Haryo dan Aghni masuk kedalam pekarangan rumah gadis itu ketika ia mendengar suara lelaki yang dikenalinya sebagai sang keponakan dengan wanita yang tidak lain adalah kakak tiri Aghni. Haryo sengaja menahan lengan Aghni agar tidak segera masuk kedalam rumah. Ia penasaran dengan percakapan antara keponakannya itu dan sang kakak tiri Aghni.
"Kamu tidak bisa egois dan menyalahkan aku Sekar, bagaimanapun juga aku adalah kekasih Aghni."
"Aku hanya minta tolong kamu temani aku, bukannya malah meninggalkan aku dijalan. Kamu tahu kan Gun, aku itu cinta kamu."
"Sayangnya aku tidak cinta kamu lagi, Sekar. Dahulu waktu aku mengejarmu, kamu bilang kita sahabatan saja, sekarang setelah aku dan Aghni berpacaran kamu mengganggu hubungan kami. Kita sahabat ingat itu, jadi sebaiknya berhenti menjadi orang ketiga dalam hubungan kami!"
"Orang ketiga? Kamu yakin aku orang ketiga, bukannya Aghni itu hanya pelarian kamu karena waktu itu aku menolakmu?"
"Jangan bicara omong kosong Sekar! Aku tahu kamu begini karena sekarang aku sudah menjadi kepala desa. Apa kamu akan tetap mengejar ku seandainya pilihan kades kemarin aku kalah? Aku tahu kamu dengan baik, kita berteman bukan setahun dua tahun tapi belasan tahun. Sudahlah jangan menggangguku lagi. Biarkan aku tenang menunggu Aghni." Guntur lalu keluar dari dalam rumah Sekar dan terkejut melihat Haryo dan Aghni berdiri didepan pintu. Guntur berdoa agar pembicaraan dirinya dan Sekar tidak didengar oleh Aghni dan Haryo.
"Pak Dhe, dek Aghni." Guntur bergegas mencium tangan Haryo.
"Sebaiknya kamu segera istirahat. Kamu pasti lelah. Pak Dhe tidak mampir, sampaikan salam pak Dhe ke bapakmu ya, nduk." Haryo berkata mengabaikan keberadaan sang keponakan disitu.
"Inggih pak Dhe." Aghni mencium tangan Haryo.
"Dan kamu Guntur, ikut pak Dhe pulang. Ngga ada gunanya kamu disini."
"Tapi pak Dhe, saya harus bicara dulu dengan Aghni."
"Besok saja bicaranya. Kamu ngga lihat Aghni kelelahan. Pacar macam apa kamu yang tidak bisa melihat kondisi."
"Pak Dhe, mungkin sebaiknya saya dan mas Guntur bicara sekarang. Lagipula ini belum terlalu malam juga. Kasihan mas Guntur kalau masalah ini berlarut-larut pasti akan membuat mas Gun kepikiran."
"Baiklah kalau itu mau kamu, nduk. Pak Dhe akan menemani." Baik Guntur, Aghni dan Sekar menoleh kearah Haryo dengan tatapan berbeda.
"Bukankah tadi pak Dhe mau pulang?"
"Iya awalnya, tapi karena Aghni memutuskan untuk bicara denganmu maka pak Dhe memutuskan untuk ikut dalam pembicaraan kalian."
"Loh, ini kan masalah saya dengan dek Aghni. Sama sekali ngga ada hubungannya dengan Pak Dhe."
"Jelas ada, saya salah saktu saksi kamu menyakiti Aghni, selain itu biar kamu ngga macem-macem sama Aghni."
"Guntur ngga mungkin macem-macem sama Aghni. Guntur cinta dan sayang sama Aghni. Tidak mungkin Guntur menyakiti Aghni. Semua yang Pak Dhe dan dek Aghni lihat itu tidak seperti yang ada dalam pikiran pak dhe dan dek Aghni. Tidak ada sekalipun niatan saya mengkhianati dek Aghni. Saya juga sama kagetnya dengan dek Aghni saat Sekar tiba-tiba mencium saya. Untuk ketidak sopanan Sekar saya sudah menegurnya."
"Kamu juga tidak menolak, Gun!"
"Cukup Sekar! Kamu itu benar-benar keterlaluan jadi perempuan. Harusnya kamu bisa jaga sikap dan perilaku kamu. Jangan jadi wanita murahan."
"Guntur! tega kamu ngomong begitu sama saya!"
"Kenapa tidak, saya bahkan ingin mukul kamu saat ini, untung saja kamu seorang wanita!" Guntur berteriak kesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
HARYO (TAMAT)
RomanceCover by @Avavva Aku hanya lelaki biasa yang diberi kelebihan harta dan kedudukan. Dalam keluarga kami, aku adalah satu-satunya anak lelaki yang biasa disebut penerus keluarga. Karena satu-satunya lelaki, maka keluarga besarku menuntut ku untuk memb...