Aku lagi stuck ngetiknya guys, sorry kalo gajelas huhuhu
•Skala•
Dua minggu berlalu, Belva sudah beraktifitas seperti biasanya. Begitupun dengan Skala, lelaki itu menepati perkataannya bahwa akan berubah.
Belva menikmati sifat Skala yang begitu lembut padanya, setidaknya untuk saat ini. Di dalam lubuk hatinya Belva ragu bahwa lelaki itu benar-benar berubah.
Belva yang sedang rebahan di kasur Skala, menggulingkan tubuhnya hingga menghadap ke arah Skala yang baru saja keluar dari kamar mandi dengan cream pencukur yang berada di sekitar rahangnya.
Saat ini Belva berada di apartemen milik Skala. Saat siang hari Bella jarang berada di rumah membuat Belva kesepian, apartemen Skala adalah pilihan yang cocok di jadikan tempat pelarian saat dirinya bosan.
"Bel, bantu gue."
Belva yang sedang rebahan di kasur Skala, menggulingkan tubuhnya hingga menghadap ke arah Skala yang baru saja keluar dari kamar mandi dengan cream pencukur yang berada di sekitar rahangnya.
Skala mendekati Belva lalu menyodorkan alat penyukurnya. Dengan malas-malasan Belva bangkit dari tidurnya lalu duduk di pinggir ranjang
"Nyukur sendirikan bisa." gerutu Belva.
"Nggak bersih." ujar Skala berjongkok di hadapan Belva.
Belva mulai mengerjakan pekerjaannya dengan telaten, sedangkan Skala terus memperhatikan wajah Belva dengan seksama.
"Jelek banget sih lo." kata Skala membuat Belva memutar bola matanya malas.
"Bodoamat!" balas Belva, Skala terkekeh pelan."Diem ntar muka lo ke gores."
Skala mengatupkan bibirnya menuruti perintah Belva, matanya kembali memperhatikan setiap jengkal wajah Belva.
"Kumis lo nggak sekalian?" tanya Belva.
"Nggak usah, mau gue tumbuhin supaya seksi."
"Bukannya seksi malah kayak om-om india." kata Belva bercanda.
Skala menahan tangan Belva, lalu mendekatkan wajahnya setelah itu menempelkan dagunya pada pipi Belva, membuat Belva ikut terkena Cream cukurnya.
"Skala! ntar gue jerawatan." pekik Belva.
"Bagus deh supaya muka lo tambah burik."
Rasanya Belva ingin menendang Skala saat ini juga, dengan kesal Belva melemparkan alat cukur milik Skala mengenai dada Skala.
"Gue kesel sama lo." gerutu Bela sambil menidurkan kembali badannya.
"Emang lo bisa kesel sama gue?" tanya Skala dengan nada remeh.
"Berisik, sana cuci muka dulu."
Tawa Skala menggema. "Dasar bucin." gumamnya. Kaki lekaki itu berjalan menunu toilet untuk mencuci wajahnya seperti yang Belva katakan.
Sepuluh menit berlalu, Skala telah selesai mencuci wajahnya. Lelaki itu menjatuhkan badannya di samping Belva lalu memeluk Belva dengan erat.
"Skala gue nggak bisa nafas." ujar Bva sambil mendorong dada bidang Skala.
Skala mengabaikan perkataan Belva, lelaki itu malah memeluk Belva semakin erat.
"Nggak kerasa Bel, dada lo rata amat." gumam Skala.
KAMU SEDANG MEMBACA
SKALA
Teen FictionSudah terbit, tersedia di Gramedia dan toko buku online. Part lengkap (proses revisi) _______________ Gimana rasanya menjadi kekasih seorang berandal? Tanyakan saja kepada Belva. bukannya merasa menjadi ratu seperti novel-novel yang di bacanya, Belv...