16.

9.3K 1K 93
                                    

Update... Update... Aku ngga bisa kasih imun berupa makanan, karena makanannya aku makan sendiri. Sayang kalau dibagi, cuma sedikit, nanti aku ngga kenyang. Kukasih cerita saja yaa... 😁 Semoga menghibur. Tetap positif thinking ya gesssss. Patuhi prokes kesehatan dan perkuat imun dengan makan makanan yang sehat, berdoa dan berolah raga. Jangan lupa tersenyum tapi jangan senyum-senyum sendiri nanti dikira ODGJ.

Happy reading gezzz...

Aku nulisnya sambil makan cenil dan lupis jadi kalau tulisannya belepotan maklumi saja...

🍡🍡🍡🍡🍡🍡🍡🍡🍡🍡🍡🍡

"Mama, peyut mama ada adek dedek ya?" Dwi sedang bermanja pada Aghni dengan mengusap-usap perut Aghni yang sudah terlihat membuncit. Kehamilan Aghni yang memasuki bulan keempat terlihat menarik perhatian Dwi. Anak lelakinya itu suka menciumi perut sang ibu yang terlihat membulat dan terlihat lucu.

"Iya sayang, Dwi sayang ngga sama adek?"

"Tayang mama, kata mas Eka adek dedek tantik kaya belbi. Nanti dedek yang jaga adek belbi ya mama."

"Seperti Tante Suci ya sayang, cantik?" Tiba-tiba Suci sudah berdiri didekat Aghni dan Dwi yang sedang bersantai diteras sambil menikmati tiwul hangat dan secangkir teh.

"Mama, impostel  datang! Pelgi impostel ! hush hush hush !" Dwi langsung meloncat dari duduknya dan menyerang Suci hingga wanita itu terjengkang kebelakang. Karena berat badan Dwi yang gemuk, janda tetangga Haryo itu jatuh terduduk, untung saja keset dirumah Haryo empuk dan bokong Suci yang lumayan semok sehingga wanita itu tidak terlalu sakit saat terjatuh. Bukannya menolong Aghni masih sibuk mengunyah tiwul yang dimakan dengan kelapa sambil memperhatikan apa yang dilakukan anaknya pada janda calon pelakor. Dalam hati Aghni menghitung tiga kali karena di hitungan ketiga dirinya yakin anak-anak lainnya akan keluar dan membantu sang kakak.

"Mana impostel nya mas, mana? Ayo selang selang! Wawa tepat tembak! Ayo bantu mas Uwi!" Tiba-tiba dua anak kembar Aghni keluar dari dalam rumah dan ikut bergabung dengan sang kakak. Nakula dan Sadewa membantu Dwi yang sibuk memukuli Suci hingga wanita itu meringis kesakitan. Niken yang bermaksud menyusul si kembar terkejut saat melihat tetangga depan rumah mereka dikeroyok keponakannya. Niken heran dengan kelakuan Suci. Sudah tahu tidak diterima oleh keluarga Tejokusumo, tapi wanita itu tetap saja datang dengan berbagai macam alasan. Untung saja adiknya Haryo berhasil menghindar.

"Dwi, Tri, Catur, stop sudah berhenti, nanti Tante Suci terluka!" Niken buru-buru mengangkat ketiga keponakannya sebelum keponakannya dilaporkan ke polisi karena kasus penganiayaan. Ketiga keponakan Niken langsung terdiam, apalagi sang budhe sudah memanggil nama mereka berurutan. Anak kembar Haryo memiliki nama Nakula dan Sadewa seperti tokoh pewayangan yang kembar namun Niken memiliki panggilan kesayangan untuk sang keponakan kembar. Tri untuk Nakula karena dia lahir duluan daripada Sadewa yang biasa dipanggil Catur oleh Niken. Semua itu untuk memudahkan Niken memanggil anak-anak Haryo yang jumlahnya empat orang. 

"Mereka kenapa, dek?"

"Maen Among Us mbakyu. " Lalu tanpa menghiraukan tamunya yang terlihat berantakan Aghni masuk kedalam rumah sambil membawa cangkir teh miliknya dan piring kosong bekas tiwul. Sepeninggal Aghni, Niken menegur Suci, ia sudah jengkel dengan kelakukan Suci yang menurutnya tak tahu malu, apa wanita itu tidak tahu jika Aghni sudah menyiapkan tanah kosong diperkebunan pepaya miliknya yang baru saja dibelikan oleh adiknya untuk mengubur wanita itu jika bertingkah macam-macam dengan sang adik ipar. Jangan tertipu oleh wajah polos Aghni yang masih terlihat baby face meski sudah punya empat orang anak.

"Kamu ngidam makan pepaya, dek?"

"Ngga mbak yu, kenapa?"

"Lah itu, beli kebun pepaya disamping kontrakan jendes jablai?"

HARYO (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang