Selamat siang... Selamat istirahat...
Sambil menikmati makan siang yuk cusss membaca, sebenarnya ini part udah selesai dari beberapa hari yang lalu, tapi karena aku lagi sibuk berburu Yen maka baru bisa publish sekarang. Salahkan Pak Ganteng yang suka membuat anak buah harus lembur bagai kuda.Selamat membaca...
Salam manis
❤️
Gebetan Brama Tejokusumo🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼
Haryo dan Guntur duduk bersama diruang tamu setelah meninggalkan bom dirumah kontrakan Suci. Keduanya terdiam, sibuk dengan pikiran masing-masing. Aghni yang melihat keduanya sama-sama terdiam dan tidak saling hujat merasa penasaran, apakah rencana keduanya berjalan lancar atau tidak, karena penasaran Aghni menghampiri keduanya dan memperhatikan keduanya satu persatu.
"Rencananya berjalan lancar kan, mas? Bomnya sudah meledak?
"Lancar. Mas ndak tahu karena mas langsung pergi."
"Kalau lancar kenapa wajah kalian berdua terlihat seperti itu?"
"Terlihat bagaimana, dek? Kami biasa saja."
"Tidak bersemangat. Apa terjadi sesuatu yang diluar rencana?" Belum sempat keduanya menjawab pertanyaan dari Aghni terdengar teriakan dari luar rumah yang memanggil nama Haryo. Baik Haryo dan Guntur segera keluar rumah diikuti Aghni dengan perut besarnya. Saat itulah mereka bertiga melihat Suci yang menangis penuh drama meminta pertolongan Haryo.
"Ada apa ini?"
"Kamu harus menolong saya, Haryo. Dia akan menyakiti saya!" Suci berkata seraya berlari hendak memeluk Haryo tapi tertahan oleh Guntur. Haryo mengerjabkan matanya, ia merasa pernah berada dalam situasi ini dimana sang wanita meminta tolong dan sang lelaki yang marah. Sebelum Suci melakukan sesuatu pada Haryo yang membuat Aghni terluka dan sakit hati, Guntur segera bertindak.
"Pak Dhe, sebaiknya bawa Bu Dhe masuk. Masalah disini biar saya yang menyelesaikan." Haryo menuruti permintaan Guntur. Dia segera membawa Aghni masuk kedalam rumah. Sementara itu Suci berteriak-teriak memanggil Haryo.
"Kalau Bu Suci butuh pertolongan, katakan pada saya, dibanding Pak Dhe Haryo, saya lebih tepat ibu mintai pertolongan."
"Kamu siapa?"
"Guntur Pramudya, Kepala desa, teman Novan. Saya harap ibu tidak membuat masalah di desa saya, ibu masih bersuami dan kebetulan suami ibu teman saya. Tindakan ibu yang mengejar-ngejar pak Dhe Haryo sebaiknya ibu hentikan. Apa ibu tidak malu mengejar suami orang."
"Tahu apa kamu dengan rumah tangga saya, saya hanya bersikap akrab dengan Haryo karena kami teman kuliah dan Haryo mantan saya."
" Ibu hanya teman dan mantan, tapi kelakuan ibu yang mengaku janda dan mengejar-ngejar pak Dhe Haryo itu sudah keterlaluan, apalagi sampai meminta pak Dhe menjadikan ibu istri kedua. Ibu tahu kan, pak Dhe Haryo sudah beristri dan istrinya sedang hamil, apa yang ibu lakukan bisa berbahaya untuk kehamilan istri pak Haryo, dan saya tidak akan membiarkan hal itu terjadi. Saya tidak akan membiarkan siapapun menyakiti Bu Dhe Aghni. Kalau ibu tetap nekad saya bisa mengusir ibu dari desa ini bahkan melaporkan ibu atas tindakan tidak menyenangkan."
"Kenapa kamu ikut campur urusan saya, kamu tidak ada kerjaan selain mengurusi rumah tangga orang?"
"Karena yang ibu ganggu keluarga saya. Beberapa kali pak Dhe Haryo meminta ibu pergi tapi tidak ibu indahkan, jadi sebagai pemimpin yang baik sudah kewajiban saya melindungi dan mengayomi warganya yang terganggu oleh ulah ibu saya memperingatkan ibu untuk menghentikan semua drama rumah tangga yang ibu buat untuk menarik simpati pak Dhe Haryo. Saya bisa saja dengan kasar mengusir ibu dari tempat ini, tapi sebelum itu saya lakukan, suami ibu lebih berhak membawa ibu pergi dari sini."
KAMU SEDANG MEMBACA
HARYO (TAMAT)
RomantizmCover by @Avavva Aku hanya lelaki biasa yang diberi kelebihan harta dan kedudukan. Dalam keluarga kami, aku adalah satu-satunya anak lelaki yang biasa disebut penerus keluarga. Karena satu-satunya lelaki, maka keluarga besarku menuntut ku untuk memb...