F.

14.4K 1.3K 84
                                    

Haryo masih tetap terjaga, padahal waktu sudah menunjukkan pukul tiga dini hari. Tetapi matanya enggan terpejam, karena saat dirinya memejamkan mata yang terlintas dalam benaknya adalah ciumannya dengan Aghni. Seperti namanya, gadis itu berhasil membakar gairahnya hingga tidak bersisa. Haryo seperti remaja tanggung yang baru saja mendapatkan mimpi basah pertamanya dan semua itu hanya dengan ciuman seorang gadis yang usianya jauh dibawahnya. Mantan duda tiga kali di knock-out seorang gadis perawan tingting. Mau ditaruh dimana wajahnya yang sudah didepan ini. Salahkan jin gairah dalam dirinya yang memberontak keluar setelah sekian lama terkurung didalam tubuhnya hanya karena belaian lembut lidah Aghni dibibirnya. Haryo mengerang frustasi. Rambutnya yang acak-acakan semakin terlihat berantakan. Wajah tampannya begitu lusuh bagai uang seribu perak yang sering dibuat transaksi dipasar ikan. Haryo mondar mandir didalam kamarnya, duduk salah, berdiri salah, tidur apalagi semakin salah. Haryo terpaksa mandi air dingin tengah malam untuk meredakan gairahnya yang meluap-luap. Dirinya bahkan memetik bunga tujuh rupa di halaman rumahnya untuk mengusir bayangan bibir Aghni yang lembut dan kenyal seperti permen yuppi. Ternyata mandi bunga tujuh rupa tidak berhasil membuatnya melupakan ciuman itu. Salahnya sendiri mencium Aghni, gadis itu bahkan hanya terkejut dan tersenyum seolah mengejek dirinya bahwa Aghni tidak sepolos kelihatannya. Berbeda dengan dirinya yang blingsatan seperti cacing kepanasan. Haryo bukannya tidak pernah berciuman, ingat dia pernah menikah tiga kali dan menjadi duda tiga kali, tapi kenapa dengan Aghni dia seperti remaja yang baru kenal cinta monyet? Badannya langsung panas dingin, bukan hanya demam biasa tapi luar biasa. Untungnya dirinya tidak mimisan ataupun pingsan karena ternyata ciuman Aghni begitu panas dan memabukkan. Dirinya yang berpengalaman dan Aghni yang amatiran, tetapi kenapa efeknya terbalik. Haryo keluar dari kamar mandi dengan rambut basah, dia tidak merasa kedinginan padahal sudah mengguyur tubuhnya dengan air dingin. Haryo membuka kulkas dan mencari air dingin, tidak perlu obat kuat untuk on fire dengan Aghni, cukup satu ciuman dan efeknya serasa minum obat kuat tujuh turunan delapan tanjakan.

"Den mas, belum tidur?" Mbok Salamah terkejut melihat majikannya minum air dingin dari kulkas langsung dari botolnya. Biasanya Haryo selalu minum dari gelas, tidak pernah langsung dari botolnya. Dan apa dirinya tidak salah lihat, Haryo menghabiskan satu liter air dalam beberapa tegukan. Majikannya ini panas dalam atau bagaimana, minum kok kaya tanah yang kekeringan dihapus hujan sehari.

"Saya terbangun karena panas, mbok." bohongnya, tidak mungkin kan dirinya bilang belum tidur sama sekali padahal setelah mengantar Aghni dirinya masuk kamar dan tidak keluar lagi kecuali ambil bunga tujuh rupa itu tadi.

"Den Mas sakit? Kenapa badannya basah semua?" Tanya mbok Salamah lagi. Udara dingin kenapa HAryo sampai mandi keringat, bahkan sampai minum air dingin. Haryo duduk dimeja makan masih dengan botol air dingin di tangannya. "Badan saya panas, mbok."

"Kalau tidak enak badan, minum obat bukan minum air es, nanti semakin sakit. Den Mas Haryo mau saya siapin makanan? Sejak pulang tadi Den Mas belum makan. Langsung masuk kamar saja. Atau mau saya panggilkan dokter sekalian?"

"Panggilkan Aghni saja mbok." Guman Haryo, mbok Salamah terkejut, kenapa saat sakit yang dipanggil Aghni, sejak kapan Aghni jadi dokter?"

"Mbak Aghni?" tanya mbok Salamah meyakinkan. Haryo menatap rewangnya itu kebingungan. 

"Aghni kenapa mbok?" tanya Haryo balik bertanya, giliran rewangnya yang kebingungan dengan pertanyaan Haryo. Mbok Salamah terdiam, memperhatikan majikannya dengan seksama, takut majikannya ketempelan makhluk halus dari luar. 

"Den Mas tadi minta dipanggilkan mbak Aghni, tapi ini sudah malam, menjelang pagi malahan. Bagaimana kalau besok pagi saja saya panggilkan mbak Aghni."

"Saya bilang begitu, mbok? maksud saya siapkan mie telor yang pedas ya mbok, saya lapar." Mbok Salamah semakin kebingungan dengan tingkah majikannya, kenapa dari dokter ke  Aghni dan dari Aghni ke jadi mie telor? apa efek lapar dan sakit panas bisa membuat seseorang bicara ngawur.

HARYO (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang