27

183K 21.3K 5K
                                    

•Skala•

"Anjirt mantep!" pekik El sambil bertepuk tangan.

"Gue nonton begini dosa nggak sih?" gumam Marcelion bertanya.

"Nikamatin aja, gampang ntar tobat." jawab El.

"Dasar pemuda tersesat!" ujar Galen.

"Kalo ada Airlangga disini, pasti tu anak udah ngucap istigfar berkali-kali." kata Arjuna sambil tertawa kecil.

Dihadapan mereka, seorang wanita dengan pakaian seksi tengah menari meliuk-liukan badannya. Sepulang sesi baku hantam, mereka kecuali Airlangga pergi ke club guna melepaskan pegal, katanya.

"Ancur ni bangsa, kalo anak mudanya macem kita semua." ujar Galen.

"Gue? lo aja kali. Gue mah kebanggan bangsa dan negara."  jawab El.

mendengar jawaban El, mereka semua memutar bolamatanya malas.

Berbeda dengan temannya yang sedari tadi mengoceh, Skala hanya diam sambil menghisap rokoknya. Satu tangannya yang menganggur digunakan untuk memegang gelas kecil berisi minuman keras.

"Tambah yang banyak Kal." kata Arjuna, sambil menuangkan lagi minuman keras itu dari botol kedalam gelas Skala yang tinggal tersisa setengah.

"Jangan minum banyak-banyak ntar mabok gua yang repot!" decak Galen.

"Parah si Arjuna, Skala udah teler begitu masih aja dicekokin." kata El.

"Gue kan temen yang baik." kekeh Arjuna.

"Temen sinting!" ujar Marcelion, tangan cowok itu merampas gelas yang di pegang Skala.

"Apasih bangsat?!" gas Skala merasa terganggu.

"Tobat anjing, lo mau mati overdosis?" jawab Marcelion.

Skala berdecak. "Ribet amat lo pada."

Galen menggelengkan kepalanya. "Bukan ribet goblok, temen lo pada peduli sama lo. Bersyukur!"

Skala menguap lebar, matanya terasa berat.

"Nah kan, gejala mau meninggalnya udah dateng." ujar El.

"Nguap gejala meninggal? lawak lu El?"Kata Galen.

"Nggak sih, ngarang doang."

"El, lo kapan warasnya sih?" tanya Marcelion.

"Puji Tuhan, gue waras luar dalem." jawab El.

"Orang waras mana yang bentukannya macem lo?"

"Heh Marimar lo mau gue bogem?" kata El pada Marcelion.

Marcelion menggeleng, memilih tidak menanggapi El, lelaki itu mengalihkan tatapannya pada Skala yang sedang terpejam dengan rokok yang menempel di bibirnya.

"Lo udah ngabarin Belva belum?" tanya Marcelion.

Mendengar pertanyaan Marcelion, mata Skala yang tadinya terpejam langsung terbuka lebar.

"Sial." umpatnya.

Skala merogoh sakunya untuk mengambil ponsel, ketika ponselnya menyala Skala langsung membuka roomchat nya bersama Belva.

Ada delapan pesan yang belum sempat ia baca dan beberapa panggilan dari wanita itu. Skala berdecak ketika menyadari dirinya melupakan janjinya bersama Belva.

Nyai Belva Adimbi

Skala ayo jemput gue di rumah Marshella.
15.30

SKALATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang