R.

14.3K 1.1K 89
                                    

Aghni sudah bersiap untuk berangkat kuliah. Hari ini dirinya mulai kuliah setelah seminggu ijin untuk menikah. Pernikahan yang mendadak dan sama sekali tidak pernah ada dalam bayangan Aghni. Aghni mempersiapkan buku dan laptopnya  sementara Haryo masih bergelung malas ditempat tidur. Mereka memang pulang sangat larut semalam dari rumah Aghni. Setelah acara berbuka puasa bersama Haryo memutuskan menginap dirumah Aghni dan baru pulang semalam.

"Mas, mas Haryo, Aghni mau berangkat." Aghni membangunkan Haryo perlahan. Suaminya itu hanya bergumam tidak jelas seraya membuka matanya perlahan. Ia langsung terkejut melihat Aghni sudah rapi dengan tas yang sudah terselempang dibahunya.

"Mau kemana?"

"Kuliah."

"Kuliah? Hari apa ini? Jam berapa?"

"Hari Jumat jam enam." Haryo menarik tangan Aghni hingga gadis itu terjatuh didadanya. Dikecupnya bibir Aghni dengan singkat sebelum ikut bangun dari tempat tidur.

"Tunggu lima menit. Mas antar." Haryo bergegas cuci muka dan segera merapikan  rambutnya. Disambarnya kunci kontak untuk memanaskan mobil.

"Mas Haryo mau ngantar Aghni?"

"Iya, kenapa?"

"Pakai sarung dan kaos oblong?"

"Iya, kenapa?" Aghni tersenyum tidak nyaman, dipikirannya apa Haryo tidak bisa ganti pakaian dulu, setidaknya pakai kaos yang lebih pantas dengan celana panjang  atau celana pendek.

"Tidak apa-apa. Ayo berangkat." Aghni mengusir pemikirannya untuk meminta Haryo ganti baju. Toh mereka naik mobil jadi ngga bakal dilihat orang kalau Haryo pakai baju sembarangan.

"Romo, Aghni berangkat kuliah dulu."

Aghni mencium tangan Brama untuk berpamitan. Mertuanya itu mengambil beberapa lembar uang merah dari dompetnya dan memberikannya pada Aghni.

"Buat jajan."

"Inggih terima kasih Romo." Aghni memasukkan uang saku dari Brama kedalam tasnya.

"Kamu mau kemana, Yo?"

"Ngantar Aghni ke kampus?"

"Oh Romo kira mau ngarit. Nyari rumput buat makan kambing. Soalnya kamu pakai sarung dan kaos oblong gitu." Haryo memperhatikan penampilannya. Mungkin penampilannya itu yang membuat Aghni tidak nyaman saat Haryo ingin mengantar, tetapi istrinya itu tidak berani bilang apa-apa.

"Dulu masih dikejar saja, nganter Aghni pakai pakaian necis wajah klimis. Giliran sudah dapat dan jadi suami pakai pakaian serampangan. Jangan salahkan Aghni tertarik temannya atau dosennya yang lebih rapi dan klimis." Brama menyelutuk. Haryo kembali memperhatikan penampilannya, sangat berbanding terbalik dengan penampilan Aghni yang rapi dan fashionable. "Sebaiknya, kamu Ndak usah keluar dari mobil saat mengantar nanti. Biar Aghni ndak malu sama penampilanmu." Lanjut Brama lagi. Haryo hendak berbalik kekamar, ketika Brama kembali berseru.

"Ndak usah ganti, Aghni usah terlambat!" Haryo mengurungkan niatnya. Ia menyusul Aghni yang sudah duduk didalam mobil.

"Nanti pulang jam berapa?"

"Kalau ngga ada acara lagi jam dua belas sudah selesai kelas."

"Mas jemput."

"Inggih." jawab Aghni singkat. Keduanya terdiam, Aghni sibuk memperhatikan ponselnya, dia sedang membuka pesan-pesan dari temannya. Tentang acara buka bersama, tugas kuliah dan ajakan untuk main. Beberapa pesan lucu membuat Aghni tertawa kecil. Semua itu tak luput dari perhatian Haryo. 

"Sudah sampai." Haryo berkata dingin, entah mengapa ia merasa kesal saat Aghni sibuk dengan dunianya yang tidak ada dirinya.

"Aghni, kuliah dulu pak dhe." Aghni berpamitan seraya mencium tangan Haryo. Gadis itu keluar dari mobil lalu kembali sibuk dengan ponselnya. Haryo tertegun ditempatnya, istrinya kembali memanggilnya pak dhe, apa Aghni sudah lupa kalau sekarang jadi istri Haryo Tejokusumo. Dan apa itu tadi, berpamitan tanpa ada basa basi lainnya, Haryo sedikit kesal, ia diperlakukan seperti saat dirinya menjadi pak dhe Guntur dan Aghni kekasih Guntur. Haryo membuka pintu mobilnya hendak menyusul Aghni, saat dilihatnya Aghni bercipika cipiki dengan beberapa temannya, Haryo mendekat.

HARYO (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang