I

15.7K 1.4K 164
                                    

Disinilah Aghni sekarang, dikediaman Tejokusumo.  Niken Tejokusumo berhasil mengajaknya keluar dari rumah setelah dengan senang hati  ayah dan ibunya mendapatkan ikan, sayur dan buah-buahan. Bahkan sang ibu bersemangat membuatkan Gurame bumbu cobek untuk makan siang mereka bersama. Niken meminta ijin kepada kedua orang tua Aghni agar putri mereka menemani Niken membeli beberapa perlengkapan untuk pengajian yang akan diadakan dirumahnya. Karena sudah berhubungan baik dengan keluarga Tejokusumo tentu saja ayah dan ibu Aghnintifak keberatan. Hitung-hitung anak gadis mereka keluar rumah dan tidak hanya berdiam diri saja dirumah.

"Saya minta maaf, pak Bu kalau nanti saya mengantar Aghni pulang malam. Maklum yang perlu dibeli banyak sekali."

"Tidak masalah mbak Niken. Kalau perlu menginap dirumah mbak Niken juga tidak apa-apa." Ibu tiri Aghni berkata dengan senang hati. Siapa yang tidak tahu Niken Tejokusumo, wanita terpandang didesa mereka. Suaminya, Suseno adalah dokter ahli bedah yang terkenal dikota. Keluarga Tejokusumo memang tidak main-main saat memilih menantu, semuanya harus memiliki bibit bebet bobot berjenis unggul.

"Wah kebetulan sekali kalau Aghni diijinkan menginap, karena banyak yang harus dipersiapkan. Haul ibu saya kali ini memang tidak main-main, Bu Sasmita. Saya ingin mengadakan pengajian besar-besaran. Mumpung Romo masih sehat."

"Betul itu mbak Niken. Ndak masalah Aghni menginap, lagipula besok libur jadi Aghni tidak harus kekampus. Saya senang mbak Niken mau melibatkan Aghni. Kalau perlu nanti saya suruh Sekar nyusul kesana bagaimana?"

"Tidak perlu Bu Sasmita, Aghni saja cukup. Lagipula kasihan Sekar, masak setelah sibuk kerja masih bantu-bantu saya. Sudah Ndak usah merepotkan Sekar. Lagipula siapa tahu weekend Sekar ada acara sama pacarnya, nanti malah ganggu." Niken menolak secara halus, jangan sampai rencananya gagal.

"Baiklah kalau begitu. Nduk, kamu baik-baik membantu Bu Dhe Niken ya. Kalau Ndak tahu tanya."

"Inggih Bu."

Niken membawa Aghni masuk kedalam rumah, gadis itu melihat keadaan sekitar yang sepi. Niken membawa Aghni duduk diruang tengah. Tak lama kemudian wanita itu memanggil mbok Salamah dan meminta wanita itu menyiapkan makanan dan minuman untuk Aghni. Aghni dapat melihat keterkejutan mbok Salamah atas kedatangannya, tetapi wanita itu hanya tersenyum tulus lalu menyiapkan apa yang Niken minta.

"Nanti malam kamu nginep disini sama Bu Dhe."

"Inggih Bu dhe. Jadi kapan belanjanya Bu Dhe?"

"Jangan pikirkan itu, semua sudah diurus sama event organizer. Sebenarnya Bu Dhe ngajak kamu kesini ini karena mau minta tolong sama kamu." Aghni mengerutkan keningnya, ia merasa penasaran dengan maksud Niken.

"Tolong Bu Dhe merawat Haryo ya."

"Pak Dhe sakit? Sakit apa?" Tanya Aghni khawatir. Pantas saja lelaki itu tidak lagi mengiriminya pesan atau telepon ternyata lelaki itu sedang sakit.

"Hanya typus dan yang bikin Bu Dhe harus membawa kamu itu karena Sampai saat ini Haryo itu tidak mau makan. Bu Dhe takut dia mati mendadak." Aghni terkesiap. Niken sengaja mendramatisir keadaan agar Aghni mau membantunya. " Kamu kan tahu nduk, Haryo itu harapan Romo Brama. Kalau tiba-tiba anak itu mati, tentu Romo Brama akan ikut mati juga. Tolong Bu Dhe merawat Haryo ya." Niken menggenggam tangan Aghni dengan wajah memelas.

"Sudah dibawa berobat?"

"Itu masalahnya. Haryo Ndak mau berobat. Sepertinya dia patah hati karena kamu kembali sama Guntur. Jadi dia mau bunuh diri saja katanya." Aghni ternganga ditempatnya.

"Bu Dhe tahu sedikit banyak cerita cinta segitiga antara kamu, Guntur dan Haryo. Bu Dhe Ndak menyalahkan kamu yang kembali sama Guntur, kalau Bu Dhe jadinkamu Bu Dhe jelas pilih Guntur yang masih kinyis-kinyis dan ganteng daripada Haryo yang bangkotan, salah Haryo juga jatuh cinta kok Ndak lihat-lihat orang, tapi mau bagaimana lagi, Haryo itu sudah cinta mati sama kamu, akhirnya mau mati beneran kan? Bu Dhe minta tolong kamu bujuk Haryo agar mau makan dan minum obatnya. Tolong Haryo agar sembuh. Anggap saja Bu Dhe mewakili Romo Brama mohon sama kamu." Setitik air mata menggenang di pelupuk mata Niken. Melihat kesungguhan Niken, hati Aghni jadi terenyuh dan tidak tega.

HARYO (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang