Haryo dan Aghni menatap seseorang berpakaian coklat itu dengan pandangan berbeda.
"Wah ada pejabat negara datang, nduk. Bukannya ini masih jam dinas ya kok sudah keluyuran kesana kemari?" Haryo bertanya sinis, sedangkan Aghni menatap sang kekasih dengan wajah sendu. Ada pancaran kekecewaan sekaligus rasa tak percaya sang kekasih mengkhianatinya.
"Dek Aghni, mas minta maaf." Haryo mencibir ketika lelaki yang tidak lain keponakannya itu mendekati Aghni. Haryo bersyukur wajah dan mata Aghni terlihat seperti habis menangis walaupun sebenarnya gadis itu habis tersedak makanan pedas karena ulahnya. Dengan begitu Guntur akan semakin merasa bersalah. Akan lebih mudah memisahkan mereka karena pengkhianatan Guntur. Dalam hati dirinya berdoa agar Aghni segera memutuskan Guntur dengan begitu dirinya bisa masuk mengobati luka hati Aghni. Tidak masalah jadi pelarian diawal yang penting hasil akhirnya dialah pemilik hati dan tubuh Aghni. Pasti Aghni lelah kan melarikan diri dari Guntur, saat itulah dirinya akan menyediakan dada tempat beristirahat dan pundak tempat bersandar. Tidak rugi dirinya memiliki dada bidang, pundak lebar, perut sedikit buncit yang pastinya empuk buat dijadikan bantal. Ah membayangkan dirinya bersanding dengan Aghni membuat Haryo jadi bersemangat untuk memberikan pelajaran pada Guntur.
"Wah penjahatnya datang. Mau apa kamu kesini. Ngga usah sok menjelaskan sama Aghni karena apa yang kami lihat itu sudah jelas. Apa tidak ada tempat yang lebih tertutup untuk berbuat mesum, malah memilih jalan raya yang jelas-jelas bisa dilihat banyak orang. Kamu sengaja mau pamer?" Haryo memarahi sang keponakan yang tertunduk lesu. "kalau kamu lupa, kamu itu panutan, jangan seenaknya berbuat mesum. Malu dengan jabatan yang ada dipundakmu dan nama keluargamu. Bagaimanapun juga kamu itu Tejokusumo!" Haryo bangkit dari duduknya dan menarik tangan Aghni dengan lembut. " Ayo nduk, kita pulang."
"Pak Dhe, tunggu."Guntur mencegah Haryo membawa pergi Aghni. Dirinya sengaja menurunkan Sekar dipinggir jalan dan memilih putar balik untuk memberi penjelasan pada Aghni sebelum terjadi sesuatu yang buruk pada hubungannya dengan Aghni. Guntur beruntung Aghni belum sampai rumah, dia berharap bisa meminta maaf dan membujuk kekasihnya itu agar bisa memaafkan dirinya. Truck Pak Dhe nya yang parkir depan warung bakso membuat Guntur yakin Pak Dhe nya sengaja mengajak Aghni makan dulu. Tapi siapa sangka, Guntur melihat Aghni yang menangis, sementara Haryo terlihat menenangkannya dengan mengusap-usap punggung kekasihnya. Guntur bahkan melihat Haryo memberi sang kekasih minuman. Ada rasa cemburu saat melihat pemandangan itu, apalagi melihat wajah dan mata Aghni yang memerah karena habis menangis. Guntur merutuki dirinya yang membiarkan Sekar menciumnya. Siapa sangka ciuman itu malah terlihat Aghni dan Haryo.
"Jangan sekarang kalau mau bicara. Kamu ngga lihat Aghni bagaimana!" Cetus Haryo lagi.
"Dek, mas minta maaf. Mas sama sekali ngga ada niatan mengkhianatimu." Guntur terus berkata tidak menghiraukan keberadaan Haryo. Aghni beringsut dan berdiri di balik punggung Haryo. Ia tidak bisa bicara karena hidung dan tenggorokannya masih panas karena tersedak. Lagipula saat ini bukan saat yang tepat untuk membahas masalah mereka. Aghni melihat sekitar dan menyaksikan beberapa orang menyaksikan drama antara Haryo dan Guntur.
"Wes, nanti wae ngomongnya. Sini kunci mobilmu. Pak Dhe manu ngantar Aghni pulang." Haryo mengulurkan tangannya, mau tidak mau Guntur memberikan kunci mobilnya.
"Kamu bawa truck Pak Dhe pulang. Biar Pak Dhe yang ngantar Aghni." Lalu tanpa menghiraukan Guntur yang hendak protes Haryo segera berjalan menuju ke mobil Guntur. Haryo membukakan pintu untuk Aghni dan membiarkan Guntur terpaku ditempatnya. Lelaki itu berusaha menimbang baik buruknya jika dirinya ngotot ingin bicara dengan Aghni. Saat ini kekasihnya itu sedang bersama Pak Dhe-nya, dan lelaki itu terlihat marah karena perbuatan dirinya. Jangan sampai Pak Dhe-nya menarik dukungan, bisa mendadak bangkrut jika Haryo marah padahal dirinya baru menjabat.
KAMU SEDANG MEMBACA
HARYO (TAMAT)
RomantizmCover by @Avavva Aku hanya lelaki biasa yang diberi kelebihan harta dan kedudukan. Dalam keluarga kami, aku adalah satu-satunya anak lelaki yang biasa disebut penerus keluarga. Karena satu-satunya lelaki, maka keluarga besarku menuntut ku untuk memb...