Extra 2

11.3K 1K 124
                                    

Ada yang berdoa aku khilaf nambah extra part, sebenernya ngga khilaf sih, tapi ini hadiah untuk anak-anak yang sudah khitan hari ini. You're amazing boys. Semoga jadi anak-anak Sholeh, anak-anak yang pandai, lancar rejekinya, sehat selalu dan jadi orang yang berguna di masa yang akan datang untuk agama, keluarga dan negara kalian.  Cepet sehat ya anak-anak ganteng, agar kalian bisa bersekolah dan bermain lagi... Luv you so much boys... 😘

💚💚💙💙💚💚💙💙💚💚💙💙

"Mama... Papa... dedek mau khitan!!!" Dwi berkata keras sambil berusaha menerobos pintu kamar Haryo yang terkunci dari dalam. Anak kedua Haryo itupun menggedor-gedor pintu kamar kedua orang tuanya dengan tidak sabar. Sementara didalam kamar Haryo bergerak cepat meraih kepuasannya sementara Aghni kehilangan moodnya sambil berdoa agar pintu kamar mereka tidak roboh karena di dobrak paksa oleh Dwi. Bukan tanpa alasan Aghni cemas pintu kamar mereka rusak, karena Dwi sudah sering merusak perabot dan bagian rumah mereka dengan tubuhnya. Kalau Eka memiliki tenaga dalam yang bisa menghancurkan bangunan, Dwi ini juga memiliki kekuatan karena tubuhnya yang besar dan sikapnya yang sembrono, bukan karena anaknya punya ilmu tenaga dalam. Haryo mencium bibir Aghni sebelum melepas penyatuannya. Haryo melirik kearah jam dinding, seharusnya anak-anaknya pulang dua jam lagi sehingga dia punya cukup waktu untuk bermanja-manja dengan sang istri, tapi kenapa Dwi sudah pulang, bahkan sampai memukul-mukul pintu dengan barbar, ada hal apa yang membuat sang anak sampai tidak sabar dan ingin merobohkan rumah.

"Sebaiknya mas buka pintunya dulu, sebelum Dwi menjebol pintu kamar kita." Aghni memberi saran, ia masih belum puas sebenarnya tapi moodnya langsung turun hingga membuatnya sakit kepala. 

"Sayang, kita bisa tuntaskan, kamu belum dapat kan?" Aghni menolak.

"Sebaiknya mas tangani Dwi dulu. Aku akan membersihkan diri."

"Tunggu mas dikamar mandi." Haryo mengecup kening sang istri sebelum pergi membuka pintu. Ia membetulkan sarung dan kaosnya agar anaknya tidak curiga kalau sang ayah habis olahraga dengan sang mama. Melihat Aghni yang tidak mendapat pelepasannya, Haryo merasa bersalah. Ia tahu mood bercinta istrinya langsung turun saat mendengar sang anak menggedor pintu kamar mereka. Ia berencana menyusul sang istri didalam kamar mandi dan melanjutkan sesi bercinta mereka yang terjeda setelah mencari tahu apa yang terjadi dengan sang anak. 

"Ada apa, sayang?" Haryo membuka pintu kamarnya dan bertanya lembut pada Dwi. Anak lelaki Haryo menerobos masuk dan segera mengedarkan pandangannya ke penjuru kamar.

"Mama mana, Pa?"

"Dwi mencari mama? Mama di kamar mandi." Dwi langsung duduk di sofa dan menunggu. Haryo duduk disebelah sang anak dengan tatapan bertanya-tanya karena Dwi memilih bungkam. 

"ada apa Dwi mencari mama? Kenapa sudah pulang dari sekolah?"

"Uhmm, itu..." Dwi tampak ragu-ragu ingin menyampaikan sesuatu tetapi ditahannya. Haryo menunggu.

"Jadi bagaimana? Ada yang ingin Dwi sampaikan?" Dwi masih terdiam sambil meremas-remas tangannya. Untung saja Aghni keluar dari kamar mandi tidak lama kemudian, melihat sang mama, Dwi segera menghambur dan memeluk pinggang sang mama.

"Hei ada apa dengan anak mama?"

"Mama, Dedek mau khitan!" 

"Ha?"

"Dwi mau khitan?"

"Iya mama, khitan! Sunat mama! bulung Dwi mau disunat! Bial klo pipis, pipisnya itu lulus ndak belok-belok."Dwi melonjak-lonjak didepan Aghni, membuat sang ibu dan sang Ayah berpandangan terkejut. Bukan masalah seorang anak lelaki minta di khitan, cuma ini Dwi memintanya mendadak. Eka khitan saat masuk taman kanak-kanak dan si kembar bahkan saat usia tiga tahun. Diantara anak-anaknya Dwi yang terlambat khitan karena sudah sekolah dasar belum khitan. Haryo dan Aghni memang sengaja menunggu sang anak meminta untuk di khitan karena kalau dipaksa mereka bisa trauma.

HARYO (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang