15

9.3K 1K 98
                                    

Haryo mengajak sang istri untuk periksa di dokter kandungan, untuk memastikan istrinya itu benar-benar hamil dan bukan PHP apalagi hoax. Mereka menunggu dengan penuh ketabahan di antrian dokter kandungan Raden Kamajaya Dharmahadi. Bagaimana tidak penuh ketabahan antrinya banyak dan semuanya ibu hamil karena diantara yang antri semuanya perutnya melendung entah itu lelaki atau perempuan termasuk dirinya.

"Yang hamil suaminya ya Bu?" Seorang ibu-ibu bertanya usil pada Haryo dan Aghni. Haryo melotot kearah ibu-ibu yang menanyainya. Ia akui sejak jadi bapak empat anak perutnya memang membuncit, padahal yang hamil Aghni tapi yang buncit justru perutnya.

"Anak keberapa Bu?" Aghni mencoba beramah tamah dengan sang ibu yang antri disebelahnya.

"Anak ke enam. Suami saya pengen anak lelaki, makanya meminta saya hamil lagi. Kalau adek ini pasti anak pertama ya? Adek istri muda?" Haryo langsung menautkan alisnya, apa-apaan si ibu ini seenaknya saja bilang Aghni istri muda, apa dirinya terlihat setua itu, dia kan belum beruban semua rambutnya, hanya beberapa bagian dan perutnya yang one pack bukan lagi six pack.

"Saya memang istri muda Bu, istri ke empat." Aghni tersenyum manis seraya menatap Haryo penuh cinta. Kalau sudah begini panasnya hati langsung sirna bagai kena guyuran hujan.

"Wah adek hebat mau jadi istri ke empat. Benar-benar legowo untuk dimadu. Jarang-jarang loh ada perempuan mau dipoligami, kecuali juragan saya, ibu Gayatri. Pemilik restauran Ibu. Beliau rela di poligami, Untung madunya orangnya baik. Apalagi anaknya dokter Kamajaya, baik sekali,Mo moo no meski saya bolak balik hamil, saya tetap digratiskan untuk periksa dan lahirannya."

"Saya ngga dipoligami, Bu."

"Loh terus, kok bisa jadi istri keempat kalau ngga dipoligami?"

"Suami saya ini tukang kawin. Mantan istrinya ada tiga."

"Kok adek mau sih dinikahi bapaknya, apa ngga ada lelaki baik lainnya setidaknya yang tidak tukang kawin, adek kan cantik, apa ngga rugi kalau dapat bekas orang?" Haryo makin meradang, semakin di dengarkan omongan istrinya dan ibu-ibu itu bikin emosi saja. Aghni tertawa tidak menanggapi.

"Tukang kawin itu penyakit loh dek, sama kaya tukang selingkuh. Adek ngga takut suami adek nikah lagi?"

"Ya takut Bu, tapi saya sudah punya cara agar suami saya ngga nikah lagi."

"Oh ya? Apa, bagi rahasia donk, siapa tahu bisa saya praktekkan kes suami saya nanti kalau suami saya selingkuh atau berniat nikah lagi."

Aghni berbisik pada sang ibu tapi cukup didengar oleh Haryo.

"Potong saja burungnya terus dijadikan soup burung dara." Aghni mengerling, sang ibu terkejut tidak menyangka ibu muda disebelahnya seorang yang ternyata begitu tega, benar-benar tidak cocok dengan wajahnya yang lembut.

"Kalau ibu tidak tega, masukkan sianida ke kopi atau minuman suami ibu. Sekali minum, pssssstttt hilang nyawa." Aghni tersenyum, kali ini kearah Haryo yang meneguk ludahnya dengan kasar. Ternyata istrinya ini lebih bahaya dari kelihatannya. Di jelas-jelas tidak salah dengar saat sang istri menyarankan potong burung dan kopi sianida.

"Suami ibu kemana?"

"Dirumah menjaga anak-anak saya. Dulu waktu hamil anak pertama dan kedua setiap periksa saya ditemani suami saya tapi sejak hamil anak ke lima dan keenam saya sering pergi sendiri karena suami saya harus menjaga anak-anak." Aghni beruntung Haryo selalu menaninya kedokter kandungan.

"Kalau saya selalu menemani istri saya Bu, buatnya sama-sama maka susah nya juga sama-sama. Ini anak ke lima kami."

"Anak kelima? Adek usia berapa kok sudah mau lima saja? Itu bapaknya satu atau berapa? Oh saya tahu, yang empat anak tiri ya dek, kan tadi adek bilang kalau adek istri ke empat. Kok adek mau sih merawat anak yang bukan anak kandung adek, memang ibunya kemana?"

HARYO (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang