03

254K 32.3K 5.8K
                                    

Vote dulu atuh ih

****

Jika ada kompetisi orang tidak punya malu se indonesia, Belva yakin Skala akan menjadi pemanangnya.

Lihat saja, sekarang cowok itu tengah duduk manis di atas motor vespa maticnya yang terpakir persis di depan gerbang sekolah, padahal cowok itu tidak memasuki sekolah alias bolos.

"Itu Skala ngapain? kalo ada guru lewat mampus tuh." bisik Marshella. Belva menggeleng, tingkah Skala itu ajaib, susah di tebak.

Belva jadi heran sendiri, kenapa dia begitu mencintai Skala, padahal dari segi akademik dan moral Skala memiliki nilai nol besar.

Tukang mabuk, kasar, hobi tawuran, balapan liar, for you information tak jarang Skala bermain tangan ketika sedang bertengkar dengannya.

Mungkin karena fisik? Skala memiliki visual di atas rata-rata, banyak perempuan yang mengagumi parasnya yang gagah, tak terkecuali Belva.

Masa bodoh, yang penting dirinya mencintai Skala. Begitupun sebaliiknya, mungkin.

"Ngapain?" tanya Belva ketika sudah berhadapan dengan Skala.

"Kepo!"

"oh yaudah, gue mau main bareng Marshella." ujar Belva sambil menarik tangan Marshella yang sedari tadi mengekorinya.

Baru saja selangkah, langkah Belva harus terhenti karena Skala menarik kunciran rambutnya lumayan kencang. Kulit kepala Belva serasa ingin copot.

"Nggak ada main-main, buruan naik anter gue jenguk Galen." perintah Skala tegas, tangan kiri Skala yang menganggur menarik bahu Belva kasar tanpa melpaskan jambakannya pada rambut Belva.

Belva terhuyung kebelakang hampir terjatuh namun di tahan oleh Skala. orang-orang di sekitar mulai berbisik-bisik melihat perlakuan Skala terhadap kekasihnya.

"Skala lepas anj**g."

"Pulang sana!" suruh Skala pada Marshella. teman Belva itu mengangguk, walau sebenarnya dirinya ingin sekali menarik Belva dari Skala, namun nyalinya belum cukup besar untuk berurusan dengan ketua Garagas itu.

"Bel gue pulang dulu ya." pamit Marshella dengan nada tidak enak.

"Iya cepet sana pulang." bukan, bukan Belva yang menjawab melainkan Skala. Sedangkan Belva hanya mengagguk sambil memberikan kode pada Marshella untuk cepat-cepat pergi.

Skala itu sangat tidak suka perintahnya di bantah, jangan sampai Marshella menjadi korban keganasan Skala.

"Lepas, sakit." pinta Belva dengan mata yang sudah memerah.

"Siapa suruh block nomer gue?" ujar Skala melepaskan tangannya pada rambut Belva.

"Lo nyebelin sih." sewot Belva. "Sakit bego!"

"Kasian amat."

Skala mengelus rambut Belva yang tadi di tariknya, satu tangannya yang lain juga mengelus bahu Belva pelan. "Muka lo kalo lagi kesakitan gemesin, gue suka."

Belva melotot mendengar perkataan Skala. "Sinting!" ujarnya.

"Ssst, ayo anter gue jenguk Galen."

Belva mengangguk lalu menaiki motor yang di kendarai Skala, Belva tersenyum ketika Skala membawa kedua tangannya untuk melingkar di pinggang Skala yang di lapisi jaket kulit itu.

Senyum Belva luntur ketika Skala mengumpat padanya.

"Anjing! Lo nggak punya rok lain apa?" ujar Skala kesal.

SKALATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang