Ti Amo

13.3K 1.2K 67
                                    

Haryo mengikuti ibu negara dan kanjeng ratu masuk toko keluar toko seraya membawa belanjaan sang kakak dan istrinya. Kalau bukan karena cinta tidak bakalan dirinya mau repot-repot keluar masuk toko bawa tengtengan berat-berat, kan bisa duduk manis sambil pencet pencet hp, bayar, barang datang. Lah ini Mauk toko dilihat, dicoba, ditaruh, masuk toko berikutnya, dilihat, dicoba, ditaruh, balik lagi ke toko sebelumnya, baru dibeli. Kalau pembandingnya satu dua toko, okelah, tapi ini banyak toko. Belum lagi kakak kesayangannya yang merampok isi ATM nya tanpa berfikir dua kali membuat Haryo semakin mengelus dadanya, nyeri rasanya. Kakaknya ini bukan orang yang kekurangan tapi kelakuannya minus banget, tanpa perasaan minta di traktir adiknya. Bukannya apa Haryo sekarang kan punya istri yang lebih berhak menikmati uangnya, bukannya perhitungan juga tapi kakaknya itu, ah sudahlah susah pokoknya kalau bicara tentang kakak perempuannya itu.

"Sabar ya mas." Aghni mengusap dada Haryo saat melihat mbakyu nya kembali menggesek ATM Haryo tanpa perasaan. Haryo merasa panas dingin,  bukan karena atmnya yang digesek tapi karena dadanya yang bergesekan dengan tangan Aghni. Fix, Haryo memang mesum, karena ini hanya tangan, bukan buah dada  Aghni, tangan saja setrumnya bikin gemetar apalagi yang lainnya.

"Kamu ndak ada yang dibeli lagi, dek." Tanya Haryo berusaha mengalihkan pemikirannya untuk iya iya dengan Aghni.

"Sudah cukup mas, kemarin sudah dibelikan sama Romo juga. Sayang kalau tidak terpakai, mending uangnya ditabung, kebutuhan dimasa depan kan masih banyak."

"Duh istri siapa sih ini,  kan mas jadi makin sayang dan cinta kalau gini ." Dengan mesra Haryo mencubit hidung Aghni. Niken hanya memutar bola matanya dengan malas melihat sikap manis sang adik pada istrinya, sikap yang tidak pernah ditunjukkan Haryo pada istri-istri sebelumnya. Kadang Niken berfikir apa yang mendasari Haryo menikah kalau dengan istrinya saja bersikap kaku dan biasa saja. Kalau sekali menikah tidak masalah tapi ini tiga kali, hanya Nilam yang diketahui Niken bisa bersikap manja pada Haryo yang justru ditanggapi datar saja oleh Haryo. Beda dengan Aghni, gadis ini bisa bersikap manja pada Haryo, mungkin karena Aghni masih muda dan Haryo tidak tahu malu menunjukkan kemesraan dan sayangnya pada Aghni dimuka umum. Adiknya itu sama sekali tidak menjaga image nya dan membiarkan orang lain melihat kemesraan mereka.

"Kalau sayang dan cinta, mumpung disini, ayo belikan Aghni perhiasan atau benda berharga lainnya. Jangan hanya ngomong saja, buktikan!"

"Demi dek Aghni apapun yang adek minta pasti mas Haryo berikan."

"Gombal amoh!" Lalu Niken memberikan beberapa tas belanjaan lagi pada Haryo dan menyeret Aghni meninggalkan toko tersebut. Haryo tersenyum mengikuti sang kakak dan sang istri sambil membawa barang belanjaan keduanya. Ia benar-benar bahagia bisa memanjakan kedua wanita kesayangannya, meski dengan begitu uangnya terkuras tapi tidak masalah asal istri dan kakaknya bisa tersenyum dan tertawa, seperti saat ini.

"Aghni bantu membawanya ya, mas." Aghni menoleh kebelakang dan melihat Haryo membawa banyak barang. Ketiganya berhenti.

"Ndak usah, barang tentengan segitu kecil buat suamimu, Haryo itu biasa manggul beras di pasar. Sudah biarkan saja." Niken segera melarang Aghni yang tampak kasihan pada Haryo, bagaimanapun juga Aghnintak ingin dianggap istri durhaka yang memperlakukan Haryo seperti pesuruh mereka. Q

"Tenang saja dek, mas mu ini masih kuat kok. Ngangkat kamu aja kuat apalagi cuma belanjaan segini." Haryo berkata menenangkan. "Tapi nanti malam pijitin ya, plus plus." Bisik Haryo lagi pada Aghni seraya mengedipkan sebelah matanya. Niken yang berada disebelah Aghni langsung melotot mendengar permintaan sang adik pada istrinya.

"Yo, kamu itu jangan terlalu ugal-ugalan, mentang-mentang pengantin baru gas pol rem blong aja. Apa perlu burungmu itu diikat, jangan disuruh terbang terus."

HARYO (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang