Telepon Haryo berdering tidak henti-henti saat Haryo sedang meraih puncak kenikmatan bersama sang istri. Aghni yang merasa risih dengan bunyi telepon yang terus berdering memilih mengangkatnya dan memberikannya pada sang suami.
"Hallo!" Haryo menjawab dengan nada ketus, bagaimanapun juga dirinya jengkel aktivitasnya diganggu. Tanpa melihat siapa yang menelfon Haryo sudah menjawab teleponnya dengan kesal.
"Maaf mengganggu Pak Haryo, Saya Ami, wali kelas Eka. Bisa bapak datang kesekolah sekarang pak."
"Kenapa, ada masalah dengan anak saya?"
"Eka bertengkar dengan temannya."
"Anak bertengkar kan biasa bu Ami. Apa ibu tidak bisa melerainya, apa ada yang terluka?"
"Saya tidak bisa mengatakan ditelepon pak, sebaiknya bapak kesekolah saja."
"Saya masih sibuk, ini bagaimana?"
"Saya sarankan bapak segera kesekolah, karena ini sangat penting dan menyangkut nyawa orang pak?" Haryo sedikit mengerutkan keningnya.
"Maksud bu Ami apa? Anaka saya masih kecil tidak mungkin sampai berniat membunuh orang."
"Sebaiknya pak Haryo segera kesini. Kami tunggu pak. Secepatnya ya pak."
Belum sempat Haryo menjawab, telepon sudah dimatikan. Haryo segera melepas penyatuannya dengan Aghni dan melihat tatapan bertanya dari sang istri.
"Mas harus kesekolah Eka, anak itu bertengkar dengan temannya."
"Eka bertengkar kok mas harus kesekolah, anak kecil bertengkar kan wajar, paling juga rebutan mainan atau apa."
"Eka mau bunuh orang."
"HAH?! SERIUS?! Mas kalau ngomong jangan sembarangan, pertengkaran masalah apa yang membuat Eka sampai ingin membunuh orang?" Haryo menghela nafas. Sebenarnya ia juga terkejut dengan perkataan sang wali kelas, tapi sepertinya sang wali kelas itu tidak main-main karena ada suara gemetar dan ketakutan saat menelfon Haryo.
"Mas akan siap-siap."
"Aghni ikut mas Haryo!?"
"Kamu sedang hamil besar, biar mas saja, takutnya malah terjadi apa-apa denganmu dan adik berbi." Haryo mencegah, jangan sampai gara-gara ikut dirinya keselamatan Aghni dan anak perempuan mereka terancam. Gara-gara Dwi sering bilang kalau Aghni mengandung bayo berbi diapun menganggap kalau anak yang dikandung Aghni adalah perempuan dan ikut-ikutan sang anak memanggil bayi dalam kandungan Aghni adik berbi. Jangan tanyakan jenis kelamin sang anak karena setiap USG sang anak menyembunyikan jenis kelaminnya. Haryo sendiri tidak memusingkan jenis kelamin anaknya apakah lelaki atau perempuan, karena baginya laki perempuan sama saja. Ia memang ingin anak perempuan tapi seandainya lelaki juga tidak masalah, yang menjaga Aghni jadi banyak.
Saat ini Haryo sendiri tidak tahu apa yang terjadi dengan Eka disekolah. Meski sudah ditolak oleh Haryo, Aghni tetap nekat ikut sang suami ke sekolah anaknya. Ia mencemaskan Eka, bagaimanapun juga Eka itu permata hatinya kalau sampai terjadi sesuatu yang buruk pada Eka, maka dirinya juga pasti akan sangat sedih dan terluka. Haryo yang melihat istriny tetap ingin ikut akhirnya tidak kuasa menolak. Lelaki itu sengaja membawa sopir untuk jaga-jaga dengan sesuatu yang tdak diinginkan. Mereka segera pergi ke sekolah Eka dengan perasaan cemas sekaligus bertanya-tanya.
Mereka tiba di sekolah, Haryo melihat sekolah Eka sudah ramai dengan wali murid yang entah kenapa juga datang. Haryo segera menuju keruang guru bersama Aghni yang sedikit lambat berjalan karena kandungannya yang besar. Disana ternyata sudah ada Brama yang sedang memegang kedua bahu Eka, sementara sang anak terlihat tidak biasa, wajah Eka yang putih itu terlihat memerah dan rambutnya yang lurus itu sudah berdiri tegak ala-ala Shun gho ku di film dragonbalz. Aghni mendekati sang anak dan memeluknya. Ibu dari Eka itu bisa merasakan hawa anaknya yang memanas dari hembusan nafasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
HARYO (TAMAT)
RomanceCover by @Avavva Aku hanya lelaki biasa yang diberi kelebihan harta dan kedudukan. Dalam keluarga kami, aku adalah satu-satunya anak lelaki yang biasa disebut penerus keluarga. Karena satu-satunya lelaki, maka keluarga besarku menuntut ku untuk memb...