"Romo! Haryo!" Niken berteriak tak sabar saat memasuki kediaman Tejokusumo. Haryo keluar dari kamarnya dan menghampiri Niken yang terlihat berantakan dengan keringat sebesar biji jagung di oelipisnya.
"Ada apa mbakyu, pagi-pagi sudah bikin keributan. Mbakyu bertingkah seperti Tarsan berdarah ningrat."
"Sigit dan Nilam kecelakaan. Mobil mereka nabrak pohon dan terbakar, mayat keduanya hangus."
"Mbakyu kalau nyumpahin orang ngga tanggung-tanggung."
"Siapa yang nyumpahin orang, bodoh! Mbakyu ini ngasih kabar ke kamu. Mantan istri kamu itu Kobong, dadi sate, Angus!" Niken terlihat kesal karena dikira bercanda sama sang adik. Mau memukul kepala sang adik takut sang adik makin bodoh saja, tidak dipukul saja sudah langsung bego apalagi sering dipukul bisa-bisa bukan hanya mobil Sigit yang konslet, otak adiknya juga konslet.
"Mbakyu dapat kabar dari siapa? Ini masih pagi loh. Aghni saja belum bangun."
"Mbakyu tadi pulang ngatar masmu kerumah sakit. Pas lewat beringin kembar dekat alun-alun itu mbakyu lihat kerumunan orang, mbakyu kira ada apa ternyata mobil Sigit sudah hangus."
"Mbakyu ngapain keluyuran subuh-subuh? Bukannya langsung pulang dari rumah sakit malah ngliwung lewat beringin kembar?"
"Sekalian kepasar, mau belanja. Kalau pagi kan semua masih baru datang."
"Mbakyu yakin itu mobil Sigit, bisa jadi itu mobil orang lain. Lagipula beringin kembar itu besar loh mbakyu, masa iya tidak terlihat oleh Sigit, rabun ayam apa gimana?"
"Rabun ayam itu sore Haryo, lagipula ngga mungkin Sigit rabun ayam. Pasti dia habis mesum dimobil, kalau Ndak ngapain juga kluyuran subuh-subuh?"
"Mobil goyang maksud mbakyu? Sigit mesum diberingin kembar? Mbakyu ini ada-ada saja."
"Kamu pikir mbakyu ngarang cerita? Kalau kamu ndak percaya kamu lihat sendiri kesana. Cek tekape, sekalian identifikasi bener ndak itu mantan istri kamu, karena semuanya hangus ngus ngus. Selain Eva, kamu pasti bisa mengidentifikasi mayat itu Nilam atau bukan. kalian kan pernah menikah pasti kamu masih ingat body dan tanda-tanda lainnya yang identik dengan Nilam."
"Ndak mau! Nilam itu masa lalu. Haryo ndak mau mengenang masa lalu. Cukup sudah ceria masa lalu ditutup bukunya. Haryo doakan saja arwah almarhum dan almarhumah diterima disisi-Nya. Di lapangan jalannya menuju surganya. Kalau Nilam sama. Sigit punya utang, Haryo ikhlas."
"Pak Brama! Pak Brama!" Seseorang memanggil-manggil nama Brama dengan keras. Niken dan Haryo saling berpandangan dan bergegas menuju keruang depan untuk melihat siapa yang sudah berteriak-teriak bikin keributan dirumah keluarga Tejokusumo.
"Pak Haryo? Pak Brama ada?"
"Ada pak Karyo, sebentar saya panggilkan, ada apa ya mencari Romo saya."
"Begini Pak Haryo, kami mau minta tolong Pak Brama buat mengevakuasi mobil pak Sigit dari beringin kembar."
"Mau evakuasi mobil kok nyari Romo saya? Pak Karyo pikir Romo saya truck derek?"
"Bukan begitu pak Haryo. Kami mau minta tolong sama pak Brama untuk minta ijin sama pemilik beringin kembar buat evakuasi mobil pak Sigit. Mobilnya tidak bisa ditarik ataupun disentuh. Seperti ada yang menghalangi. Kalau tidak segera dievakuasi takutnya mengganggu arus lalu lintas."
"Sebentar saya panggilkan Romo dulu."
"Pak Haryo sudah dengar kan kalau pak Sigit dan mbak Nilam kecelakaan dan terbakar?"
"Iya, mbakyu Niken barusan memberi tahu saya."
"Saya ikut berduka cita, pak Haryo."
"Kok berduka citanya ngomong ke saya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
HARYO (TAMAT)
RomanceCover by @Avavva Aku hanya lelaki biasa yang diberi kelebihan harta dan kedudukan. Dalam keluarga kami, aku adalah satu-satunya anak lelaki yang biasa disebut penerus keluarga. Karena satu-satunya lelaki, maka keluarga besarku menuntut ku untuk memb...