•Skala•
"Kenapa bisa begini sih?" ujar Galen, kakinya sedari tadi mondar mandir didepan pintu ugd.Marcelion menggeleng, leleki dengan satu tindik di kupingnya itu menghela nafasnya kasar. "Maaf, seharusnya gue nemenin Skala."
"Lo nggak salah." Airlangga membalas perkataan Marcelion. Saat ini hanya Airlangga dan El yang bersikap tenang, bahkan El yang hanya menggenakan kaos dalam dan celana kolornya itu sudah tertidur pulas dengan posisi duduk.
"Arjuna anjing, bisa-bisanya dia nekat bigini." Galen emosi.
Bruk
"Nggak usah ngomong kasar, bangsat." balas Marcelion.
"Lo juga ngomong kasar anjir!"
Airlangga menggelengkan kepalanya, lelaki itu menepuk bahu El disampingnya cukup keras membuat El yang tertidur terbangun karena kaget.
"Sontoloyo!" ujar El, latah.
"Kalo mau tidur nanti, badan lo bisa sakit tidur sambil duduk begitu." tegur Airlangga.
"Nah. Mikir lah anjir, temen lo lagi sekarat di dalem." ketus Galen kesal.
El menutup mulutnya yang baru saja menguap lebar. "Tenang, nyawa Skala ada sembilan. Jatoh dari gedung aja dia masih baek-baek aja." ujarnya dengan tenang.
"Astagfirullah." Marcelion menatap El tajam. "Eh bener juga ya? ngapain kita khawatir yang didalem kan Skala."lanjutnya.
Mendengar itu ekspresi Galen yang tadinya panik kini sedikit lebih tenang. "Iya ya, lagian ditusuk doang nggak bikin mati kan?"
"Tuh tau. Lagian ditusuknya bukan pake belati cuma pake beling doang. Lebay lo pada!"
Bukan, bukannya El tidak peduli kepada Skala. El hanya berusaha mencairkan suasana agar tidak terlalu tegang. tidak baik juga membiarkan Galen emosi, bisa-bisa Galen mendatangi rumah Arjuna lalu membuat lelaki itu bernasib sama dengan Skala untuk melampiaskan rasa kesalnya.
Bagaimanapun Arjuna sempat menjadi teman baik mereka. El harap kejadian ini tidak akan terulang lagi, baik dari pihak mereka sendiri maupun dari pihak Arjuna.
"Kalo yang ditusuk elo sih ya bisa aja langsung mati El, kan lo kan klemer-klemer kaya ager setegah jadi." celetuk Marcelion.
Bruk
El menendang Marcelion hingga lelaki itu terjungkal. " Lo mau gue bogem di bagian mana heh Marimar?"
Marcelion menggrutu sambil berdiri. "Sialan untung sepi."
"Kayaknya setan yang lagi lewat ketawa deh liat lo kejungkal tadi."
"Terserah lo El, terserah."
"Ya emang terserah gue." sungut El, lelaki itu lalu menatap Galen. "Heh, Leni santai aja napa? Skala nggak bakal kenapa-napa, inget dia baru aja dapet warisan."
"Diem El." tegur Airlangga. "Ibunya Skala lagi kesini, jaga sikap. Yang sopan nanti, ngerti?"
"Jangan gue doang, yang lain juga."
"Masalahnya lo suka lupa ngerem mulut. Ibunya Skala bukan orang sembarangan, jangan sampe lo keceplosan Skala ditusuk Arjuna. Bilang aja nggak tau, masalahnya bakal rumit kalo sampe bawa-bawa hukum."
"Biarin dia di penjara!" sambung Galen.
"Seenggaknya tunggu Skala sadar dulu. Biar dia sendiri yang nentuin maunya gimana." balas Airlangga lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
SKALA
Teen FictionSudah terbit, tersedia di Gramedia dan toko buku online. Part lengkap (proses revisi) _______________ Gimana rasanya menjadi kekasih seorang berandal? Tanyakan saja kepada Belva. bukannya merasa menjadi ratu seperti novel-novel yang di bacanya, Belv...