•Skala•Bel pulang sudah berbunyi sekitar 15 menit yang laku. Skala dan teman-temannya kini sedang duduk manis di atas motor mereka masing-masing.
Kelima pentolan sekolah itu beberapa kali menangkap para perempuan yang mencuri pandang kearah mereka.
"Gue merasa ketampanan gue bertambah berkali lipat kalo duduk di atas motor." celetuk El.
"Halah lo mah tetep burik mau di gimanain juga!"
"Bangsat lo Leni."
"Jangan manggil gue Leni, setan!"
"Kenapa lo? takut kebongkar kalo siang lo jadi Galen kalo malem jadi Leni?"
"Mulut lo isinya dusta semua. Gue pulang aja lah!" ujar Galen marah.
Leni adalah plesetan dari nama Galen-i, Galen tidak akan marah jika teman-temannya memukulnya, tetapi lelaki itu akan marah jika teman-temannya memanggilnya dengan nama Leni.
"BOS MARKAS KITA DIBAKAR! SAMA ANAK SMA 7."
Skala menoleh kearah Dani, adik kelasnya yang baru saja berteriak panik. Selain dijadikan tongkrongan Skala dan teman-temannya, ruko tua itu juga merupakan tempat berkumpulnya siswa sekolahnya yang tingkahnya sejenis dengan Skala. Jangan heran mengapa mereka juga menyebutnya 'Markas'.
"Fuck! kumpulin anak-anak yang belum pulang. Terus kabarin yang lain!" perintahnya dengan nada kesal. Padahal hari ini ia berancana untuk menghabiskan waktu dengan Belva.
"Yes tawuran, asik-asik jos!" El turun dari motornya lalu menggoyang-goyangkan pantatnya senang.
"Stress!" saut Airlangga.
"Air lo nggak seneng, setelah sekian lama akhirnya tawuran juga."
"Lo doang yang tawuran seneng." Galen menggelengkan kepalanya tak percaya.
"Emang nggak waras." timpal Marcelion.
"Galen, lo jaga sekolah gue yakin mereka bakal ada yang kesini, bawa anak-anak lain buat jaga-jaga."
Galen mengangguk setuju.
"El sama Marcelion jaga pasukan dari belakang, biar gue sama Airlangga yang mimpin." lanjut Skala. "jangan lupa kabarin semua grup angkatan, jangan ada murid sekolah ini yang berkeliaran pake seragam. Usahain langsung pulang kalo nggak perlu-perlu amat."
"Ayo langsung tkp." ajak Marcelion.
"Jangan buru-buru, kita nggak tau mereka nyerang pake berapa pasukan. Tunggu yang lain." ujar Airlangga.
"Markas kita udah di dibakar." ujar Galen.
"Kesana sekarang atau nanti sama aja udah angus kan? nyawa lebih penting." jelas Airlangga.
"Bawa senjata, keluarin kalo perlu aja tapi." kata Skala.
"Yang muslim sholat dulu." peringat Airlangga. "Kita nggak tau nyawa kita sampe kapan."
"Ngeri banget omongan lo!" ujar Galen.
"Gue cuma ngingetin."
KAMU SEDANG MEMBACA
SKALA
Teen FictionSudah terbit, tersedia di Gramedia dan toko buku online. Part lengkap (proses revisi) _______________ Gimana rasanya menjadi kekasih seorang berandal? Tanyakan saja kepada Belva. bukannya merasa menjadi ratu seperti novel-novel yang di bacanya, Belv...