18.

9.5K 1.1K 227
                                    

Pernah ngga kalian baca cerita lebih suka pada tokoh ke dua daripada tokoh utama? Aku suka geregetan kalau nemuin cerita yang kaya gitu, jadi pengen buatin cerita sendiri buat si tokoh kedua, pengen saja tapi tidak terealisi 😁

Dirumahku Hujan, bagaimana dirumahmu? Hujan masih air dan kamu masih milik orang lain... Aseeeeekkkkk....

🍵🍵🍵🍵🍵🍵🍵🍵🍵🍵🍵🍵

Haryo dan keempat anaknya sudah bersiap dengan baju olah raga dan sepatu kets serta topi. Tidak ketinggalan tas bekal untuk masing-masing anak. Ceritanya mereka akan ke lapangan karena Eka akan ikut lomba lari estafet dalam rangka Hari Kemerdekaan RI. Aghni tidak ikut karena kehamilannya dan memilih beristirahat dirumah. 

"Om belum terlambat kan?"

"Belum, Om. Ini masih nunggu mama nyiapin bekal untuk Om." Haryo langsung menoleh pada Eka dengan penuh tanya. Belum sempat dirinya bertanya maksud perkataan anaknya Aghni keluar sambil membawa dua tas bekal, satu diberikan pada Haryo dan satu lagi diberikan pada Guntur. 

"Sudah datang, mas? Terima kasih ya sudah mau bantu papanya anak-anak momong. Oh ya tadi mbok Salamah sudah buatin mas Guntur bekal, katanya makanan kesukaan mas Guntur."

Guntur mengangkat tas bekalnya sambil mengucapkan terima kasih. Aghni tersenyum mengangguk lalu segera meminta anak-anak untuk masuk kedalam mobil yang udah mirip mobil travel.

"Titip anak-anak ya mas Gun, jangan sungkan negur kalau anak-anak nakal."

"Tenang saja, mereka aman dengan Om Guntur." Haryo cemberut dan segera mendekati sang istri begitu Guntur masuk kedalam mobil bersama anak-anak. Hari itu Guntur memilih ikut bersama mobil Haryo dan memarkirkan mobilnya di halaman di sebelah mobil Brama.

"Sayang, bekal untuk Guntur tadi bukan kamu yang masak kan?"

"Bukan, aku cuma bawain tas bekalnya saja. Semua bekal yang masak mbok Salamah."

"Awas saja kalau kamu sampai masak untuk Guntur, Mas ndak suka kamu masih perhatian sama mantan kamu itu." Aghni tertawa mendengar kecemburuan sang suami. Meski begitu dirinya tahu Haryo tidak bersungguh-sungguh saat mengancamnya.

"Iya mas Haryo sayang, yang gembul. Aghni hanya memasak untuk mas seorang. Mas Haryo tenang saja dan tidak usah cemburu. Aghni tetap milik mas kok, luar dalam, atas bawah, depan belakang, kanan dan kiri." Lalu Aghni memberikan ciuman di pipi Haryo seraya mencubit perut buncit suaminya. 

"Sudah sana, berangkat. Nanti Eka terlambat."

"Bagaimana kalau Guntur saja yang berangkat, mas tiba-tiba khawatir sama kamu, kalau kamu sendirian dirumah. Nanti kalau Suci mengganggu kamu bagaimana?" Aghni menaikkan alisnya, ia tahu modus Haryo ingin tinggal di rumah dan sengaja menitipkan anak-anak pada Guntur, apalagi kalau bukan olah raga ringan naik-naik kepuncak gunung kembar melewati lembah yang lembab untuk naik ke langit awang-awang. Belum sempat Aghni menjawab, Dwi sudah memanggil-manggil sang ayah.

"Papa, ayo! nanti mas Eka telambat!" Dwi melongokkan kepalanya dijendela dan memanggil Haryo. Lelaki itu terlihat tidak bersemangat, baginya olah raga bersama Aghni lebih menggoda daripada olah raga bersama Eka dan teman-temannya. Bukannya apa, Haryo merasa risih dengan pandangan ibu-ibu pengantar anak-anaknya yang melihatnya penuh  nafsu dan tatapan memuja. Dia kan memang bapak able, yang melindungi, mengayomi dan membelanjai mama muda Aghni. jadi sudah dipastikan banyak mama mama muda yang iri dengan istrinya itu, dan ingin merasakan jadi seperti istrinya. Belum lagi bapak-bapak yang melihat sang istri hingga air liurnya nyaris menetes, sampai ingin rasanya dirinya menampol satu per satu bapak-bapak itu. Haryo heran kenapa yang mengantar teman-teman Eka dan Dwi itu tidak ada tua seperti ayahnya, kalau sudah tua kan tidak mungkin matanya jelalatan.

HARYO (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang