Kalau biasanya orang yang berjanji menjemput seseorang itu akan datang lima sampai lima belas menit sebelum jam janji untuk bertemu, tapi tidak dengan Haryo. Hari itu Aghni kuliah jam tujuh, dan Haryo berjanji untuk menjemput gadis itu dan mengantar kuliah. Jadilah jam lima mobil pick up L 300 milik Haryo sudah parkir rapi didepan rumah Aghni dengan muatan berisi cabai dan sayuran segar. Ayah Aghni, Budiman Kartasasmita sampai dibuat kaget ada mobil berisi cabai dan sayuran parkir didepan rumahnya. Lebih kaget lagi saat melihat Haryo dan dua anak buahnya duduk manis diwarung kopi tak jauh dari rumah Aghni.
"Mobilnya mogok mas?" Pak Sasmita bertanya pada Haryo yang baru saja menuang kopinya keatas tatakan cangkir.
"Pak Sasmita, ngopi dulu pak."
"Itu mobil mas Haryo mogok?" Ayah Aghni kembali bertanya seraya menunjuk mobil L300 milik Haryo.
"Oh Ndak pak. Saya sengaja parkir disitu."
"Loh, apa ada tetangga saya yang mau borong cabai atau sayuran mas Haryo?"
"Tidak juga pak. Cabai dan sayuran itu mau saya antar kepasar."
"Oh jadi cuma mau ngopi saja to mas, kalau cuma mau ngopi monggo di rumah saya."
"Loh boleh tho pak Sasmita saya ngopi dirumah njenengan?"
"Yang melarang siapa, mas Haryo?"
"Sekalian sarapan apa juga boleh?" Pak Sasmita tertawa mendengar pertanyaan Haryo yang terus terang. Ia menyukai Haryo yang apa adanya dan tidak pernah basa basi.
"Memangnya rewang njenengan apa Ndak masak tho?"
"Masak pak tapi sekarang ya belum matang, cuma kalau hanya kopi saja tanpa sarapan nanti perut saya kembung. Jadi alangkah baiknya kalau kopi sekalian sarapannya."
"Wah mas Haryo ini bisa saja." Pak Sasmita tertawa mendengar ucapan jujur Haryo.
"Kalau begitu monggo pinarak rumiyin dateng griyo kulo." (Kalau begitu mari mampir dulu di rumah saya.)
"Monggo pak." Haryo segera mengikuti pak Sasmita. "Kalian tunggu disini saja. Sarapan dulu, nanti saya yang bayar."pesan Haryo pada dua anak buahnya.
"Loh mas, pekerja e njenengan diajak juga tho. Masak iya ditinggal."
"Tidak apa-apa, biar mereka sarapan di warung saja pak. Hitung-hitung bagi-bagi rejeki dengan ibu warungnya. "
"Oh, begitu. Ya wes lah. Monggo mas."
Haryo mengikuti Pak Sasmita masuk kedalam rumah Aghni. Ayah Aghni segera memanggil istrinya untuk menyiapkan sarapan bagi keluarga mereka beserta tamu yang tidak diundang.
"Sebenarnya maksud mas Haryo datang pagi-pagi buta ini ada apa, tidak mungkin hanya untuk sekedar minum kopi kan, karena warung kopi di pasar itu banyak.?" Mendengar pertanyaan pak Sasmita, Haryo terkekeh.
"Kelihatan modusnya ya pak?"
"Jelas sekali, mas. Jadi apa maksud dan tujuan mas Haryo ini melakukan serangan fajar dirumah saya?"
"Saya mau jemput Aghni berangkat kuliah pak." Mendengar jawaban Haryo seketika pak Sasmita membelalakkan matanya.
"Jemput Aghni berangkat kuliah? Apa Mas Haryo tahu Aghni itu kuliah jam tujuh? Dan sekarang ini masih jam lima? Apa ndak kepagian?"
"Untuk wanita pujaan hati tidak ada istilah kepagian pak. Kalau saya tidak datang pagi bisa-bisa jodoh saya ditikung orang pak. Saya hanya mengantisipasi pesaing yang akan masuk dan merebut hati Aghni?"
KAMU SEDANG MEMBACA
HARYO (TAMAT)
Storie d'amoreCover by @Avavva Aku hanya lelaki biasa yang diberi kelebihan harta dan kedudukan. Dalam keluarga kami, aku adalah satu-satunya anak lelaki yang biasa disebut penerus keluarga. Karena satu-satunya lelaki, maka keluarga besarku menuntut ku untuk memb...