

Wajah arini-mama sean- yang setiap harinya memang jarang tersenyum dan hanya memasang raut datar kini makin menakutkan, walau sama sekali tidak mempengaruhi kecantikannya. Pandangannya pada putra satu-satunya begitu tajam, menunjukkan bahwa ia sudah begitu geram dengan sikap anaknya itu .

Sean menghela napas kasar. Terlihat jelas beban dan tekanan dari orang tuanya begitu berat, namun seperti biasa mereka tidak peduli. Yang mereka inginkan hanya agar sean setuju dengan semua yang sudah mereka rencanakan untuk masa depannya.

"aku masih muda mah, aku juga masih sibuk-sibuknya mengurus cabang baru yang akan buka. Jadi aku belum ada waktu untuk memikirkan wanita apalagi pernikahan"jawabnya lembut dan hati-hati agar tidak menyakiti hati mamanya dengan penolakan untuk yang kesekian kalinya.

"kalau begitu kamu cukup menerima saja,mama sudah punya calon istri yang pantas buat kamu. Serahkan semuanya sama mama. kamu hanya perlu mempersiapkan diri"

"kalau yang mama maksud adalah maura untuk kujadikan istri, jawabanku masih sama seperti dulu dan mama sudah tau alasannya"

Arini menarik senyum smriknya yang makin menambah aura intimidasinya. Wanita paruh baya itu memandang sean dengan pandangan remeh. Sean sangat mengenal raut itu, raut ketika mamanya akan melemparkan bom yang biasanya selalu berhasil meluluhlantakkannya.

"alasan karna kamu menganggapnya adik"sarkas arini.

Sean bungkam,seribu bahasa.

"mama tidak pernah lupa dengan alasan konyolmu itu anakku,tapi sepertinya kamu yang lupa dengan janjimu sendiri pada kami. Apa mama harus mengingatkanmu lagi?"

Tepat seperti dugaan sean, mamanya selalu tau cara menghempaskan orang hingga kedasar jurang. melihat senyum kemenangan dari arini, ingatannya seketika terlempar pada kejadian 2 tahun lalu.

"mama berencana menjodohkanmu dengan maura, dia sangat cocok denganmu. Apalagi kalian sudah saling mengenal dan dekat sejak kecil, jadi tidak akan sulit bagi kalian untuk saling mencintai"

Arini menyesap tehnya setelah mengutarakan rencana yang sudah disusunnya sejak lama, tidak menyadari raut sean yang berubah drastis.arini memang sengaja memanggil anaknya duduk di gazebo rumah mereka dengan alasan menemaninya minum teh.sean sendiri senang-senang saja menemani arini mengingat mamanya itu jarang punya waktu untuknya,bahkan sejak kecil. Dari kecil hingga dewasa sean hanya dilimpahkan harta dan kemewahan oleh orangtuanya, tanpa kasih sayang yang berarti. tapi tidak membuatnya tumbuh menjadi anak nakal yang gemar berfoya-foya. Itu semua karna berkat didikan dari bibi sumi yang selama ini merawatnya.Beliaulah yang melimpahkan kasih sayang yang tidak didapatinya dari orang tuanya sendiri.

cinta untuk khanzaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang