G.

15.2K 1.4K 61
                                    

Selamat Senin pagi...
Tya turut berduka cita untuk korban bom gereja Makasar. Semoga keluarga yang ditinggalkan diberi kekuatan, ketabahan dan kesabaran.

Untuk temen-temen Tya semuanya semoga selalu sehat, lancar rejekinya dan tetep kuat apapun masalah yang hadapi.

Tya mohon maaf lahir batin atas semua kesalahan yang Tya sengaja atau tidak. Terima kasih atas dukungan kalian semua baik berupa vote, coment, dan apapun itu... Kalian terbaik...👍👍👍

Untuk pendukung Pak Dhe Haryo.... Tarik Broooo Siisssss 💃💃💃

🍉🍉🍉🍉🍉🍉🍉🍉🍉🍉🍉🍉🍉🍉

Disinilah Haryo dan Aghni sekarang, didepan Brama Tejokusumo. Orang tua Haryo sengaja memanggil sang putra untuk bertemu setelah mendengar kabar angin kalau Haryo berniat melamar Aghni. Haryo segera datang bersama Aghni setelah gadis itu selesai kuliah. Kini keduanya duduk dihadapan Brama dengan Haryo yang melihat kepada sang ayah dan Aghni yang menunduk karena bingung tidak tahu harus bagaimana. Salahkan Haryo yang main bawa dirinya tanpa memberi tahu kemana mereka akan pergi.  Brama menatap Aghni dengan dengan seksama, lelaki tua itu bisa melihat kegugupan dan kegelisahan Aghni. Selama ini, Brama tahu Aghni itu kekasih cucunya, Guntur Pramudya, tapi kenapa sekarang Haryo memperkenalkan gadis itu sebagai calon istrinya, ada yang salah disini dan  penjelasan sang anak tentang bagaimana dan apa yang terjadi sebenarnya pada Haryo, Guntur dan Aghni tidak membuat dirinya merasa puas. Ada yang kurang dari penjelasan Haryo. Putranya itu begitu ngebet ingin segera menikahi Aghni, apa jangan-jangan kekasih Guntur ini sudah dihamili oleh Haryo? Brama menggelengkan kepalanya mengusir pikiran buruk itu  Anaknya tukang kawin bukan lelaki bejat tukang perkosa anak perawan. Tapi kalau dilakukan suka sama suka apa bisa dibilang perkosaan. Brama melihat Aghni dengan seksama, gadis itu tidak terlihat sedang hamil. Gadis itu terlihat gugup dan salah tingkah.

Tak ingin berspekulasi dengan pemikirannya Brama bertanya langsung pada Aghni tentang perasaan gadis itu pada Haryo. Dia takut, Haryo memanfaatkan kepolosan Aghni dan entah apa yang sudah dilakukan sang putra hingga Aghni menurut saja diajak bertemu dengan dirinya. Aghni semakin gugup dan gelisah saat Brama bertanya tentang perasaannya pada Haryo. Brama tidak mengintimidasinya, tatapannya sangat lembut, tapi justru itulah yang membuat Aghni tidak enak hati. Saat bersama Guntur, Brama melihatnya seperti cucu. Lelaki tua itu baik dan menyayangi Aghni seperti seorang kakek yang menyayangi cucunya. Tapi saat bersama Haryo, Aghni tidak tahu harus bersikap bagaimana.  Lelaki tua itu begitu berkuasa dan disegani, beberapa mantan istri Haryo mengatakan bahwa lebih baik tidak usah bertemu Brama atau lelaki itu akan menguliti mereka dengan pandangannya. Saat menjadi kekasih Guntur Aghni merasa semua itu berlebihan beberapa kali bertemu Brama lelaki itu terlihat seperti seorang kakek yang baik. Tetapi kini saat berhadapan langsung dengan Brama ketika situasinya dirinya adalah orang yang ingin dinikahi Haryo, Aghni merasa Brama mengambil darahnya sehingga alih-alih senang dengan niatan Haryo, Aghni malah terlihat pucat, beberapa kali gadis itu menggigit bibirnya. Haryo yang melihat keadaan Aghni yang tidak nyaman segera menggenggam tangan gadis itu dan memberinya usapan halus. Brama memperhatikan gerak gerik sang putra yang terlihat menenangkan Aghni, hal yang tidak pernah ditunjukkan saat bersama istri-istrinya dahulu adalah kemesraan dihadapan dirinya. Haryo yang ia kenal tidak akan sudah payah menenangkan wanitanya. Tapi kini dengan penglihatannya Brama melihat Haryo begitu mencemaskan Aghni.

"Maaf cah ayu, Eyang mau tanya beberapa hal tentang hubungan kalian, karena eyang kabar angin tentang hubunganmu yang kandas dengan Guntur dan kini kamu malah menjalin hubungan dengan Haryo"

"Aghni tidak ada hubungan apa-apa dengan Pak dhe Haryo, eyang." Aghni berkata lirih takut Brama marah.

 "Begitu? Tapi Haryo bilang kamu calon istrinya. Bagaimana ini? Apa Haryo memaksamu?" Aghni menatap Haryo penuh permohonan. Bukannya membantu Aghni Haryo malah tersenyum seraya mengusap kepala Aghni dengan sayang. Brama melihat anak dan calon mantunya itu bergantian.

HARYO (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang