•Skala•
"Aku hamil anak kamu, Skala." ujar Mita sambil memegangi perutnya berharap Skala menghentikan pukulan pada sekujur tubuhnya.
Skala kembali melayangkan pukulannya pada perut Mita membuat perempuan itu emnjerit keras.
"Bagus, biar anak lo sekalian mati."
"INI JUGA ANAK KAMU!" teriak Mita, sekujur tubuhnya lebam, pakaian Mita sudah terkoyak karena ulah Skala.
Skala mengambil balok kayu di bawahnya lalu memukulkan balok itu pada mulut Mita, bibir yang dulu membuat Skala bernafsu itu kini sudah tak berbentuk, Mita terbatuk mengeluarkan darah segar dari mulutnya. Beberapa gigi wanita itu juga ikut keluar karena copot.
"Bohong ngga baik, cantik."
"Bee, please.."
Mendengar sebutan menjijikan itu Skala menendang Mita kasar hingga gadis itu tersungkur ke tanah.
Skala mengangkat pisau lipatnya. "Berani-beraninya lo pake pisau kesayangan gue buat ngelukain Belva."
Mita memundurkan badannya takut. "Maaf aku minta maaf."
Skala menggeleng tegas. "Nggak segampang itu."
Srek!
Dalam sekejap Skala sudah berhasil merobek baju Mita. "Sayang banget, badan lo yang bagus ini harus gue sayat."
Mita menggeleng ketakutan. "Jangan pleasee.."
Skala mengabaikan permohonan Mita, cowok itu menggoreskan pisunya di bahu Mita.
"Lo tau, gue dulu suka ngegambar. Gimana kalo sekerang gue ngegambar di badan lo?"
Skala menggoreskan pisaunya di perut Mita, menggambar bunga di sana. "Liat, gambar gue bagus kan?"
Mita menangis, tubuhnya sudah tidak sanggup menahan siksaan dari Skala.
"Jangan mati dulu." ujar Skala, menarik tubuh Mita lalu mendudukkan tubuhnya secera paksa.
"Lo masih bisa selamat. Sekarang lo boleh kabur tapi dalam lima menit gue bakal ngejar lo, kalo sampai lo ketemu gue bakal bunuh lo disitu juga. Tapi kalo lo berhasil lolos, gue bakal bebasin lo."
Mendengar perkataan Skala Mita langsung melangkah dengan langkah yang sangat pelan, sedangkan Skala tertawa mentertawai Mita.
"Lo nggak bakal bisa keluar, nggak mau nyerah?"
Mita mengabaikan perkataan Skala, wanita itu terus berjalan. Beberapa kali Mita terjatuh karena tak kuat menahan sakit bekas pukulan Skala.
"Udah lima menit!" kata Skala, Skala melangkahkan kakinya mendekat kearah Mita yang sudah terduduk pasrah sambil menangisi nasibnya.
Dengan kejam Skala menarik rambut Mita, menyeretnya keluar dari ruko kosong tempatnya berada saat ini, menuju sebuah kolam buatan yang tak terawat.
"Hebat juga lo masih sadar." celetuk Arjuna yang sedari tadi menunggu di sana, memang Skala berniat ingin memebunuh Mita di kolam ini.
Masih ingat Arjuna? Ketua geng sebelah yang berteman baik dengan Skala, dengan senang hati Arjuna membantu Skala.
Arjuna juga yang membantu Skala menangkap Mita. Arjuna pintar dalam bidang IT, melacak Mita bukanlah hal yang sulit untuknya.
Mita menatap Arjuna dengan tatapan memohon, berharap pria itu mau menyelamatkannya dari Skala.
"Jangan tatap gue begitu!" tegas Arjuna.
Skala menarik tubuh Mita lalu mendorong Mita ke kolam dengan air bewarna hijau itu, membiarkan tubuh Mita yang perlahan tenggelam.
"Lo mau buat dia mati tenggelam?" tanya Arjuna.
Skala mengangguk."Mati tenggelam perlahan itu lebih menyiksa di banding dengan mati di tembak maupun tusuk."
"Terserah lo deh."
Skala tersenyum lebar. "Selamat Mati, sayang." ujarnya.
Arjuna menepuk pundak Skala. "Mending sekarang lo bersihin badan lo, abis itu kerumah sakit. Biar gue urus sisanya."
"Buat seolah-olah dia bunuh diri."
•Skala•
"Kalian semua temen Belva?" tanya Bella, raut wajahnya menandakan dirinya bingung karena banyaknya pria yang menjenguk anaknya.
"Iya tante, lebih tepatnya temennya Skala." ujar Airlangga mewakili teman-temannya.
"Owalah, saya kira siapa." kata Bella tersenyum kecil. "Skala mana ya? tadi izin ganti baju sebentar kok nggak kesini-sini."
"Skala sedang mengurus orang yang menusuk Belva tante." Marcelion yang menjawab.
Raut Bella mendadak keruh. "Bisa-bisanya anak sekolah menusuk orang seperti itu. Anak saya salah apa?" tanyanya sedih.
"Sabar aja ya tante, bentar lagi juga mati pelakunya." sahut El. Galen menyenggol badan El yang berbica seenaknya.
"Yang sopan anjir." peringat Galen.
"Tante percaya Skala bakal ngurus pelakunya. Anak tante beruntung punya pacar sebaik Skala."
Semua orang yang berada di situ meringis, Skala pintar sekali berakting, Mamah Belva saja sampai tertipu.
"Iya tante." timpal Marcelion.
"Tiga puluh menit lagi Belva di oprasi, tolong kabarin Skala ya supaya cepet kesini."
"Di oprasi?" tanya Galen kaget.
Bella mengangguk. "Tusukannya cukup dalam sampai mengenai liver. Doakan aja ya, supaya Belva baik-baik aja."
Bella tersenyum, namun mereka semua tau dibalik seyuman itu Bella sangat terluka melihat anaknya terbujur tak berdaya di ranjang rumah sakit.
"Tante mau sholat Ashar dulu, tante titip Belva sebentar ya."
Mereka semua mengangguk, ketika Bella sudah pergi Galen beranjak dari duduknya.
"Gue mau nemuin Belva sebentar."
"Buat apa?" tanya Airlangga.
"Gue cuma mau liat dia."
Airlangga menghela nafasnya. "Izin dulu sama doketernya."
Setelah mengatongi izin, Galen memasuki ruangan Belva. Nafasnya terasa sesak melihat wanita yang di cintainya tertidur dengan berbagai alat di tubuhnya.
Galen menggenggam tangan Belva, meraskan betapa dinginnya tangan lentik itu.
"Maaf, gue nggak bisa berhenti suka sama lo." ujarnya.
"Lo tau nggak, tadi Skala panik banget. Gue belum pernah liat dia sepanik itu." Galen mengajak Belva mengobrol seolah-olah perempuan itu menanggapi omongannya.
"Waktu itu juga gue cerita kalo lo di gangguin premen-preman, dia langsung bales mereka semua. Gue tau dia cinta banget sama lo. Tapi gue nggak bisa ngikhlasin lo sama dia."
"Dia suka kasar sama lo, gue nggak terima. Tapi kalo lo nggak masalah dengan itu semua gue bisa apa?"
"Cepet sadar ya, banyak yang nungguin lo termasuk gue. Setelah lo sadar gue janji bakal ngabulin permintaan lo apapun itu."
Galen mengecup tangan Belva lembut. "Gue cium tangan lo nih, lo nggak mau marahin gue? cepet sadar makanya."
"I love you Belva Adimbi."
•Skala•
Banyak yang minta konfliknya jangan berat² tenang guys, aku orangnya males mikir jadi ga mungkin berat wkwk.
Spam next disini👉
KAMU SEDANG MEMBACA
SKALA
Teen FictionSudah terbit, tersedia di Gramedia dan toko buku online. Part lengkap (proses revisi) _______________ Gimana rasanya menjadi kekasih seorang berandal? Tanyakan saja kepada Belva. bukannya merasa menjadi ratu seperti novel-novel yang di bacanya, Belv...