•Skala•
"Para preman itu cuma boneka orang yang nggak suka sama lo." ujar Airlangga.
"Bentar-bentar, otak gue ngelag." El menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Yang goblok mending diem." ujar Galen.
"Gayaan. Emang lo ngerti?"
"Ya kagak, makanya gue diem. Gue kan goblok."
Skala menatap sinis kedua orang itu. "Lo berdua mending keluar." perintahnya.
Mendengar itu, Galen dan El langsung menutup mulutnya rapat.
"Males lanjutin, lo aja yang lanjutin." titah Airlangga pada Marcelion, sebelumnya mereka berdua memang sudah berdiskusi tentang masalah ini.
"Target awal mereka Belva, tujuan mereka ngincar Belva mungkin buat ngehancurin lo. Tapi lewat preman itu, kenapa? karena yang bakal dapet pidana ya mereka para preman itu, dalangnya cuma diem duduk sambil nikmatin hasilnya."
"Galen, lo inget kan dulu waktu Belva di ganggu terus lo lapor ke gue? malem abis itu gue langsung datengin mereka. Gue pikir motif mereka emang cuma karena dendam ke gue." kata Skala.
"Datengin gimana?" tanya Galen.
"Gue datengin, terus bonyokin mereka. Udah itu aja."
"Lo nggak bilang kan alesan lo karena cewek lo di ganggu?" tanya Marcelion.
Skala menggeleng sebagai jawaban.
"Nah, sekarang tau kan maksud gue sama Air?" tanya Marcelion lagi.
"Ya." jawab Skala singkat. Tangannya mengepal.
"Hah? kok main iya-iya aja, gue belum paham anjir!" ujar El tak terima.
"Otaknya di pake." cetus Airlangga.
"Air, mending lo diem deh. Omongan lo nyakitinnya sampe ketulang rusuk." kata El.
"Maaf." gumam Airlangga. "Gue nggak bisa jaga omongan kalo sama lo, suruh siapa punya otak dangkal amat." lanjutnya.
"HAHAHAHA ANJIR!" Marcelion tertawa puas.
"Padahal yang bego bukan cuma gue, tapi gue mulu yang jadi sasaran." gerutu El.
"Soalnya lo yang paling bego diantara orang-orang bego." ujar Galen."Bego kuadrat." lanjutnya.
"Ngapain pake kuadrat?" tanya Marcelion.
"Supaya keliatan pinter aja sih." balas Galen.
"Arjuna sama anak buahnya keluar dari semua grup yang kita bikin. Foto-foto kita di media sosialnya pun udah nggak ada." ujar Marcelion.
"Kayaknya dia emang bener-bener marah." kata El.
"Ya gimana nggak marah anjir, ah udahlah percuma gue ngomong." Galen frustasi. "jujur sebenernya gue juga benci banget sama lo Kal, gara-gara lo Belva hampir celaka. Untung gue masih baik hati dengan nggak nendang muka lo itu."
"Udah kalian berantem aja sekarang. Gue suka kalo ada keributan." ujar El mengompori.
"Prioritasin dulu hal yang penting. Jangan sampe diantara kita ada yang renggang karena masalah ini, daripada ribut mending lo semua cari tau siapa orang yang udah provokasi preman itu buat bales dendam ke Belva." ujar Airlangga.
"Tebakan gue sih, Ravin." celetuk Galen.
"Tebakan gue sih, lo Len." sambung Marcelion, mendengar itu, semuanya terdiam.
"Mana ada?" ujar Galen tak terima.
"Santai aja sih kalo nggak ngerasa." balas Marcelion.
"Gimana mau santai, lo nuduh gue njing."
KAMU SEDANG MEMBACA
SKALA
Teen FictionSudah terbit, tersedia di Gramedia dan toko buku online. Part lengkap (proses revisi) _______________ Gimana rasanya menjadi kekasih seorang berandal? Tanyakan saja kepada Belva. bukannya merasa menjadi ratu seperti novel-novel yang di bacanya, Belv...