Bagian 15

4.1K 193 2
                                    

Khanza

Aku tidak bisa berkata-kata atau merespon semua ucapan mas sean selain menangis,tapi satu yang kutau aku bahagia. Bahkan sampai detik ini aku berusaha meyakinkan diriku jika ini nyata. Mas sean yang saat ini dihadapanku dan sedang melamarku adalah nyata. tidak pernah terbesit sedikitpun di hatiku kalau mas sean punya rencana melamarku hari ini,yang awalnya aku kira hanya sebuah kencan biasa.

Hatiku rasanya dipenuhi dengan kepakan kupu-kupu serta kebahagiaan yang membuncah hingga membuatku sulit untuk menguasai diri. hati dan otakku mengatakan hal yang sama, mendorongku untuk segera menyerukan jawabanku. bisa kudengar teriakan-teriakan kecil dalam diriku untuk segera menerima pria yang saat ini sedang menunggu jawabanku penuh harap. Tidak ingin menyiksanya terlalu lama aku pun mengambil cincin yang sangat cantik itu dan langsung memasangnya dijari manisku.

"Aku mau mas" jawabku.

Mas sean terpaku hingga membisu,hanya matanya yang kembali berkaca-kaca. Dan sebelum menetes ia dengan cepat meraup wajahnya disusul dengan tubuhnya yang bergetar, mas sean menangis. lirihan hamdalah pun berkali-kali terucap dari bibirnya disela tangisan bahagianya.

"Mama sama om sean kenapa menangis?"

Suara khas bangun tidur milik fathur mengejutkan kami yang tenggelam dalam suasana haru lamaran mas sean. disana ia berdiri dengan wajah takut dan khawatir sedang menuntut penjelasan dari kami, aku baru saja ingin menghampirinya namun mas sean sudah mendahuluiku dan tanpa ba-bi-bu langsung mendekap tubuh putraku itu.

"fathur mau nggak punya papa?"

Fathur mengerjap pelan mencoba memahami maksud pertanyaan mas sean. ia pun langsung menoleh padaku seakan meminta petunjuk. aku hanya memberinya anggukan samar dengan mata yang lagi-lagi mulai berembun.

"Papa yang seperti punya rehan ya om?"

Mas sean mengurai pelukannya namun kedua tangannya tidak meninggalkan pundak fathur. Aku tau kalau dia pasti bingung mendengar nama rehan. Terbukti Mas sean yang langsung berbalik melihatku dengan raut bertanya,dan lagi aku hanya mengangguk sebagai tanda untuk mengiyakan saja pertanyaan fathur.

Saat mas sean mengangguk pada fathur saat itu pula aku bangkit menghampiri mereka karna melihat respon fathur yang tiba-tiba ingin menangis. aku melakukan hal yang sama seperti mas sean dengan berlutut dihadapan fathur sambil mengelus dengan sayang surainya yang lebat. bibir mungil fathur bergetar membentuk lengkungan ke bawah siap untuk menangis namun masih berusaha keras menahannya.

"aku ma-mau om hiks. a-ku hiks mau punya papa huwaa!?"

Setelah berusaha menyempurnakan kata-katanya fathur tidak mampu lagi menahan isakannya. Dengan lembut mas sean menghapus air mata fathur lalu merapikan rambutnya yang menjuntai di kening.

"Kalau papanya itu om sean. Fathur mau nggak?"

Tanpa terduga fathur langsung menghambur kepelukan mas sean dengan isakan yang makin keras. Disusul anggukan kuatnya,tanda jika ia mau dengan tawaran mas sean. pria itu pun membalas pelukan fathur sama eratnya.

"aku mau om!?"

"Kalau begitu call me papa son!"

"Pa-pa hiks papa. papa harus janji jangan tinggalin aku sama mama hiks!."

Aku terisak pelan memandang mereka yang begitu saling mengasihi. Semoga Allah senangtiasa melindungi kami . tanpa mengurai pelukannya mas Sean menoleh padaku dengan tatapan hangatnya. Aku pun bisa melihat dengan jelas matanya yang memerah diselimuti cairan bening yang mengahalau pandangannya, mas sean mengangguki permintaan fathur dengan mata masih memakuku "papa janji tidak akan meninggalkan kalian. papa akan menjaga kalian mulai sekarang dan seterusnya" kata mas sean parau.

cinta untuk khanzaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang