Follow akun wattpad dan Ig; @Prichan_5
•Skala•
Skala menggaruk tengkuknya, kepalanya pusing melihat banyaknya pembalut dengan berbagai merk di depannya.
Dimulai dari yang mini sampai yang jumbo. Dalam hati Skala bertanya, memangnya ukuran anu wanita berbeda-beda seperti milik pria?
Saat ini dirinya tengah berada di minimarket dekat apartemen untuk membelikan barang yang Belva suruh.
"Skala!"
Skala menoleh saat namanya di panggil, di sebelahnya sudah ada Mita dengan senyumannya. Skala berdehem lalu membalas senyuman cewek itu.
"Ih kok bisa ketemu? Lagi cari apa?"
"Pembalut." jawab Skala datar, padahal dalam hatinya mengumpat kata-kata kasar. Sialan, kenapa bisa dia bertemu Mita disini, mau di taruh di mana wajahnya setelah ini.
"Pembalut? buat Adik kamu atau Ibu kamu? idaman banget sih mau di suruh beli pembalut." ujar Mita dengan wajah berbinar-binar.
"Bukan, buat cewek gue." kata Skala jujur. Seketika raut wajah Mita mendadak suram.
"Kok manja banget sih? emang nggak bisa beli sendiri apa?" gerutu Mita kesal.
Skala mengendikan bahunya. "Biarin lah gue cowoknya."
"Tapi seharusnya nggak gitu, kalau keluarga kan masih wajar nyuruh, dia belum jadi siapa-siapa loh kok berani nyuruh-nyuruh. Mana nyuruhnya pembalut lagi barang privasi!"
Telinga Skala rasanya panas, Mita berbicara tanpa jeda seperti Nicki minaj ketika sedang ngerap. Untung saja Mita cantik jadi Skala tidak terlalu mempersalahkannya.
"Pacar gue emang gitu, beda sama lo yang mandiri. Btw gue suka cewek mandiri kayak lo, kapan-kapan kita jalan gimana?" tanya Skala modus tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan.
Mita itu cantik, boddynya mulus dan berisi di bagian tertentu membuat Skala tidak ingin melewatkannya begitu saja.
Wajah Mita memerah dengan cepat dirimya mengangguk. "Sekarang juga nggak papa kok." ujarnya malu-malu.
"Oke, tapi gue nganter pembalut dulu ke cewe gue gimana?"
Sekali lagi Mita mengangguk, lalu ikut memilihkan pembalut yang di butuhkan Belva. Dirinya tidak sabar bisa cepat memulai kencan, mungkin?
Ini adalah balasan Mita untuk Belva yang berani-beraninya melawannya di kantin tadi. Lihat saja, Skala begitu mudah ia dapatkan.
•Skala•
Belva meringkuk di bawah selimut Skala, perutnya rasanya seperti di aduk-aduk dari dalam.
Sudah setengah jam sejak Skala pergi untuk membeli pembalut untuk dirinya, namun sampai sekarang cowok itu belum juga datang.
Belva jadi takut kalau Skala tidak pergi membeli pembalut untuknya, dan lebih memilih pergi main dengan teman-temannya.
Pintu Skala terbuka, menampilkan Skala yang menenteng plastik bertuliskan Indoapril di tangannya.
"Kok lama sih?" tanya Belva kesal.
"Nggak bisa bilang makasih?" sarkas Skala, cowok itu melemparkan plastik berisi pembalut itu tepat di wajah Belva.
"SKALA!" amuk Belva.
"Makanya kagak usah bacot, cepet sana pake. Terus cuci seprai sama selimut gue. Jangan sampe darahnya kagak ilang!"
Belva membuka kantong plastik di tangannya. "Kok nggak ada kiranti nya?"
"Lupa."
"Kok bisa lupa sih? perut gue sakit kalo nggak minum itu."
"Jangan manja bisa nggak sih Bel? pusing dari tadi gue nurutin kemauan lo."
"Kok lo gitu sih?"
"Gitu gimana? Lo dari tadi baperan begini salah begitu salah, mikir lah lo jadi cewek!"
"Lo juga nggak usah marah-marah kan bisa." ujar Belva pelan.
"Makanya jangan bikin darah tinggi mulu."
Dada Belva bergemuruh, bisa tidak sih Skala mengerti dirinya sehari saja? Selama hanya dirinya yang mencoba mengerti Skala, sedangkan Skala tidak. Ingin rasanya Belva berteriak meluapkan amarahnya di depan wajah tampan Skala. Tapi tidak, Belva tidak mau Skala memutuskannya.
"Lo bisa pulang sendirikan? Abis beres semuanya lo pulang ya." Perintah Skala.
"Emang lo nggak bisa nganter?"
"Gue mau jalan sama Mita, dia udah nungguin di bawah." terang Skala.
Belva mengangguk, tidak ingin memperpanjang masalah.
Tidak bisa di pungkiri hatinya begitu sakit, padahal saat ini dirinya sedang membutuhkan Skala, namun dengan teganya lelaki itu malah memilih pergi bersama gadis lain.
•Skala•
KAMU SEDANG MEMBACA
SKALA
Teen FictionSudah terbit, tersedia di Gramedia dan toko buku online. Part lengkap (proses revisi) _______________ Gimana rasanya menjadi kekasih seorang berandal? Tanyakan saja kepada Belva. bukannya merasa menjadi ratu seperti novel-novel yang di bacanya, Belv...