10.

11.6K 1K 102
                                    

Selamat siang, cuaca panas, pengen beli es kelapa muda🤤🤤🤤

Selamat beristirahat teman-teman, sambil menunggu antrian vaksin dengan ditemani bapak-bapak polisi ganteng ( kira-kira ada yg nyari adek angkat ngga yaaa😍 Tya mau daftar 😌 lumayan punya kakak polisi klo ada yang ganggu tinggal lapor aja, sesuai semboyan kepolisian, melindungi dan mengayomi. Masyarakat di lindungi dan diayomi apa lagi adek ketemu Gedhe 🤗 pasti dilindungi dengan sepenuh hati.)

ya Tuhan, kenapa ngomongnya jadi ngelantur padahal belum vaksin 😊

Buat teman-teman, tetap jaga prokes dan semoga sehat selalu yaaa... Love you all 😘😘😘

Tetap bahagia meski tanggal tua dan dompet meronta-ronta minta diisi...( Dompetku itu, ayolah beli e book aku biar aku bisa jajan cilok, cimol, bakso, tahu Tek, es cincau, papeda, es Manado 😭😭😭)

Terakhir selamat membaca dan semoga bahagia 😇😇😇

☀️☀️☀️☀️☀️🌤️🌤️🌤️🌤️🌤️🌤️🌤️🌤️🌤️

Sepanjang perjalanan dari pusat perbelanjaan Aghni dan Haryo saling terdiam. Hanya celoteh Eka yang memenuhi pendengaran mereka. Baik Haryo dan Aghni sibuk dengan pemikiran masing masing. Semua yang terjadi di pusat perbelanjaan tadi benar-benar membuat Haryo mengerutkan keningnya. Ia tidak menyangka Nilam memiliki hubungan dengan Sigit, karena setahu dirinya Nilam itu cinta mati pada dirinya, bukannya terlalu percaya diri tapi Haryo yakin Nilam masih mengejarnya, bahkan Haryo rasa Nilam akan menggunakan segala cara untuk membuat dirinya kembali pada wanita itu. Tapi kenapa yang ia dapat justru kenyataan Nilam dan Sigit menikah, bahkan saat ini mantan istrinya itu sedang hamil anak Sigit? Apa yang sebenarnya terjadi yang tidak diketahui olehnya?

Haryo menarik nafas perlahan, ia menoleh saat merasa bahunya mendapat beban. Ia melihat Aghni bersandar di bahunya seraya memejamkan mata dan mengusap perutnya. Haryo meraih kepala sang istri agar lebih nyaman bersandar. Ia mengusap lengan Aghni sambil sesekali mengecup puncak kepala sang istri. Eka sudah ia dudukkan di car seatnya dan sibuk mengunyah biskuit yang ada dikedua tangan gemuknya sambil berceloteh macam-macam.

"Capek?" Haryo bertanya, Aghni semakin menelusupkan wajahnya dalam pelukan Haryo.

"Menurut mas, yang terjadi tadi itu apa? Kenapa pak Sigit jadi suami Bu Nilam? Bukankah pak Sigit kekasih Bu Eva?"

"Mas tidak tahu, dek. Lagipula itu bukan urusan kita."

"Menurut mas, aneh tidak kalau tiba-tiba Bu Nilam jadi istri pak Sigit? Kalau Bu Nilam jadi istri pak Sigit kenapa waktu itu Bu Nilam nyerang Aghni sampai berkelahi dengan mbak Sekar? Apa mungkin Pak Sigit salah menghamili orang, maksudnya menghamili Bu Eva tapi salah masuk kamar ke kamar Bu Nilam?"

"Sudah, jangan difikirkan. Mau mas pijit kakinya, kamu pasti capek beberapa jam berjalan." Aghni menolak dan memilih memeluk Haryo dengan erat. Suaminya itu masih mengusap lengannya, Aghni tahu Haryo sama bingungnya dengan dia, apa semudah itu perasaan suka pada seseorang berubah, dan kalau dilihat sepertinya hanya pak Sigit yang memiliki perasaan pada Nilam sedang Nilam sendiri biasa saja.

"Kalau Bu Nilam hamil berarti mas Guntur akan punya adik dan mungkin usia kehamilan Bu Nilam sama dengan kehamilanku. Kira-kira Romo tahu tidak masalah ini ya mas?"

"Nanti mas tanya sama Romo. Sigit bukan keluarga Tejokusumo lagi dek, jadi tidak akan ada pengaruhnya dia menikah dengan siapa."

"Mas merasa aneh tidak?"

"Iya tapi mas tidak perduli. Mereka bukan siapa-siapa bagi kita. Yang penting sekarang kita fokus pada keluarga kecil kita saja. Oh ya besok rencananya mas mau ke peternakan buat milih sapi kurban."

HARYO (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang